Mohon tunggu...
SASI MILIARTI
SASI MILIARTI Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA UNIVERSITAS MERCU BUANA

NIM : 41821110005 Fakultas : Ilmu Komputer Prodi : Sistem Informasi Kampus : Meruya Dosen Pengampu : Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Integritas Sarjana dan Optimalisasi Perkembangan Moral Menurut Kohlberg's

20 Oktober 2024   01:09 Diperbarui: 20 Oktober 2024   01:28 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tahap pertama perkembangan moral (pre-konvensional), seorang individu, termasuk sarjana, cenderung bertindak sesuai dengan hukuman dan imbalan. Integritas di tahap ini belum terbentuk dengan baik, karena tindakan mereka lebih didorong oleh kepentingan pribadi dan ketakutan terhadap sanksi. Dalam konteks akademis, mahasiswa pada tahap ini mungkin mengikuti aturan hanya untuk menghindari hukuman seperti mendapatkan nilai buruk atau dikeluarkan dari universitas, tanpa adanya pemahaman mendalam mengenai etika akademik itu sendiri.

Seiring perkembangan ke tahap konvensional, mahasiswa mulai memahami pentingnya aturan sosial dan norma yang ada. Mereka bertindak bukan hanya untuk menghindari hukuman, tetapi juga untuk mendapatkan penerimaan sosial dari dosen dan teman sebaya. Di sini, integritas mulai terbentuk, tetapi masih didasarkan pada keinginan untuk diakui sebagai individu yang "baik" di mata masyarakat. Sarjana pada tahap ini mulai memperlihatkan kejujuran dan tanggung jawab karena mereka ingin menjaga reputasi dan citra mereka di lingkungan akademik.

Pada tingkat post-konvensional, yang merupakan tahap moral tertinggi menurut Kohlberg, sarjana mulai beroperasi berdasarkan prinsip etika universal seperti keadilan dan kesejahteraan sosial. Integritas pada tahap ini sudah berkembang dengan sangat baik, karena tindakan moral tidak lagi dipengaruhi oleh aturan eksternal atau keinginan untuk mendapatkan pengakuan sosial. Sarjana yang telah mencapai tahap ini akan tetap mempertahankan kejujuran akademis, bahkan ketika tidak ada yang mengawasi, karena mereka memiliki pemahaman mendalam tentang pentingnya etika dalam menjaga integritas diri dan institusi.

Mengapa Integritas dan Perkembangan Moral Penting untuk Sarjana?

Dokumen Sasi Miliarti
Dokumen Sasi Miliarti

Mengapa integritas penting bagi sarjana? Jawabannya sangat jelas: sarjana adalah calon pemimpin, inovator, dan intelektual yang akan berkontribusi bagi kemajuan masyarakat. Integritas adalah salah satu kualitas utama yang menentukan seberapa besar dampak positif yang dapat dihasilkan seorang sarjana. Ketika seorang sarjana tidak memiliki integritas, hasil akademik sarjana tersebut menjadi tidak dapat dipercaya, dan kontribusi mereka terhadap ilmu pengetahuan dan masyarakat menjadi diragukan.

  • Dampak pada Reputasi Akademik dan Karir Profesional: Tanpa integritas, sarjana dapat terlibat dalam berbagai skandal, seperti plagiarisme atau manipulasi data penelitian, yang dapat merusak reputasi mereka di kalangan akademisi dan profesional. Dalam jangka panjang, ini dapat menghambat perkembangan karir mereka.
  • Peran Sarjana dalam Masyarakat: Sarjana diharapkan menjadi agen perubahan dan pemimpin yang berpengaruh dalam berbagai bidang. Mereka diandalkan untuk menyelesaikan masalah kompleks, baik di tingkat lokal maupun global. Jika seorang sarjana tidak dapat diandalkan secara moral, maka tidak mungkin mereka dapat dipercaya untuk mengambil keputusan penting yang berdampak pada banyak orang.
  • Integritas sebagai Dasar untuk Membangun Masyarakat yang Etis: Sarjana memainkan peran penting dalam membentuk norma dan budaya masyarakat. Ketika sarjana menunjukkan integritas dalam tindakannya, mereka menjadi panutan bagi orang lain, baik di dalam maupun di luar dunia akademik. Sebaliknya, ketika mereka menunjukkan perilaku tidak etis, mereka bisa merusak fondasi moral masyarakat.

Mengapa Perkembangan Moral Menurut Kohlberg Penting untuk Sarjana?

Perkembangan moral adalah elemen kunci yang mendasari integritas. Jika seorang sarjana tidak memiliki perkembangan moral yang matang, mereka mungkin lebih cenderung tergoda untuk melakukan tindakan tidak etis demi keuntungan pribadi atau kepentingan jangka pendek. Dengan mencapai tahap perkembangan moral yang lebih tinggi, sarjana akan lebih mampu mempertimbangkan dampak dari tindakan mereka terhadap orang lain dan membuat keputusan yang sesuai dengan prinsip moral yang lebih luas.

Perkembangan moral menurut Lawrence Kohlberg sangat penting bagi sarjana karena beberapa alasan yang berhubungan dengan pengembangan karakter, pengambilan keputusan, dan tanggung jawab sosial:

  • Pembangunan Karakter: Teori Kohlberg memberikan kerangka untuk memahami bagaimana individu mengembangkan pandangan moral mereka dari tahap-tahap sederhana hingga yang lebih kompleks. Dengan memahami proses ini, sarjana dapat lebih menyadari perjalanan moral mereka sendiri dan membangun karakter yang kuat berdasarkan nilai-nilai etika.
  • Pengambilan Keputusan yang Etis: Sarjana sering dihadapkan pada dilema moral dalam akademik dan kehidupan profesional mereka. Pemahaman tentang perkembangan moral membantu mereka mengevaluasi situasi dengan cara yang lebih kritis dan membuat keputusan yang lebih etis, mempertimbangkan dampak tindakan mereka terhadap diri sendiri dan orang lain.
  • Kesadaran Sosial: Dengan memahami perkembangan moral, sarjana dapat lebih peka terhadap isu-isu sosial dan etika yang ada di sekitar mereka. Ini meningkatkan kemampuan mereka untuk berkontribusi secara positif dalam masyarakat dan menjadi pemimpin yang bertanggung jawab.
  • Keterampilan Berpikir Kritis: Proses merenungkan dilema moral yang diusulkan oleh Kohlberg mendorong sarjana untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Mereka belajar untuk mempertimbangkan berbagai sudut pandang, mengevaluasi argumen, dan membuat keputusan yang lebih baik berdasarkan analisis yang matang.
  • Mengurangi Perilaku Tidak Etis: Pemahaman tentang perkembangan moral dapat membantu sarjana menyadari konsekuensi dari tindakan tidak etis, seperti plagiarisme dan mencontek. Dengan memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang integritas dan etika, mereka lebih cenderung untuk menghindari perilaku yang merugikan diri sendiri dan orang lain.
  • Persiapan untuk Karir yang Beretika: Di dunia profesional, integritas dan etika sangat dihargai. Sarjana yang memahami perkembangan moral akan lebih siap untuk menghadapi tantangan etika di tempat kerja, membuat keputusan yang didasarkan pada prinsip-prinsip moral, dan menjadi teladan bagi rekan-rekan mereka.
  • Pengembangan Hubungan yang Sehat: Pemahaman tentang etika dan moralitas juga berkontribusi pada pengembangan hubungan interpersonal yang sehat. Sarjana yang memiliki kesadaran moral yang baik lebih mampu berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain, menghargai perbedaan, dan menciptakan lingkungan yang inklusif.

Secara keseluruhan, perkembangan moral menurut Kohlberg memberikan landasan yang kuat bagi sarjana untuk menjadi individu yang tidak hanya berkompeten secara akademis, tetapi juga berkarakter, etis, dan mampu berkontribusi secara positif dalam masyarakat.

Pentingnya Tahap Post-Conventional dalam Membentuk Pemimpin Masa Depan yang Etis

Tahap Post-Conventional dalam teori perkembangan moral Lawrence Kohlberg sangat penting dalam membentuk pemimpin masa depan yang etis. Pada tahap ini, individu mulai mengembangkan prinsip-prinsip moral yang bersifat universal, yang tidak hanya bergantung pada norma sosial atau otoritas yang ada. Berikut adalah beberapa alasan mengapa tahap ini krusial dalam menciptakan pemimpin yang etis:

  • Pemahaman Nilai Universal: Di tahap Post-Conventional, individu mulai memahami dan menerapkan prinsip moral yang bersifat universal, seperti keadilan, hak asasi manusia, dan penghormatan terhadap martabat individu. Pemimpin yang mampu berpikir pada tingkat ini dapat membuat keputusan yang tidak hanya mempertimbangkan kepentingan pribadi atau kelompok, tetapi juga kebaikan masyarakat secara keseluruhan.
  • Pengambilan Keputusan Berbasis Prinsip: Pemimpin yang berada pada tahap ini cenderung membuat keputusan berdasarkan prinsip etika yang kuat, bukan hanya berdasarkan pada konsekuensi jangka pendek atau tekanan dari pihak luar. Mereka lebih mampu menilai situasi dengan cara yang kritis dan berpegang pada nilai-nilai yang telah mereka kembangkan, meskipun mungkin ada risiko atau tantangan yang harus dihadapi.
  • Kemandirian dalam Berpikir: Pada tahap Post-Conventional, individu menunjukkan kemandirian dalam berpikir dan bertindak. Pemimpin yang memiliki kemandirian ini tidak hanya mengikuti norma-norma yang ada, tetapi juga mampu menilai dan menantang norma-norma tersebut jika dianggap tidak adil. Ini penting untuk menciptakan inovasi dan perubahan positif dalam organisasi atau masyarakat.
  • Empati dan Pengertian Terhadap Perspektif Lain: Pemimpin yang beroperasi pada tahap ini biasanya memiliki kemampuan untuk memahami dan menghargai perspektif orang lain. Mereka cenderung menunjukkan empati yang mendalam, yang membantu dalam menciptakan lingkungan yang inklusif dan kolaboratif. Pemimpin seperti ini dapat membangun hubungan yang kuat dan saling percaya dengan anggota tim dan pemangku kepentingan lainnya.
  • Kepemimpinan yang Inspiratif: Pemimpin yang berpegang pada nilai-nilai Post-Conventional seringkali menjadi sumber inspirasi bagi orang lain. Mereka menunjukkan komitmen yang kuat terhadap prinsip etika dan integritas, yang dapat mendorong tim mereka untuk berperilaku dengan cara yang sama. Hal ini menciptakan budaya organisasi yang positif dan produktif, di mana setiap orang merasa terdorong untuk melakukan yang terbaik.
  • Kesadaran Sosial dan Tanggung Jawab: Pemimpin yang berada pada tahap Post-Conventional memiliki kesadaran sosial yang tinggi dan memahami dampak dari keputusan mereka terhadap masyarakat dan lingkungan. Mereka cenderung lebih bertanggung jawab dalam mengambil keputusan yang tidak hanya menguntungkan organisasi, tetapi juga memberikan manfaat bagi masyarakat luas. Ini sangat penting di era saat ini, di mana banyak organisasi diharapkan untuk berkontribusi pada keberlanjutan dan tanggung jawab sosial.
  • Menghadapi Tantangan Etika yang Kompleks: Dalam dunia yang semakin kompleks dan penuh tantangan etika, pemimpin yang berada pada tahap Post-Conventional lebih siap untuk menghadapi dilema moral yang rumit. Mereka dapat menavigasi situasi sulit dengan mempertimbangkan berbagai sudut pandang dan menggunakan penalaran moral yang matang untuk mencapai solusi yang adil dan berkelanjutan.

Dengan demikian, tahap Post-Conventional dalam perkembangan moral sangat penting untuk membentuk pemimpin masa depan yang etis. Pemimpin yang mampu berpikir pada tingkat ini akan dapat membuat keputusan yang adil, mempertimbangkan dampak sosial, dan menginspirasi orang lain untuk berperilaku dengan integritas. Ini akan membantu menciptakan dunia yang lebih baik dan lebih etis di masa depan.

Bagaimana Mengoptimalkan Perkembangan Moral Sarjana Melalui Model Kohlberg?

Dokumen Sasi Miliarti
Dokumen Sasi Miliarti

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun