Generasi Z, yang dikenal sebagai generasi yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, kini mulai memasuki dunia kerja. Namun, banyak dari mereka menghadapi tantangan besar dalam mencari pekerjaan yang sesuai dengan keterampilan dan pendidikan mereka. Â
Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan tingkat pengangguran terbuka (TPT ) per Februari 2024 sebesar 4,82 persen. Artinya, dari 100 orang angkatan kerja, terdapat 5 orang pengangguran.kalangan anak muda yang berusia 14-24 tahun atau gen z menjadi kategori pengangguran paling tinggi. pengangguran di kalangan Gen Z menjadi perhatian serius.Â
APA YANG MENJADI PENYEBABNYA
Ketidakcocokan Keterampilan
ketidakcocokan keterampilan yang mungkin menjadi salah satu penyebabnya, Banyak Gen Z yang merasa bahwa keterampilan
yang mereka pelajari di bangku pendidikan tidak sesuai dengan kebutuhan industri saat ini. Perkembangan teknologi yang pesat mengharuskan mereka untuk terus memperbarui keterampilan mereka, namun sistem pendidikan seringkali tertinggal dalam menyesuaikan kurikulumnya dengan perubahan ini.Â
Kurangnya Pengalaman kerjaÂ
Banyak perusahaan mencari kandidat dengan pengalaman kerja yang memadai, yang tentu saja menjadi hambatan bagi mereka yang baru lulus dan belum memiliki pengalaman kerja yang signifikan. Ini menciptakan lingkaran setan di mana mereka tidak bisa mendapatkan pekerjaan karena kurangnya pengalaman, tetapi tidak bisa mendapatkan pengalaman tanpa pekerjaan.Â
Persaingan yang ketatÂ
Jumlah lulusan yang terus meningkat setiap tahunnya menyebabkan persaingan yang ketat di pasar kerja. Gen Z harus bersaing tidak hanya dengan sesama generasi mereka, tetapi juga dengan generasi sebelumnya yang mungkin lebih berpengalaman.Â
Dampak pengangguran pada Gen Z
Pengangguran di kalangan Gen Z memiliki berbagai dampak negatif, baik secara individu maupun sosial. Beberapa dampak tersebut meliputi:Â
1. Stress
Tingkat pengangguran yang tinggi dapat menyebabkan stress, kecemasan, dan depresi di kalangan anak muda. Ketidakpastian akan masa depan  dan tekanan untuk segera mendapatkan pekerjaan sering kali menambah beban mental mereka.Â
2. Â Ketidakstabilan KeuanganÂ
Pengangguran menyebabkan ketidakstabilan keuangan yang berdampak pada kemampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan dasar, seperti makanan, tempat tinggal, dan kesehatan.Â
3. Penurunan Produktivitas EkonomiÂ
Tingginya angka pengangguran berdampak negatif pada produktivitas ekonomi suatu negara. Sumber daya manusia yang tidak termanfaatkan optimal berarti potensi pertumbuhan ekonomi yang terhambat.Â
APA YANG MUNGKIN MENJADI SOLUSI UNTUK MENANGANI MASALAH TERSEBUT?Â
Mengatasi pengangguran di kalangan Gen Z memerlukan pendekatan multi-dimensi dan kolaboratif dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, sektor pendidikan, dan industri. Berikut beberapa solusi yang dapat diterapkan:Â
Peningkatan Kualitas Pendidikan dan PelatihanÂ
Sistem pendidikan harus lebih adaptif terhadap kebutuhan industri dengan mengintegrasikan kurikulum yang relevan dan program pelatihan keterampilan yang sesuai dengan perkembangan teknologi. Selain itu, kemitraan antara institusi pendidikan dan industri dapat membantu menciptakan program magang dan praktek kerja yang memberikan pengalaman langsung kepada siswa.Â
Pengembangan Keterampilan Soft SkillsÂ
Selain keterampilan teknis, keterampilan soft skills seperti komunikasi, kerjasama tim, dan manajemen waktu sangat penting dalam dunia kerja. Program pelatihan dan workshop yang fokus pada pengembangan soft skills perlu lebih digalakkan.Â
Dukungan Pemerintah dan Kebijakan ProaktifÂ
Pemerintah perlu menciptakan kebijakan yang mendukung penciptaan lapangan kerja baru, seperti insentif pajak untuk perusahaan yang mempekerjakan fresh graduates, serta program-program subsidi atau bantuan untuk kewirausahaan bagi Gen Z yang ingin memulai usaha sendiri.Â
Meski menghadapi banyak rintangan, Gen Z dikenal sebagai generasi yang inovatif, adaptif, dan penuh semangat. Dengan dukungan yang tepat dari berbagai pihak, mereka bisa mengubah tantangan menjadi peluang dan membawa perubahan positif dalam dunia kerja. Upaya kolektif dari pemerintah, sektor pendidikan, dan industri dapat memastikan bahwa Gen Z tidak hanya sekadar bertahan, tetapi juga berkembang dan menjadi pilar masa depan yang kuat.Â
Oleh: Sastra Geva Olivia Cahya, Mahasiswa Politeknik Harapan Bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H