Seorang bujang tua meratap di beranda,
dalam harap cemas, menunggu kepastian cinta.
Tak terkalahkan,
separuh jiwa tergerus demi rasa yang tak terurus.
Sayang takdir mencuranginya;
Dia yang di tunggu ternyata sudah ada yang punya.
Apa mau dikata;
Si bujang tua, telah menjadi budak cinta.
Tiada daya, bahwa cinta yang selama ini ditunggunya,
ternyata palsu adanya.
Tapi dia terlalu setia.
Terlalu memuja, pada sesuatu yang tak pantas untuk dicinta.
Yang tercinta, katanya. Tapi berdusta.
Pada si bujang tua yang semakin nampak renta.
Terpuruk bermuram durja sembari menangis di beranda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H