Mohon tunggu...
SASI MILIARTI
SASI MILIARTI Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA UNIVERSITAS MERCU BUANA

NIM : 41821110005 Fakultas : Ilmu Komputer Prodi : Sistem Informasi Kampus : Meruya Dosen Pengampu : Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Mitos dan Logos Kejahatan pada Metafora Cincin Gyges

9 November 2024   02:07 Diperbarui: 9 November 2024   02:07 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut pandangan Kantian, tindakan yang benar-benar moral adalah yang didasari oleh niat baik atau itikad yang tulus, bukan karena ketakutan akan sanksi atau keinginan untuk meraih pujian. Dengan demikian, Cincin Gyges mendorong refleksi lebih dalam tentang keaslian niat moral manusia dan relevansi pengawasan serta hukum dalam membentuk perilaku etis.

Bagaimana Cincin Gyges Merefleksikan Fenomena Kejahatan?

Dokpri Prof Apollo
Dokpri Prof Apollo

Cincin Gyges merefleksikan fenomena kejahatan dengan mengilustrasikan bagaimana kekuasaan yang bebas dari pengawasan dapat mendorong individu untuk melakukan tindakan-tindakan amoral atau melanggar hukum. Dalam kisah mitologis ini, Gyges, seorang gembala sederhana, menemukan sebuah cincin yang memungkinkannya menjadi tak terlihat. 

Setelah menyadari kekuatan cincin tersebut, Gyges mulai bertindak tanpa batas, melampaui moralitas dan hukum yang berlaku. Ia menggunakan kekuatan tersebut untuk melakukan tindakan yang sebelumnya mungkin tidak terpikirkan, termasuk membunuh raja, merebut tahta, dan menikahi ratu. Dengan cincin ini, Gyges memiliki kekuasaan tanpa konsekuensi, yang memungkinkan dirinya untuk memuaskan ambisi pribadi tanpa takut akan penilaian atau hukuman.

Metafora ini menggambarkan kecenderungan manusia untuk melakukan tindakan egois atau kejahatan ketika merasa aman dari pengawasan atau hukuman. Dalam konteks kejahatan, Cincin Gyges menunjukkan bahwa batasan-batasan etis sering kali bersifat eksternal, yaitu berupa norma sosial, hukum, atau pengawasan. 

Ketika batasan-batasan tersebut dihilangkan, manusia mungkin cenderung mengejar kepentingan pribadi dengan cara yang melanggar norma moral atau hukum. Plato menggunakan kisah ini untuk mengeksplorasi apakah moralitas manusia adalah sesuatu yang melekat dalam diri, atau jika mereka hanya bertindak moral karena takut akan konsekuensi.

Cincin Gyges juga berfungsi sebagai kritik terhadap konsep kekuasaan yang absolut. Dalam metafora ini, kekuatan tak terlihat yang dimiliki Gyges menjadi simbol kekuasaan tanpa akuntabilitas. Banyak filsuf dan pemikir sosial berpendapat bahwa kekuasaan yang tidak dibatasi oleh kontrol atau pengawasan akan memunculkan kecenderungan untuk bertindak korup dan amoral.

 Dalam kehidupan nyata, kondisi serupa sering terlihat pada kasus-kasus di mana individu yang memiliki kekuasaan besar menyalahgunakan wewenangnya untuk kepentingan pribadi ketika merasa tidak diawasi atau bebas dari pertanggungjawaban.

Dari perspektif psikologi moral, metafora ini menunjukkan bagaimana situasi atau kondisi tertentu dapat mengubah perilaku seseorang, bahkan mereka yang mungkin awalnya memiliki niat baik. 

Dengan kata lain, Cincin Gyges menyoroti bahwa kejahatan sering kali merupakan hasil dari kesempatan dan kekuasaan yang tidak terkendali, bukan semata-mata karena sifat bawaan seseorang. Hal ini relevan dalam masyarakat modern, di mana pengawasan dan akuntabilitas menjadi penting untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan.

Kesimpulan

Metafora Cincin Gyges menawarkan wawasan mendalam tentang hubungan antara kekuasaan, moralitas, dan kecenderungan manusia untuk melakukan kejahatan. Melalui kisah seorang gembala bernama Gyges yang menemukan cincin ajaib yang membuatnya tak terlihat, Plato mengeksplorasi apakah manusia akan tetap mematuhi nilai-nilai moral jika mereka yakin bahwa tindakan mereka tidak akan diketahui atau dihukum. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun