Mohon tunggu...
Sasqia Faradila
Sasqia Faradila Mohon Tunggu... Lainnya - akun milik sasqi

enjoy without limits

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Untukmu Bidadariku

6 Februari 2021   23:52 Diperbarui: 7 Februari 2021   05:41 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tapi ayah, aku tidak sanggup. Aku butuh ibu disini". Itulah jawabku.

"Akbar tau kalau Allah lebih sayang ibu? Ibu itu orang baik, Allah rindu pada orang-orang baik. Makanya, Allah panggil ibu lebih cepat. Akbar mau sampai kapan terus begini? Ibu sedih jika melihatmu terus-terusan begini". Ucap ayah lagi.

Aku hanya terdiam memikirkan apa yang ayah ucapkan padaku.

"Akbar ingin tahu bagaimana cara membahagiakan ibu disana?" Ayah bertanya lagi padaku.

"Bagaimana ayah?" Aku pikir bagaimana bisa aku membahagiakan ibu yang sudah tiada di dunia.

"Akbar hanya perlu berdoa untuk ibu, lalu Akbar buktikan bahwa kamu mampu mewujudkan apa yang ibumu mau." Ayah mengatakan itu padaku, aku masih terdiam.

"Abdi negara ibu, apa kau sanggup?". Mendengar ini aku sungguh ingin menangis. Aku rindu pada ibu. Abdi negaraku, itulah yang ibu berikan untuk memanggilku sebelum sekolah.

Karena itulah akhirnya ayahku berhasil mengembalikan semangatku. Aku tahu, ayah juga sedih dan terpukul, namun ia tak pernah mau anaknya tahu.

Mulai hari ini, semangatku kembali. Aku akan mewujudkan apa yang ibuku mau.

Aku selalu membantu ayahku di kebun. Mengangkut sayuran , berlari dari gudang juragan Rendra ke kebun, dan terus begitu. Aku tidak mengangkut banyak-banyak sayur di tanggunganku. Bahuku sedang diobati, sedang diterapi supaya bisa normal kembali. Setiap hari dengan begitu, ku latih fisikku agar tak lemah. Tiap malam aku belajar banyak dari buku-buku dan berusaha tidur cukup. Paginya, ku ulangi lagi kegiatanku itu.

Waktu kelulusanku tiba. Aku mendapat nilai terbaik disekolahku. Aku tahu, ini berkatmu ibu. Ayah juga senang melihat nilaiku sangat baik.
"Bangga ayah padamu nak, tidak sia-sia ayah menyekolahkanmu". Ucap ayah sambil menepuk-nepuk bahuku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun