FAKTOR-FAKTOR DAN SOLUSI TERHADAP PERMASALAHAN
RENDAHNYA PENDIDIKAN DI NEGARA INDONESIA
Oleh : Saskya Sukma Rizkyawati
Sebuah negara yang tadinya negara berkembang menjadi negara maju yang pastinya tidak lepas dari aspek pendidikan, karena bagaimana pun juga pendidikan itulah yang akhirnya membentuk pola pikir sumber daya manusia. Ki Hajar Dewantara mengungkapakan bahwa pendidikan merupakan tuntutan atau kewajiban di dalam hidup manusia, dari kanak-kanak sampai dewasa. Pendidikan sangatlah penting karena salah satu cara pemerintah untuk membentuk atau menanamkan karakter serta mencerdaskan anak bangsa. Pendidikan menjadi suatu hal yang sangat penting juga bagi negara. seperti yang dikatakan oleh H. Isjono (2006:21) bahwa pendidikan iti sendiri adalah ujung tombak suatu negara,tertinggal atau majunya sebuah negara sangat tergantung pada kondisi pendidikannya. Setiap negara akan maju dan berkembang bila pendidikan menjadi skala prioritas. Namun, di negara Indonesia kualitas pendidikannya masih terbilang rendah apabila dibandingkan dengan kualitas pendidikan di beberapa negara
lainnya
Berdasarkan riset dari Program For International Student Assessment (PISA) menunjukan bahwa pendidikan indonesia pada tahun 2018 berada di posisi rendah yaitu peringkat ke 74 atau keenam dari bawah dengan kemampuan membaca siswa di indonesia dengan skor 371 berada di posisi 74, kemampuan matematika siswa di indonesia mendapatkan skor 379 berada di posisi 73, dan kemampuan sains mendapatkan skor 396 berada di posisi 71.
Pada tahun 2019 disebutkan oleh OECD rendahnya kemampuan membaca dan menghitung, yaitu sekitar 70% siswa indonesia dikategorikan memiliki kemampuan literasi yang rendah, dimana mereka tidak mampu mengidentifikasikan ide pokok dari suatu kalimat atau suatu bacaan yanh sedikit lebih panjang. Sedangkan pada kemampuan matematika sekitar 72% ditemukan siswa indonesia yang dikategorikan sebagai siswa dengan kemampuan matematika rendah, mereka tidak mampu sama sekali menyelesaikan persoalan matematika yang sederhana.
Pada tahun 2021 pendidikan di indonesia mengalami peningkatan dari pada tahun sebelumnya. Menurut U.S. News & World Report pendidikan di Indonesia ada di peringkat ke 54 dari 78 negara, sedangkan kalau di ASEAN pendidikan Indonesia tahun 2021 berada di peringkat ke 4 dibawah singapura, malaysia,thailand.
Pada tahun 2022 kondisi pendidikan di Indonesia berdasarkan dari data Word population Review 2022 nilai rata-rata IQ penduduk di Indonesia yaitu 78,49. Skor ini menempatkan Indonesia di posisi ke-130 dari total 199 negara yang diuji.
Negara Indonesia termasuk negara berkembang yang masih mengalami berbagai proses pembangunan, termasuk dalam sektor pendidikan. Sehingga, hal ini menyebabkan pelaksanaan proses pendidikan juga masih dihadapkan oleh berbagai tantangan tantangan permasalahan di negara yang masih berkembang. Pemerintahan indonesia selalu mendapatkan tekanan publik karena dianggap belum berhasil dalam menyelenggarakam sistem pendidikan nasional. Indonesia telah melakukan akses pendidikan kepada masyarakat yang cukup signifikan namun, kualitas dari pendidikan tersebut masih rendah, artinya kualitas dari para guru, kualitas minat belajar siswa, dan infrastruktur yang memadai masih belum tersedia bagi masyarakat indonesia. Kebanyakan sekolah hanya mengajarkan cara menghafal namun bukan memahami padahal hal-hal yang diajarkan juga berkaitan
dengan kegiatan sehari-hari.Â
Dengan kondisi kualitas pendidikan Indonesia yang terbilang sangat kurang atau rendah dibandingkan negara-negara lain di dunia, banyak yang menjadi faktor pengahambat kemajuan pendidikan di Indonesia yaitu,
Rendahnya prestasi peserta didik salah satunya yaitu rendahnya minat baca peserta didik di Indonesia. Pencapaian prestasi siswa belum memuaskan. Hal ini diantaranya disebabkan karena keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran yang terjadi hampir di setiap sekolah yang ada di seluruh Indonesia. Sikap orang tua dan guru terhadap kreatifitas peserta didik, dimana guru lebih menyukai siswa dengan kecerdasan tinggi daripada yang rendah. Hal ini menimbulkan kurang nya memupuk kreatifitas anak
Banyaknya mata pelajaran dan padatnya materi yang diberikan kepada para siswa dan siswi, sehingga waktu pembelajaran tersita habis oleh kegiatan untuk menyampaikan materi saja dan tugas lainnya, ini akan meningkatkan pertumbuhan dan kualitas kepribadian peserta didik menjadi terabaikan.
Kurikulum yaitu sebuah rancangan atau program yang diberikan oleh penyelenggara pendidikan untuk peserta didiknya. Di negara Indonesia, terhitung sudah mengalami 10 hingga 11 kali perubahan kurikulum sejak Indonesia merdeka. perubahan-perubahan kurikulum imi dapat membingungkan, terutama bagi pendidik, peserta didik, dan bahkan orang tua. pergantian kurikulum yang tidak
konsisten disebabkan dari pemerintah yang akan menimbulkan sulitnya mengukur tingkat keberhasilan pembelajaran peserta didik tingkat dasar hingga menengah atas. Proses pembelajaran, kurikulm dan sistem evaluasi masih bersifat persial terhadap tujuan pendidikan nasional. Hasil belajar peserta didik pun belum mencerminkan terbentuknya watak bangsa yang bermatabat.
Kesempatan peserta didik untuk memperoleh pendidikan pun masih terbatas di karenakan kurangnya pemerataan sistem pendidikan khususnya di pedesaan yang secara kualitas maupun fasilitas masih tertinggal. Permasalahan ini terjadi karena kurang tergorganisirnya koordinasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Hal ini mengakibat kan terputusnya komunikasi antara pemerintah pusat dengan daerah. Selain itu masalah pemerataan pendidikan di indonesia juga terjadi karena kurang berdaya nya suatu lembaga pendidikan untuk melakukan proses pendidikan, hal ini mungkin terjadi karena jika kontrol pendidikan yang dilakukan pemerintah pusat dan daerah tidak menjangkau daerah-daerah terpencil.
Semua Kondisi ini lah faktor-faktor yang mengakibatkan munculnya permasalahan pendidikan di Indonesia. Jika berkaca dari negara lain dengan tingkat pendidikan terbaik didunia salah satunya yaitu Finlandia. Finlandia juga merupakan negara dengan literasi atau minat baca tertinggi di dunia. Hal ini disebabkan karena pemerintahan Finlandia mengambil orang orang terbaik mereka untuk dijadikan guru dan pemerintahan Finlandia menerapkan kecintaan membaca pada warganya sejak dini. Sistem pendidikan indonesia dengan Finlandia ternyata sangat jauh berbeda. Yang pertama di Finlandia anak anak tidak boleh masuk sekolah sebelum usia mereka menginjak 7 tahun karena itu akan berpengaruh bagi mereka dalam mengikuti pendidikan. Yang kedua, guru-guru di Finlandia tidak
menilai siswanya dari ujian atau PR, hal ini dilakukan sampai mereka menginjak usia remaja. Yang ketiga, siswa dan siswi di Finlandia hanya mengikuti satu tes standar wajib negara pada usia 16 tahun. Hal ini berbeda dengan sistem pendidikandi Indonesia karena anak-anak kelas satu sekolah dasar pun bisa mengikuti ujian semester. Yang ke empat, di Finlandia semua anak yang memiliki kemampuan pendidikan yang rendah maupun yang memiliki kemampuan pendidikan yang tinggi berada dalam satu kelas yang sama dalam kata lain di Finlandia tidak ada kelas akselerasi, reguler, internasional dan lain sebagainya. Yang kelima, jumlah murid dan guru di Finlandia adalah sama.Â
Hal ini tentu berbeda dengan negara Indonesia yang kekurangan tenaga pendidik khususnya di daerah pelosok. Metode pendidikan di Indonesia di nilai tertinggal. Butuh 128 tahun untuk bisa menyami pencapaian yang diperoleh negara-negara maju saat ini sebagaimana ditulis oleh seorang profesor dari Harvard. Namun dengan banyaknya perbedaan sistem pendidikan Indonesia dengan Finlandia, di tahun 2013 Indonesia mendapatkan peringkat pertama di dunia dalam kategori siswa paling bahagia di
dunia yang mana survei ini dilakukan oleh PISA (Programme for International Student Assessment) Hal ini sudah menjadi daya tambah untuk pendidikan di Indonesia
Namun, dengan melihat permasalahan yang sangat kompleks dalam dunia pendidikan di Indonesia ini. Semua permasalahan pendidikan yang ada dalam indonesia harus dicari jalan keluarnya yaitu dengan perbaikan dan usaha bersama dari seluruh pihak, baik dari pemerintah, para guru dan para pelajar yang bersekolah karena akses pendidikan yang tinggi namun tidak di barengi dengan minat akan menjadi sia-sia dan sebaliknya.
Pada sistem pembelajaran perlu diubah, dari yang menitikberatkan kuantitas
hasil dari pada kualitas proses, diubah menjadi penekanan pada keduanya, baik
kuantitas maupun kualitas hasil pembelajaran.
Meningkatkan kualitas tenaga pendidik di indonesia, minsalnya seperti memfasilitasi guru, memenuhi kebutuhan guru di berbagai pelosok daerah, serta meningkatkan kesejahteraan para guru. Pendidikan di negara Indonesia sangat membutuhkan guru yang dapat menjalankan tugas dan fungsinya dengan tepat sesuai dengan Undang-undang Nomor 20 tahun 2003. Guru yang baik bukan hanya
sekedar pintar tetapi juga harus memintarkan peserta didiknya. Guru harus mampu membentuk karakter yang baik bagi peserta didiknya. Harus bisa menciptakan suasana yang mendorong para peserta didik merasa dirinya penting dan berharga. Dan meyakin kan bahwa peserta didik mempunyai bakat dan kemampuan. Untuk mencapai itu semua harus dibarengi dengan kesejahteraan guru yang terjamin. Kesejahteraan guru dengan profesionalisme guru yang dinilai memiliki keterkaitan.
Mendorong tumbuhnya semangat dan motivasi kepada kalangan peserta didik dan membebaskan peserta didik dari ketidaktahuan dan ketidakmampuan tentang suatu konsep yang diajarkannya serta Membebaskan peserta didik dari ketidak jujuran dari ketidakbenaran
Kurikulum, proses pembelajaran, sistem evaluasi dapat diatasi dengan menciptakan kurikulum yang fleksibel sehingga dapat memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk memiliki peluang dalam mengembangkan minat bakat nya, serta kemampuan dan kebutuhan peserta didik. Kurikulum seharusnya dapat mencerdaskan kehidupan bangsa sehingga terwujud keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sebagaimana amanah dalam Undang-Undang Dasar 1945
Menambah penyediaan dana pendidikan dan juga peningkatan fasilitas infrastruktur akses menuju sekolahan. Pihak pemerintah wajib menelusuri satu persatu kondisi akses jalan menuju sekolahan,sehingga tahu mana yang seharusnya diutamakan untuk pembangunan fasilitas infrastruktur akses menuju sekolah. Dan Kurangnya fasilitas sekolah membuat pembelajaran di sekolah berjalan dengan kurang optimal dan tidak mencapai tujuan yang diinginkan bersama.
Maka dari itu perlu adanya tindak lanjut dari pemerintah, sekolah, lembaga pendidikan, maupun orangtua peserta didik dam pemerintah juga harus memperluas dan memeratakan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan bagi masyarakat kurang mampu, adapun strategi yang dapat dilakukan, yaitu pemantapan prioritas pendidikan. Pemberian beasiswa dengan sasaran yang strategis, pemantapan prioritas pendidikan dasar sembilan tahun, pemantapan sistem pendidikan terpadu untuk anak yang memiliki kelainan dan juga meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam menunjang pendidikan yang berkualitas.
Dengan beberapa permasalahan yang kompleks dan solusi yang telah dipaparkan sebelumnya, diharapkan masalah pendidikan di Indonesia dapat teratasi dan diharapkan Indonesia bisa meningkatkan kualitas pendidikannya agar sebanding dengan negara lain. Jika semua permasalahan dapat diatasi maka pendidikan di negara Indonesia akan semakin maju. Namun jika tidak bisa teratasi,
setidaknya permasalahan pendidikan di Indonesia ini bisa di minimalisir
DAFTAR PUSTAKA
Egi Verbina Ginting, R. R. (2022, April). ANALISIS FAKTOR TIDAK MERATANYA PENDIDIKAN DI SDN0704 SUNGAI. Â Jurnal Pendidikan,vol.3, 412-415. doi:10.36418/japendi.v3i4.778
Elvira. (2021, juli). Faktor Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan dan Cara Mengatasinya (Studi pada : Sekolah Dasar di Desa     Tonggolobibi Village). Jurnal Ilmu Kependidikan dan Keislaman, vol. 16, 94-97. Retrieved from https://jurnal.unismuhpalu.ac.id/index.php/IQRA/article/view/1602/1412
Nurhuda, H. (2020). Masalah-Masalah Pendidikan Nasional; Faktor-Faktor dan Solusi  Yang Ditawarkan. Jurnal pemikiran dan         pendidikan dasar, 131-135. Retrieved  from https://stai-binamadani.e-journal.id/jurdir/article/download/406/314/
Parlindungan Simbolon, H. S. (2022, Agustus). Korelasi Gaya Belajar dengan Hasil Belajar Biologi. Jurnal Pendidikan, vol.13, 274-277.
 doi:https://doi.org/10.31849/lectura.v13i2.10427
Pratiwi, I. (2019, Juni). EFEK PROGRAM PISA TERHADAP KURIKULUM DI INDONESIA. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 4, 66- Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â 69. Retrieved from https://jurnaldikbud.kemdikbud.go.id/index.php/jpnk/article/view/1157/482
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H