Gunung Semeru dilaporkan erupsi pada Sabtu, 4 Desember 2021 sekitar pukul 15.00 WIB. Letupan awan panas guguran (APG) membumbung ke angkasa hingga mencapai 11 kilometer. Peristiwa itu sempat membuat langit di Kabupaten Lumajang berubah gelap karena dipenuhi debu vulkanik. BNPB memaparkan bahwa letusan itu telah berdampak pada sejumlah desa di dua kecamatan.
Hingga Jumat (10/12/2021) sore, sekitar sepekan setelah terjadinya erupsi, dikabarkan bahwa jumlah korban meninggal mencapai 45 orang.Â
Hal itu disampaikan oleh Dansatgas Tanggap Darurat Bencana Awan Panas Semeru, Kolonel Inf Irwan Subekti dalam konferensi pers secara daring, Jumat. "Korban meninggal sebanyak 45 orang, bertambah dua," kata dia. Tambahan dua korban meninggal itu merupakan hasil dari pencarian dan evakuasi di Kamar Kajang, Candipuro.
Saat ini petugas fokus melakukan pencarian korban dan evakusi di wilayah Curah Koboan, Kampung Renteng dan Kebondeli Selatan.Â
Selain korban meninggal, sembilan korban lainnya masih dinyatakan hilang. Sementara itu, korban yang mengalami luka berat sebanyak 19 orang dan korban luka ringan sebanyak 13 orang.
Kejadian risiko yang saya ambil dari diatas adalah adanya korban jiwa dari peristiwa erupsi Gunung Semeru. Konteks risiko disini memiliki tujuan yaitu meminimalisir / menghilangkan potensi adanya warga yang tidak selamat dari kejadian ini.Â
Strategi yang telah diterapkan adalah dengan adanya sistem peringatan dini untuk segala aktivitas Gunung Semeru, serta memberikan pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan, dan gladi tentang mekanisme tanggap darurat. Risk owner dari kejadian risiko disini ialah warga di sekitar Gunung Semeru
Identifikasi risiko, pertama sumber risiko disini merupakan risiko alami (natural) dengan indikator risiko erupsi ialah abu vulkanik dalam jumlah yang besar, akar penyebab dari kejadian ini ialah warga yang sudah renta dan sulit untuk menyelamatkan diri, kurangnya informasi aktivitas Gunung Semeru karena keterbatasan ponsel / internet, kurangnya kesadaran, pengetahuan serta budaya risiko terhadap bencana, serta rumah warga yang ambruk dan menimpa korban.Â
Dampak kualitatif dari risiko ini adalah timbulnya korban jiwa dan kesedihan mendalam bagi para kerabat dan teman yang ditinggalkan
Analisis risiko dari kejadian ini saya beri dampak 5 yaitu sangat berat, dengan probabilitas 2 yaitu kemungkinan kecil. Perlakuan Risiko yang dapat dilakukan adalah dengan memitigasi risiko, yaitu dengan mengurangi kemungkinan terjadinya risiko.
Selain dampak korban jiwa, erupsi Gunung Semeru ini juga mengakibatkan 2.970 unit rumah terdampak. Pihak pemerintah daerah masih melakukan pemutakhiran jumlah rumah terdampak maupun tingkat kerusakan. Bangunan terdampak lainnya berupa fasilitas pendidikan 38 unit dan jembatan terputus (Gladak Perak) 1 unit.
Dari kejadian diatas maka saya mengambil kejadian risiko yaitu rumah warga yang rusak akibat erupsi gunung semeru. Konteks risiko disini bertujuan agar warga bisa kembali mendapat tempat tinggal yang layak.Â
Strategi yang dilakukan ialah pemerintah akan melakukan relokasi rumah warga yang sudah tidak bisa ditempati akibat erupsi, adanya pos pengungsian yang tersebar di 121 titik pengungsian untuk para warga, serta BNPB yang menyiapkan bantuan dana bagi warga untuk memperbaiki rumah mereka yang rusak. Risk owner dari kejadian ini adalah warga terdampak di sekitar Gunung Semeru
Identifikasi Risiko, identifikasi risiko dengan sumber risikonya yaitu alami (natural). Indikator risikonya erupsi Gunung Semeru, serta rumah yang tak bisa lagi ditinggali. Akar penyebab dari kejadian ini karena adaya awan panas guguran, tanah tertimbun abu vulkanik yang menerjang rumah warga. Dampak kualitatif yang timbul adalah warga yang kehilangan tempat tinggal, kerugian material karena kerusakan rumah serta isinya.
Analisis Risiko disini saya memberikan dampak 4 yaitu berat, dengan probabilitas 2 yaitu kemungkinan kecil. Serta perlakuan risiko yang dapat dilakukan ialah dengan transfer risiko, yaitu membeli asuransi untuk properti mereka
Untuk bantuan para korban terdampak erupsi Gunung Semeru, Sekretaris Jenderal Palang Merah Indonesia, Sudirman Said, menyatakan telah mengerahkan sekitar 100 relawan ke Kabupaten Lumajang untuk memberi pertolongan pertama dan penilaian kebutuhan pengungsi. "Pemantauan assessment untuk melihat bantuan yang diperlukan mulai dari masker kain, masker medis, pelindung muka, matras, terpal, tenda, tangki air, hingga pakaian ganti sementara," kata Sudirman.Â
PMI juga membantu mendistribuskan berbagai bantuan ke setiap kantung-kantung pengungsi erupsi Gunung Semeru. Termasuk menyediakan mobil ambulans di Kabupaten Lumajang bersama TNI dan Kepolisian. PMI juga mengirimkan bantuan air bersih yang diambil dari Kabupaten Gresik untuk menyuplai kebutuhan pengungsi.
Akhir kata, saya berharap agar kita semua warga negara Indonesia dapat meningkatkan kesadaran akan kesadaran risiko terutama akan risiko bencana, agar kita semua dapat menghadapi risiko-risiko yang mungkin timbul kedepannya sehingga dapat lebih siap menghadapi dampak  yang timbul dapat meminimalisir atau menghindari kerugian parah. Dan saya berharap agar semua korban terdampak saat ini diberi ketabahan dan kekuatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H