Mohon tunggu...
Sasti Ardianti
Sasti Ardianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Penyuka lengkeng, strawberry and i like purple ;)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Legenda Asal-usul Kampung Ranca Mulya

4 Juli 2023   23:09 Diperbarui: 4 Juli 2023   23:38 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kepergian kiyai Adam membuat hati Mayang menjadi resah, entah ke apa ada rasa khawatir dan hati yang tidak tenang dirasakan oleh Mayang, ditunggunya kepulangan sang suami, namun sayangnya kiyai Adam tak kunjung pulang. Sampai akhirnya dia meminta bantuan kepada warga untuk membantu mencari keberadaan kiyai Adam, disusulnya kiyai Adam ke kampung Munjul, namun warga berkata bahwa kiyai Adam tidak datang ke acara pengajian tersebut. Mayang makin khawatir dengan suaminya saat ini, sebab dirinya tahu bahwa sang suami memiliki banyak musuh di luaran sana yang sewaktu-waktu bisa membahayakan keselamatan kiyai Adam. 

Pencarian kiyai Adam sudah dilakukan selama 7 hari namun, tetap saja tidak membuahkan hasil, sungguh miris saat ini keadaan Mayang yang entah mengapa dirinya terasa seperti tidak memiliki tujuan hidup saat di tinggalkan oleh kiyai Adam, hingga saat dirinya sedang berdoa meminta ampun, dan meminta petunjuk untuk keberadaan suaminya tiba-tiba seseorang datang dan berkata " Neng candakeun anggel Yai Adam geura " ucap laki-laki itu, Mayang tentunya kebingungan dengan apa yang diucapkan oleh laki-laki yang berbeda di depannya. " Anda siapa?" Tanya Mayang, " ulah sibuk neangan abdi Saha, nu penting kuari sok geura tulungan salaki maneh", ucap laki-laki itu. " Saya tidak tahu keberadaan suami saya, bagaimana saya bisa menolongnya" lirih Mayang yang terdengar prestasi. " Candak anggel Yai Adam, laju palidkeun ka cai " jelas laki-laki itu. 

Setelah mendengarkan perkataan sosok laki-laki itu, dan langsung bergegas melakukan apa yang telah disarankan. Mayang bersama para warga pergi ke jembatan penghubung antara kampung Pulo dan kampus Munjul, di hanyutkanlah bantal milik kiyai Adam, dengan kekuasaan Allah bantal tersebut hanyut mengikuti arus air sungai, kemudian diikuti oleh Mayang dan para warga dan tiba-tiba bantal tersebut berhenti di tengah-tengah sungai dan berputar dengan cepat, sungguh terkejutnya Mayang dan warga ketika melihat sesosok mayat pria yang timbul dari dalam sungai dengan keadaan badan terbelah dua, salah satu warga langsung memastikan apakah mayat tersebut adalah orang yang di cari selama ini, benar saja sosok mayat laki-laki itu adalah kiyai Adam. Betapa terkejutnya Mayang melihat keadaan suaminya yang terbunuh secara tragis, ada satu hal yang membuat heran warga yaitu baju yang di kenakan oleh kiyai Adam masih lengkap, baju Koko berwarna biru, celana panjang hitam, kain sarung yang masih terkalung dilehernya, serta peci yang masih terpasang di kepalanya, jika di pikir secara logika seharusnya pakaian yang dikenakannya sudah berantakan bahkan seharusnya sudah hanyut tetapi semua itu tidak terjadi dan kejadian ini atas kehendak Allah SWT. 

Jasad kiyai Adam langsung di kuburkan dengan layak oleh warga kampung Pulo, rasa sedih dan terpukul tentu dirasakan oleh Mayang dan warga setempat. Banyaknya jasa kiyai Adam atas kemajuan dan kesejahteraan warga kampung, sangatlah terkenang oleh mereka. Para warga sangat heran dengan kejadian yang dialami oleh kiyai Adam, mereka sepakat untuk mencari siapa dalang dari kejadian itu. Namun Mayang melarangnya sebab kiyai Adam pernah berpesan kepadanya, jika kelak dirinya pergi dengan keadaan yang di luar nalar atau mati mengenaskan, dirinya dilarang untuk mencari tahu atau bahkan balas dendam. Banyak warga yang tidak setuju, akan tetapi Mayang berusaha meyakinkan warga dan akhirnya berusaha untuk ikhlas atas kepergian kiyai Adam. 

Sebagai bentuk penghormatan kepada kiyai Adam, atas semua kebaikan yang selama ini dia berikan kepada para warga, jasanya dalam kemajuan pertanian, peternakan di kampung Pulo, para warga sepakat untuk mengganti nama kampung tersebut dengan nama "RANCA mulia"  di mana 'Ranca'  yang berarti bagus, baik sedangkan 'mulia'  memiliki makna seorang yang di hormati, diagungkan, dan suci. Sekarang lokasi kampung 'ranca mulia' berada di Desa pasirsedang, kecamatan picung, kabupaten Pandeglang, provinsi Banten.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun