"Hehe , ngapuro mas". Nyengir keledai.
"Ya dah ku maafin, asal jangan kaepo kaepo lagi lho ya !".
"Iyo mas, makasih yo mas !". Jawab harjo gembira.
"Iya sama-sama jo . Ya dah yuk jalan lagi jo !".
"Ayo, eh bentar mas, lha kae opo to mas?".
"Grrrrrrrrr".
Semenjak itu, si Dony jadi sangat sensitif ketika ada pertanyaan yang diajukan padanya, apalagi jika pertanyaannya mengenai privasinya. Dan kata 'Kae opo?' (itu apa?) Menjadi kata favoritnya untuk ngatain orang yang tanya terus-terusan tentang privasinya, hanya saja karena dia anak kota yang super alay abis, kata 'Kae opo' disingkat menjadi KEPO. Akhirnya lahirlah kata 'kepo' itu, dan segera di sebarluaskan oleh si Dony, melalui media sosial yang ia pakai, entah sms, twitter, FB, BBM dan lainnya.
"Don lu punya pacar kagak?". Tanya temennya.
"Ah kepo lu !". Jawabnya cuek.
"Harga mobil lu berapa don?". Tanya temennya.
"Ah kepo lu !".