"Asmara," katanya, "apa yang terjadi antara kita? Mengapa kau memilih diam? Mengapa kita membiarkan cinta ini terbenam dalam kesunyian?"
Asmara menatapnya, dan untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, Balarama melihat kedalaman emosional dalam matanya. "Aku takut," jawabnya pelan. "Takut akan semua hal tentang kamu, tentang kita, aku takut kenyamanan ini kelak memenjarakan kita berdua.
tapi.. aku juga takut kehilangan, takut jika semua ini hanya ilusi. Aku menganggap lebih baik diam daripada berisiko melukai hatimu lagi, atau mungkin hati kita."
Mendengar kata-kata itu, hati Balarama mencelos. "Tapi dengan diam, kita justru membiarkan rasa sakit semakin dalam. Cinta tidak seharusnya terjebak dalam ketakutan, Asmara. Kita harus berbicara, saling membuka diri."
"Dari mana kita mulai?" tanya Asmara, suaranya bergetar.
"Mulai dari kita," kata Balarama. "Kita adalah awal dan akhir dari kisah ini. Kita harus saling percaya lagi, berjanji untuk tidak membiarkan kesunyian menjadi penghalang."
Balarama dan Asmara tidak lagi terjebak dalam labirin kesunyian, tetapi menemukan jalan menuju satu sama lain. Di tengah kegelapan, mereka berdua menemukan cahaya yang saling memandu.
"Dari sini, kita mau kemana?" tanya Asmara, senyum penuh harapan di wajahnya.
"Ayo kembali," jawab Balarama. "Kembali kepada pada cerita kita, kembali kepada kepercayaan. Kita akan mengukir kisah baru, dengan lebih cerita."
mereka berdua saling menatap tajam, senyuman di antara mereka bagai bunga yang mekar segar diantara taman yang hampir saja tanahnya kekeringan. namun.. seakan nasib mempermainkan mereka, ketika orang tua asmara renjana yang dari awal memang selalu waspada dengan hubungan mereka, memberikan kabar kalau asmara renjana harus segera ikut pergi menuju kota lain untuk sementara waktu. hal ini tidak lain adalah alasan orang tuanya agar asmara renjana berjarak dengan Balarama.
Dunia serasa runtuh dalam gengaman tangan mereka, baru saja perdamaian mereka disaksikan semesta, namun nasib seakan ingin membentur keyaninan mereka dengan semua hal yang mulai membuat Balarama muak dengan kehiduan yang dianggapnya di ciptakan dari penderitaan umat manusia.