Andaka angungas sari tan wrin baya
Abstrak
Tumenggung Mayang adalah seorang nayaka kasultanan Pajang, ia menjadi orang kepercayaan Sultan Pajang, pada sisi lain ia seorang agen rahasia Senapati Ing Ngalaga. Tumenggung Mayang mengabdi di Kasultanan Pajang sudah lama, yakni sejak berdirinya Pajang. Isterinya adalah adik dari Sénapati Ing Ngalaga. Ia mempunyai seorang putra bernama Raden Pabelan, seorang pemuda yang parasnya tampan dan dikenal sebagai playboy.
Di kotaraja, nama Pabelan dikenal setiap wanita , tua, muda, janda dan juga para emban di istana kasultanan Pajang. Tumenggung Mayang menjadi serba salah, ia merasa dipermalukan oleh putra satu-satunya. Karena kegelisahan hatinya itulah, ia akan mengambil keputusan yang grusa-grusu tanpa dipikir akibatnya. Untuk kepentingan politik, maka anak satu-satunya dijadikan korban sebagai sarana untuk memuluskan rencana besarnya.
Misi Rahasia
Ia berharap kelak putranya itulah yang akan dijadikan tumpuan hidup keluarganya, tetapi jika tingkah lakunya saja sudah tidak menyenangkan bagi orang lain, bagaimana mungkin Pabelan mendapatkan simpati dari rakyat Pajang. Akan dibunuh anaknya sendiri, jika tidak mempermalukan orang tua dan leluhurnya. Tumenggung Mayang berkata dalam hati ;” apa jadinya kelak harapan Sunan Giri , jika bukan aku yang memulainya. Kemudian ki Tumenggung memutar otak, mencari cara agar anaknya bisa mendapatkan pencerahan jiwa.
Acara makan malam di Katumenggungan hanya dihadiri Raden Pabelan dan kedua orang tuanya, biasanya jika mengundang makan malam ada keluarga pamannya, tetapi kali ini tidak ada. Dalam hatinya raden Pabelan ingin seperti anak nayaka praja yang lain, ada canda tawa dengan orang tua dan anaknya. Yang dihadapinya tidak demikian, dalam rumah terasa panas, sang ayah sibuk dengan pekerjaannya, maka i yang dilakukan selama ini oleh raden Pabelan hanyalah berfoya-foya.
Sambil menikmati hidangan makan malam, Tumenggung Mayang mengawali pembicaraannya ;” anakku Pabelan, aku dan ibumu ini sudah tua, kami ingin seperti yang lain, mereka bisa bercanda dengan cucunya. Nah , apakah kamu sudah punya pilihan gadis idaman, kalau ada anaknya siapa, nayaka praja, saudagar atau siapa, nanti ayah akan meminangnya, katakan anakku!”.
Tetapi jawaban Pabelan sangat sepele dan mengejutkan kedua orang tuanya, ;” maaf rama, Pabelan masih ingin melajang”. Mendengar jawaban anaknya, maka Tumenggung Mayang menjadi berang ; ‘ bagaimana kamu ini, umurmu itu sudah 30 tahun lebih, tetapi masih ingin sendiri, itu bukan trahing kusuma, bukan watak satriya. Jika kamu menganggap dirimu seorang ksatriya masih trahing kusuma, maka tunjukkan keberanianmu, datangilah putri sekar kedaton kasultanan Pajang. Nanti ayah akan membantumu” kata Tumenggung Mayang
“ Bagaimana mungkin ayah, kaputren itu dijaga ketat, tembok kaputren juga tinggi dan banyak jebakan-jebakan, aku tidak berani masuk kedalam puri. Meskipun sebenarnya selama ini hamba memang selalu membayangkan bagaimana kalau menjadi menantu kanjeng Sultan”, tukas Raden Pabelan.
“Begini anakku, tuan putri itu setiap pagi membeli bunga, dan bunga kesukaan sang putri adalah kenanga dan cepaka, emban yang disuruh beli bunga itu kau bujuk, berikanlah bunga darimu, pasti sang putri merasa gembira. Hanya dengan cara ini engkau bisa mendapatkan sang putri kedaton, kalau dia sudah jatuh kedalam pelukanmu, ayahmu akan segera melamar pada kanjeng Sultan”. Tumenggung Mayang menasehatinya.