Delapan tahun sudah berlalu, kini saya sudah menamatkan sekolah dasar saya dan melanjutkan ke sekolah menengah pertama negeri di bilangan blok M. di sekolah itu, saya bertemu dengan lebih banyak berbagai macam orang dengan etnis yang berbeda, agama, suku dan watak.
Saya baru tahu jika dunia ini luas sekali, dan di sekolah menengah pertama ini saya baru merasakan bahwa saya adalah manusia bukanlah seorang monster pembawa wabah penyakit. Saya adalah seorang manusia, seorang perempuan, dan seorang pelajar. Di tempat ini saya baru percaya bahwa manusia kidal itu memang ada dan saya bukan orang aneh, saya manusia normal bertemu. Beberapa teman sekelas saya kidal juga, mereka membela ketika orang-orang menghina, melecehkan, dan mem-bully saya.
Dalam hati saya bersyukur ya Allah ini bukanlah mimpi, ini nyata. Bukan sebuah film seperti di bioskop dan televise, ini nyata. Ada sekelompok mau membela saya bahkan mereka juga mempunyai sama rasa, bila saya disakiti, mereka juga akan terhina juga.
Saya menulis tulisan ini, karena saya tidak ingin anak-anak dalam periode emas mengalami hal yang sama dengan saya. Sekolah swasta dalam hal ini yang mempunyai kurikululum yang berbasis agama, bisa mengajarkan dan mendidik anak-anak pengetahuan agama dengan baik, bukan mem-bullymurid seperti yang saya alami dulu. Seorang orang tua memasukan anak-anak ke sekolah berwawasan agama, pasti mempunyai tujuan dan impian ingin anaknya mengenal Rabb nya sejak diri. Bahwa Islam agama yang benar.
Kidal dalam Islam itu diperbolehkan, hanya dalam beerapa hadist dituliskan anjuran untuk menggunakan tangan kanan
Dari ‘Umar bin Abi Salamah radhiallahu anhu dia berkata: Dulu aku adalah anak kecil yang berada di bawah pengasuhan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Ketika makan, tanganku berpindah-pindah ke sana ke mari di atas piring. Maka beliau bersabda kepadaku: “Wahai nak, sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah yang ada di dekatmu.” (HR. Al-Bukhari no. 5376 dan Muslim no. 2022).
Salamah bin Al-Akwa’ radhiallahu anhu dia berkata: “Ada seorang laki-laki yang makan di samping Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan tangan kirinya. Maka Rasulullah bersabda, “Makanlah dengan tangan kananmu!” Dia menjawab, “Aku tidak bisa.” Beliau bersabda, “Semoga kamu tidak bisa?” -padahal tidak ada yang mencegah dia makan dengan tangan kanan kecuali karena sombong-. Setelah itu tangannya tidak bisa dia angkat sampai ke mulutnya.” (HR. Muslim no. 2021).
Hadist-hadist di atas menunjukkan tentang larangan tegas Rasulullah dalam menggunakan tangan kiri untuk urusan makan dan minum. Perintah untuk makan dan minum dengan tangan kanan, dan hukum asal perintah adalah wajib. Adapun ketika menggunakan sendok dan garpu/pisau dibolehkan dengan tangan kiri, tetapi tidak digunakan untuk memasukkan makanan ke mulut. Memasukkan makanan ke mulut tetap harus menggunakan tangan kanan.
Ini juga berlaku bagi yang kidal.Makan dan minum menggunakan tangan kanan merupakan syari’at. Artinya, penggunaan tangan kanan merupakan kewajiban ketika makan dan minum. Adapun untuk yang selainnya, apabila tidak terdapat perintah syari’at yang pasti, maka yang demikian itu bukan merupakan syari’at. Sangat berbeda kedudukan syari’at dengan adat (kebiasaan) atau adab (budaya, etika). Wallahu a’lam bishawab.
Lalu bagaimana dengan yang kidal? Menulis, mengambil piring atau melakukan pekerjaan lain dengan tangan kiri yang umumnya orang lain menggunakan tangan kanan, tidak masalah. Ia diharuskan menggunakan tangan kanan hanya untuk perkara makan dan minum.
Orang kidal tidak bisa langsung dicap sebagai orang yang menggunakan “tangan setan”. Tapi jangan ditolerir jika makan dan minum menggunakan tangan kirinya. Orang kidal memiliki kelebihan dalam bidang seni karena otak kanannya lebih dominan. Saya sendiri menyikapi ke-kidal-an saya pada beberapa hal, untuk makan dan minum tidak boleh tangan kiri, dan yang lainnya InsyaAllah saya berusaha menggunakan tangan kanan .