**Â
Pagi ini, ibu tidak ke pasar, karena ibu tidak enak badan. Fira melihat ibunya banyak diam, padahal ayah sudah datang, Â Fira heran melihat perubahan sikap ibunya yang tidak seperti biasanya, wajahnya pucat.
"Ibu...Ibu tidak apa-apa? Ibu sakit?" Fira memandang wajah ibunya dengan dekat.
"Tidak, Nak! Ibu hanya pusing saja."
Ayah menyuruh ibu istirahat di kamar, biar ayah yang bekerja melanjutkan pekerjaan ibu yang belum selesai. Fira pun bersama adiknya bersiap berangkat sekolah, sebelumnya sarapan nasi goreng bikinan ayah dan ibunya tercinta.Dalam hati ia bertanya-tanya, ada apa dengan hatinya? Kenapa ia rasanya pingin nangis? Padahal tidak ada sesuatupun yang membuatnya bersedih.
**
Pulang sekolah akhirnya tiba, bergegas ia menuju rumah ingin segera cepat pulang bertemu dengan ayah dan ibunya. Perasaannya semakin tidak menentu, jantungnya berdetak kencang. Sampai di rumah, ia melihat ibunya masih tergolek lemas di tempat tidur.
 "Bu...ibu sakit?" Fira mengusap kening ibunya memeriksa apakah suhu tubuh ibunya panas, tiba-tiba, ibunya muntah, langsung ayah memanggil Bidan Susi yang tidak jauh dari rumah mereka.
Sebenarnya, sudah sejak pagi ayah ingin membawa ibu ke dokter, tetapi selalu ditolak, katanya hanya lelah saja, dengan istirahat pasti akan membaik. Makanya ibu, berbaring di tempat tidur sambil dibuatkan minuman hangat dikasih madu oleh ayah.
Bidan Susi yang memeriksa ibu, menanyakan sudah berapa kali ibu muntah, ayah menjawab sudah dua kali. Rupanya, tensi ibu tinggi, dan harus segera dibawa ke rumah sakit untuk dirawat secara intensif.
"Bu...ibu berobat ke rumah sakit dulu. ya!"Fira dan adiknya memeluk ibu dengan erat, ia tidak ingin melepaskan ibu ke rumah sakit, tetapi demi kesehatan ibu, ia harus rela ibunya dibawa dengan ambulance.