Mohon tunggu...
Leo Christianto
Leo Christianto Mohon Tunggu... Lainnya - Leo

No comment

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bujang Tua

3 Mei 2020   10:23 Diperbarui: 3 Mei 2020   10:14 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang bujang tua meratap di beranda,

dalam harap cemas, menunggu kepastian cinta.

Tak terkalahkan,

separuh jiwa tergerus demi rasa yang tak terurus.

Sayang takdir mencuranginya;

Dia yang di tunggu ternyata sudah ada yang punya.

Apa mau dikata;

Si bujang tua, telah menjadi budak cinta.

Tiada daya, bahwa cinta yang selama ini ditunggunya,

ternyata palsu adanya.

Tapi dia terlalu setia.

Terlalu memuja, pada sesuatu yang tak pantas untuk dicinta.

Yang tercinta, katanya. Tapi berdusta.

Pada si bujang tua yang semakin nampak renta.

Terpuruk bermuram durja sembari menangis di beranda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun