Sementara itu, konsep psikolinguistik juga bisa diimplementasikan pada pengajaran bahasa atau berorientasi pada guru yang terkait. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh seorang pakar linguistik, Otto Jappersen (1982), ternyata bahasa memiliki sisi psikologis yang bersifat behavioristik. Hal ini menunjukkan bahwa kepentingan psikolinguistik dalam pembelajaran bahasa dapat dilihat apabila diposisikan sebagai acuan keberhasilan pengajaran yang berlandaskan pada pendidikan karakter. Lebih jelasnya, apabila implikasi tersebut bisa dipahami secara optimal, guru bisa lebih profesional dalam menciptakan kondisi kelas yang beradab dan bijaksana. Dengan kata lain, guru lebih memahami kondisi psikologis bersifat heterogen yang ada di kelas. Sejalan dengan hal tersebut, (Kridalaksana, 1982: 140) juga menyatakan bahwa psikolinguistik menjadi ilmu yang membahas tentang hubungan antara kebahasaan, perilaku bahasa, dan kemampuan berbahasa itu sendiri.Â
Psikolinguistik sebagai Strategi
Strategi pembelajaran adalah perencaan yang mengandung sistematika kegiatan yang direncanakan sedemikian rupa demi mencapai tujuan pembelajaran. Upaya tersebut diterapkan pada beragam rencana yang tersusun dalam kegiatan langsung, yang mana lebih dikenal dengan istilah strategi (Firmansyah, 2015: 37). Selanjutnya, Kemp (dalam Sanjaya, 2011: 294) menyatakan bahwa strategi pembelajaran dilakukan untuk menciptakan kondisi pembelajaran secara efektif dan efisien. Dalam proses pembelajaran, guru akan menentukan teknik-teknik pembelajaran yang bersifat relevan dengan proses pembelajaran. Teknik dianggap sebagai implementasi dari strategi pembelajaran yang berbentuk pola dan sistematik aktivitas guru-murid
Dalam strategi pembelajaran, komponen yang terkandung dalam suatu perangkat material pembelajaran dan pengembangan materi secara prosedural harus disesuaikan dengan keberagaman karakter siswa. Hal ini disebabkan oleh keberadaan material yang mempengaruhi kemudahan siswa dalam belajar. Selanjutnya, Dick dan Carey (dalam Hamzah, 2008: 16) menyatakan bahwa terdapat tiga tahap dalam menyusun unit pembelajaran, yaitu (1) mengurutkan dan mengklasifikasikan tujuan pembelajaran, 92) menyusun rencana terkait pra-pembelajaran, uji kemampuan, dan evaluasi, dan (3) menentukan alokasi waktu yang relevan dengan strategi pembelajaran. Oleh karenanya, strategi dimaknai sebagai sebuah kegiatan yang mengandung langkah-langkah, metode, dan teknik yang memiliki kesesuaian dengan strategi untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif. Sederhananya, tujuan intruksional dalam pembelajaran pun lebih mudah dicapai.Â
Dalam konsep psikolinguistik, strategi pembelajaran bahasa juga harus diatur sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang meliputi strategi metakognitif (koordinasi pembelajaran), strategi afektif (emosional), dan strategi sosial (hubungan dengan orang lain). 11 Strategi ini dapat diimplementasikan melalui tiga konsep kegiatan yang melibatkan psikologis, yaitu:
- Mengurangi kecemasan dengan kegiatan bersantai dan relaksasi. Harmison (dalam Jannah et al., 2022: 95) menyatakan bahwa kecemasan kognitif yang dirasakan oleh setiap orang dipengaruhi oleh faktor individual (internal) dan faktor situasional (eksternal). Kecemasan tersebut akan berdampak pada kondisi fisik, fisiologi, dan psikologisnya sehingga pembelajaran akan lebih susah untuk dimaknai oleh siswa. Kegiatan bersantai dan relaksasi menjadi salah satu cara untuk menghilangkan pikiran negatif, kekhawatiran perihal pembelajaran, meningkatkan konsentrasi, hingga mengontrol kendali diri.Â
- Meningkatkan motivasi diri. Smith dan Sarason (1982: 324) menyatakan bahwa kata motivasi berasal dari Bahasa Latin, yaitu move yang berarti dorongan atau perpindahan. Motivasi dimaknai sebagai daya pergerakan diri dalam setiap invidu untuk melakukan aktivitas dalam rangka mewujudkan tujuan tertentu. Motivasi diri akan bisa diperoleh melalui bentuk kesadaran diri berikut. (1) Motivasi akan menciptakan energi yang positif dalam diri setiap manusia. Dalam pembelajaran bahasa, hal ini akan berdampak pada sistem neurofisiologis dan kegiatan fisik, baik pada guru mau pun siswa. (2) Motivasi akan menentukan tingkah laku partisipan pembelajaran. (3) Motivasi merupakan langkah awal dalam mewujudkan tujuan pembelajaran dengan sebaik mungkin. Dalam pembelajaran bahasa, aspek motivasi sudah seharusnya diperhatikan oleh guru sebagai penggerak pembelajaran.Â
- Mengontrol emosi diri. Salah satu cara untuk mengatur emosional dalam pembelajaran adalah mendengarkan suara tubuh. Dalam pembelajaran bahasa, hal ini dapat diterapkan melalui komunikasi yang baik dari hubungan guru-siswa maupun siswa-siswa. Misalnya, melaui kegiatan mengajukan pertanyaan atau permintaan, kolaborasi dengan teman sebaya, dan meningkatkan rasa empati pada siswa. Melalui komunikasi yang baik, tingkat emosi dari setiap siswa lebih mudah dideteksi dan dipahami oleh guru.
Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan di atas, strategi pembelajaran bahasa dalam konsep linguistik dimaknai sebagai berikut: (1) secara langsung dapat berkontribusi pada tujuan utama pembelajaran bahasa, yaitu tujuan komunikatif, (2) sebagai konsep acuan bagi guru untuk memahami kondisi siswa, baik secara fisik dan psikologis, (3) berorientasi pada sistem pemecahan masalah pada bahasa yang diupayakan melalui metode dan teknik yang relevan, (4) melibatkan aspek kognisi, afektif, dan psikomotorik, (4) sebagai rencana proses pembelajaran yang sudah diatur sedemikian rupa dengan sadar dan terencana, dan (5) sebagai kegiatan yang dapat dipratikkan dalam proses pembelajaran di kelas
Referensi
Abidin, Yunus. (2012). Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Berkarakter. Refika Aditama.Â
Abidin, Yunus. (2015). Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter. Refika Aditama.Â
Arnawa, N. (2008). Wawasan Linguistik & Pengajaran Bahasa. Pelawa Sari.
Chaer, Abdul. (2003). Psikolinguistik: Kajian Teoretik. Rineka Cipta.Â
Damayanti, R., & Suryandari, S. (2017). Psikolinguistik Tinjauan Bahasa Alay Cyber Bullying. Kresna Bina Insan Prima: Anggota IKAPI.Â