Nissa tersenyum bahagia. Sosok Ayah tercinta itu akan selalu ia rindukan seumur hidupnya. Suara bijak dan senyum hangat itu akan selalu ia kenang selamanya. Karena seminggu kemudian Ustadz Umar berpulang ke rahmatullah karena kecelakaan motor.
###
Beberapa tahun kemudian. Nissa yang telah bekerja di sebuah MTs negeri di kota lain, baru saja pulang ziarah dari kubur ayahnya.
Hari ini ia akan dikenalkan oleh pamannya kepada seorang pemuda, yang konon menurut cerita pamannya adalah seorang pemuda alim yang gemar bersedekah.
Sebenarnya Nissa malas dijodoh-jodohkan seperti ini, walaupun ia sendiri tahu Islam tidak mengenal istilah pacaran. Tapi demi menyenangkan ibunya apa salahnya Nissa bertemu, toh tidak akan merugikan dirinya.
"Anggap saja ini silaturahmi, Nak," kata Ibunda Nissa. " Jika dirimu tiada berkenan, tidak apa-apa. Tapi jika pemuda ini adalah jodohmu, alhamdulillah, karena Ibu tidak sabar lagi untuk menimang cucu."
"Ibu," Nissa pura-pura merajuk lalu tersenyum.
Anak dan ibu itu kemudian keluar kamar menuju ruang tamu. Karena di sana sudah menunggu Paman Ali dan pemuda yang di ceritakannya.
"Assalamualaikum."
"Wa alaikumsalam...."
Astaghfirullah, ternyata pemuda berpakaian rapi itu...