Mohon tunggu...
Dini Vegenkey
Dini Vegenkey Mohon Tunggu... Wiraswasta - Tukang Silahturahmi di Google

Sykuri rezeki walau secangkir kopi, agar kuat menampung Sop Buntut Sepanci

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lelaki Berseragam Itu "Playing Victim"

2 Februari 2021   14:10 Diperbarui: 2 Februari 2021   20:31 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekali lagi yang aku takutkan kembali terjadi. Kartika
melahirkan anak kembar yang prematur tanpa Marco di sampingnya!
Kembali aku tergopoh gopoh berangkat demi adikku dan para ponakan
ponakan ku yang lucu lucu itu. Monster itu memang sudah benar benar
keterlaluan!Disaat adikku dan ponakan ponakan kecilku kritis di rumah
sakit, ternyata dia lagi senang senang dengan selingkuhannya, tanpa
peduli sedikit juga minimal dengan darah dagingnya. Dan kali ini,
tidak ada kata kompromi lagi untuk Kartika. Setelah mereka keluar

rumah sakit dan dengan keadaan pulih, aku langsung memboyong adikku
beserta ke empat anaknya. Empat anak !

Kali ini Kartika bertahan tinggal bersamaku sudah dua
tahun. Dan selama itu juga, tidak ada kabar apapun dari Marco, dan
Kartika sudah mulai membiasakan diri tanpa ujud Marco.

Sejarah kembali terulang, tiba tiba Marco sudah berada
di hadapan muka kami. Dan Seperti terdahulu, Kartika kembali mengulang
kejadian lama, memohon izin kepadaku untuk kembali bersama
Marco.Kenapa saat ini betapa beratnya melepas adikku dan anak anaknya
di jemput Marco. Kecil keyakinanku bahwa Kartika akan baik baik saja
disana. Namun tetap saja tak ada dayaku untuk mencegah mereka.

Sudah setahun Kartika kembali. Hampir setiap hari aku
dan kartika saling memberi kabar, selalu kudengar dia ada dalam
keadaan baik baik saja. tapi mengapa hatiku sulit untuk percaya dengan
semua berita yang dia berikan. Suatu ketika, hati ku gundah, teringat
Kartika, maka aku langsung mencari handphone, untuk memastikan keadaan
Kartika. Namun suara yang terdengar dari seberang sana malah justru
suara Intan si cantik anak Kartika yang nomor dua, yang angkat
panggilan telpon, karena handphone Kartika tertinggal dirumah.
"Mama lagi kerja, mami ."( dia memanggilku mami)
Kerja? Mengapa Kartika tidak pernah sekalipun bercerita kalau dia saat
ini bekerja?

Banyak pertanyaan yang ku serang kepada Intan saaat itu,
namun tetap saja aku tidak bisa mengerti, apakah sedang terjadi dengan
Kartika? Aku menunggu jam 9 malem untuk menelpon Kartika, karena
menurut Intan, mamanya akan pulang dari tempat dia bekerja, selalu jam
9 malam. Saat aku telpon Kartika, betapa kaget yang luar biasa,
mendengar jawaban jawaban atas semua pertanyaanku.
Kartika sudah resmi berpisah dari Marco !

Perpisahan itu adalah paksaan dari Marco, dengan
ancaman, jika Kartika tidak mau tanda tangan pengajuan Perceraian, dia
tidak akan pernah membiayai anak anak selamanya! Tapi di tengah orang
atau kerabat yang menyakan perihal perceraian mereka, Marco selalu
mengatakan bahwa, hal itu terjadi akibat kesalahan Kartika yang sering
meningalkannya pergi berlama lama jika ada persoalan dirumah. Dan poin
yang lain, Bahwa dia sudah tidak sanggup hidup dengan Kartika, karena
dia tidak mampu hidup dengan istri yang boros dan banyak tuntutan.
Jangankan aku yang ternganga mendengar kalimat itu, tetangga tetangga
mereka yang melihat jelas, keseharian Kartika saja sampai aneh dan
bahkan heran mendengar celotehan Marco yang menurut mereka lebih parah
dari pada ghiban emak emak warung sayur.
Kartika : " Maafkan aku kak, aku gak mengabarimu, dengan masalah yang
terjadi denganku, aku selalu membuat repot, tapi kali ini, aku sudah
ikhlas menerima takdirku, dan aku berusaha untuk kuat untuk anak anaku
kak."
" Mungkin kamu bisa terima atas apa yang dilakukan Marco terhadap
kamu, tapi aku TIDAK !, bagaiman aku bisa ikhlas melihat kamu dan anak
anakmu dengan sengaja di telantarkan Monster itu, sementara dia hidup
dengan tenang bermewah mewah dengan istri barunya?"

Kartika : " Sudahlah kak, aku lebih baik hidup seperti ini, dari pada
tiap hari aku dihina, dimaki, bahkan menjadi samsak bagi dia." Dan
kalaupun aku bertahan bukan hal yang tidak mungkin Dia akan sanggup
membunuhku !""
APA?

Tidak ada kata lain yang mampu keluar dari mulutku,
Hanya lantunan istigfar yang dapat aku ucapkan, banyak banyangan
buruk yang gentayang di benakku, tentang perlakuan Monster sialan itu!
Sakit dan sedih yang kurasakan saat itu mengalahkan
apapun di dunia ini! Bukan hanya Kartika yang mengalami penindasan
fisik dan mental, namun anak anak mereka pun tak luput dari korban
Marco! Anak anak yang masih kecil kecil itu pun tak jarang kena makian
Marco dengan kasar, jika mereka meminta sesuatu yang mereka butuhkan,
walaupun hanya sebatas kebutuhan untuk makanan dan kebutuhan sekolah.
Aku menyadari, mungkin benar apa yang menjadi keputusan
Kartika, lebih baik dia berpisah dari monster yang memiliki karater "
playing Victim." Dimana orang mempunyai sifat play victim itu selalu
menyalahkan orang lain atas semua hal yang terjadi pada dirinya
sendiri. Mentalitas playing Victim merupakan kondisi
psikologi seseorang menunjukkan cara berpikir yang tidak berfungsi
dengan baik. Pikirannya akan selalu berusaha mencari alasan bahwa dia
sedang disiksa untuk mencari perhatian maupun menghindari tanggung
jawab.

Biasanya mereka yang selalu merasa jadi korban.
Selalu berpikiran negatif dan suka komplain. Mereka selalu merasa
nggak pantas orang lain mendapat hal baik dalam hidup. Mungkin
hidupnya akan terasa gelap gulita melihat orang lain senang.

Kini Kartika hidup tenang dan Bahagia
bersama keempat anaknya, walau dalam kehidupan yang sederhana, Karena
mereka tidak mendengarkan lagi makian kasar dan hinanaan yang cukup
membuat hati dan mental porak poranda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun