Mohon tunggu...
Sastrawan Batangan
Sastrawan Batangan Mohon Tunggu... -

Sastrawan Batangan, yang lahir di Surabaya, pernah mukim di Surabaya, Malang, Bogor, Jakarta, Depok dan Cibinong. Hobi waktu senggangnya antara lain adalah membaca berbagai tulisan tentang kehidupan serta menulis puisi, artikel dan cerita berbasis makna hidup dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Wanita: Sungguh Luar Biasa, Dikau!

21 April 2015   05:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:51 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai sahabat suami, ia mempunyai tugas untuk melepaskan kepusingan yang dihadapi suaminya bila di kantor ada masalah. Sebagai wakil kepala rumah tangga, ia harus mengatur "cash flow" rumah walaupun untuk itu keluarganya sudah tak lagi menjadi masalah. Maklum keduanya bekerja dan penghasilannya sangat jauh di atas GNP rata-rata bangsa Indonesia.

Sebagai wakil kepala rumah tangga pula, si Mer tentu saja berfungsi sebagai "mandor" para pembantu yang tiga orang banyaknya. Untuk itu ia mesti memberikan pengarahan walaupun mereka masing-masing telah memiliki "job description" tidak tertulis.

Mendengar cerita Si Mer, yang sewaktu di kampus dulu termasuk aktivis organisasi, Jon Balekon seringkali berdecak "cek...cek...cek".

"Jadi wanita memang berat, sulit, susah.….. Tetapi itulah takdir dan sekaligus tantangan, Mer," kata Jon Balekon sehabis Mer bercerita.

"Takdir tak bisa disangkal. Sedangkan tantangan perlu dilalui karena di situlah derajat akan meningkat dan pada saat engkau tua Mer, bintang jasa dari anak, dari suami dan dari lingkungan akan menunggumu. Jika tantangan itu tak kau ambil, tak kamu manfaatkan dengan baik, 'cuek', umpat dan cemooh dari suami, anak dan lingkunganmu yang akan dating," kata Jon selanjutnya.

Di rumah, usai pertemuan, Jon Balekon mengkonsep tulisan tentang wanita dengan semua keluarbiasaannya multi dimensinya itu. Dan di akhir tulisannya, Jon menjelaskan " Itulah wanita. Dia makhluk Tuhan yang perlu dianugerahi bintang jasa melebihi bintang jasa nomor satu di negeri ini. Karena dengan sentuhannya, suami menjadi orang baik, anak menjadi penerus perjuangan bangsa yang cerdas dan berbudi. Sebaliknya jika sentuhannya buruk, suami dapat menjadi koruptor dan anak akan menjadi sampah bangsa"

Iseng-iseng, malam itu Jon Balekon menyusun sebuah puisi khusus untuk seorang wanita yang telah menjadi ibu.

BERAT SENANG SANG ISTERI

Sungguh berat sang isteri,
selagi jiwanya diserbu oleh fasik dan takwa,
yang selalu datang kapan saja,
ia mesti merangkum semua
agar
tidak sekadar menjadi ibu anak-anak,
agar
tidak sekadar menjadi anak bagi orang tua suami dan dirinya sendiri,
agar
tidak sekadar menjadi saudara bagi keluarga suami dan dirinya sendiri
agar
tidak sekadar berhias, belanja dan mengatur rumah tangga
agar
tidak sekadar bekerja terpaksa atau karena kemauan dirinya sendiri,
agar
tidak sekadar menjadi isteri, kembang dan kekasih suaminya,
agar
tidak sekadar terminal cinta terakhir tapi juga yang pertama bagi suaminya,
agar
tidak sekadar tahu dan menghayati namun juga menyertai gejolak hati suami,

Sungguh senang sang isteri,
saat jiwanya sudah melepas keluh, kesah, berat dan susah,
saat jiwanya sudah dikawini oleh penyejuk hati,
saat jiwanya sudah menyerap semua pemahaman,
bahwa dengan memberi dan memberilah maka ia akan diberi,
baik di jagad sini maupun di akhirat sana.

Jon Balekon terharu sendiri setelah usai membacanya. “Mudah-mudahan berhasil menjalankan peranmu, wahai kaum wanita!” gumamnya dalam hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun