Mohon tunggu...
Rochani Sastra Adiguna
Rochani Sastra Adiguna Mohon Tunggu... wiraswasta -

sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Runtuhnya Kasultanan Pajang ( 1 )

3 Juni 2010   13:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:46 1930
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jasa emban Soka

Pada keesokan harinya raden Pabelan sudah menunggu keluarnya emban Soka, ia menunggu di gerbang Sri Manganti dengan membawa contong berisi bunga kenanga, dan bunga cepaka putih, dan terselip sepucuk surat. Raden Pabelan mendekati emban Soka dan bertanya“ bibi, aku mau tanya, apakah anda ini abdinya tuan putri, dan akan pergi kemana ?".

Nyai emban diam tertegun ketika disapa oleh satriya yang tampan, meskipun di dalam kedaton juga banyak sentanadalem tetapi tidak setampan Raden Pabelan. Bahkan emban Soka mengandai-andai, ingin menjodohkan tuan putri Sekar Kedaton dengan Raden Pabelan.

Emban Soka menjawab;” hamba bernama nyai Soka, akan pergi kepasar diutus oleh tuan putri Sekar Kedhaton, untuk membeli bunga kesukaannya “.

“kebetulan bibi, kamu tidak perlu pergi kepasar meski diutus oleh tuan putrimu, tetapi ini, ada bunga yang indah dari aku, tolong kau berikan kepada sang Putri”.

Emban Soka hatinya gembira, pucuk dicinta ulam tiba, pemuda ini tampan dan agaknya cocok untuk sang putri, katanya dalam hati,” siapakah nama raden, jika nanti ditanyakan oleh tuan putri?

Seraya menerima bunga kesukaan Sang putri Sekar Kedaton, emban Soka bengong memandang wajah Radèn Pabèlan tanpa berkedip “ sungguh tampan “ katanya dalam hati.

“namaku Pabelan anak Tumenggung Mayang, “ tukasnya.

Pabelan berhasil membujuk emban Soka, contong berisi bunga dan surat diterima emban Soka, radèn Pabèlan memberi bebungah uang satu ringgit, untuk membuat senang hati emban Soka. Emban Soka dalam hati menyanjung Radèn Pabèlan, sudah wajahnya tampan, suaranyapun merdu, pantaslah di kaputrèn sering dibicarakan, dan banyak wanita banyak yang tergila-gila.

“ baiklah tuanku, hamba tidak jadi membeli bunga di pasar, nanti bunga dari tuan hamba sampaikan pada tuan putri”. Raden Pabelan hatinya gembira, karena luapan hatinya yang tak terkendali, ia segera berlari pulang, untuk memberitahukan pada ayahanya.

Raden Pabèlan sudah kembali ke Tumenggungan, dan menghadap ayahandanya. Dan dengan penuh tatakrama, duduk di hadapan Tumenggung Mayang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun