Dalam kapasitasnya sebagai Presiden terpilih pada Pemilu 2019, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan pidato "Visi Indonesia" di Sentul International Covention Center (SICC), Jawa Barat, Minggu 14 Juli 2019.Â
Dalam pidatonya, Jokowi menyebutkan ada lima tahapan besar yang akan dilakukannya bersama Ma'ruf Amin untuk menjadikan Indonesia lebih produktif serta memiliki daya saing yang tinggi dalam menghadapi kompetisi global. Kelima tahapan itu meliputi pembangunan infrastruktur, pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM), membuka investasi seluas-luasnya, reformasi birokrasi, dan penggunaan APBN tepat sasaran.
Pada bagian akhir pidatonya, Jokowi mengungkapkan soal keberagaman dan demokrasi yang berkeadaban serta pentingnya menjaga persatuan dan kerukunan bangsa. Menurut Jokowi, persatuan dan kerukunan merupakan aset terpenting yang dimiliki bangsa Indonesia.Â
"Kesadaran itu seringkali kita lupakan sehingga saya sering mengingatkan bahwa kita ini betul-betul sangat beragam. Jangan sampai karena berbeda pilihan politik atau perbedaan lainnya kita menjadi terpecah-pecah. Kalau itu terjadi, rugi besar bangsa ini. Oleh karenanya, seluruh anak bangsa diharapkan dapat menjaga persatuan dan merawat kerukunan di tengah perbedaan yang ada," kata Jokowi.
Amanat mengenai pentingnya persatuan tentu bukan sesuatu yang baru. Jauh-jauh hari, Presiden Pertama Indonesia, Ir. Soekarno pernah berujar "Entah bagaimana tercapainya persatuan itu, entah bagaimana rupanya persatuan itu, akan tetapi kapal yang membawa kita ke Indonesia Merdeka itulah Kapal Persatuan adanya," ungkapnya.Â
Hal senada juga diungkapkan Mohammad Hatta, teman sejiwa Soekarno sesama Pendiri Bangsa. "Jatuh bangunnya negara ini, sangat tergantung dari bangsa ini sendiri. Makin pudar persatuan dan kepedulian, Indonesia hanyalah sekedar nama dan gambar seuntaian pulau di peta," ungkap Sang Proklamator itu.Â
Dua ungkapan ini menunjukkan betapa fundamentalnya nilai persatuan sebagai sokoguru bagi keutuhan bangsa. Tidak heran jika Penyair Suriah kenamaan, Publilius Syrus (85 SM -- 43 SM) pernah berujar: Where there is unity, there is always victory!
Â
Berkaca dari Pengalaman
Bila kita berkaca pada perjalanan sejarah bangsa-bangsa, tampak dengan jelas bahwa antara persatuan dan kerukunan dengan kemajuan suatu bangsa terdapat korelasi yang sangat kuat. Perspektif historis itu menunjukkan bahwa bangsa-bangsa yang relatif bersatu dan rukun akan lebih mudah menggapai tingkat kemajuan.Â
Amerika Serikat, Cina, Jepang dan Korea dapat menjadi contoh dalam hal ini. Stabilitas negara-negara itu tercermin dari persatuan dan kerukunan warganya sehingga hal ini memberi kontribusi penting serta mampu menciptakan atmosfir kondusif pada bangsa-bangsa tersebut dalam melakukan dinamisasi, progresivitas dan akselerasi kreativitas serta inovasi di berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Implikasinya, negara-negara tersebut tumbuh menjadi negara industri yang maju dan kini menjadi market leader dalam percaturan global.