Masa pembekalan menjadi masa awal dimana feel dalam tim saya mulai terasa adanya. Saat itu kami diberikan banyak sekali tugas dari mentor, beban tugas itulah yang menjadi alasan awal saya dan teman-teman mulai kompak. Ya, kompak dalam menentukan kapan waktu yang tepat untuk kami mengumpulkan tugas.Â
Sejak saat itu, meski saya sudah selesai mengerjakan tugas, saya harus merelakan diri untuk menunggu teman-teman yang lain agar kami dapat mengumpulkan tugas secara bersamaan. Hal tersebut ternyata berhasil melatih saya untuk aware terhadap orang-orang di sekitar saya. Biasanya, saya tidak pernah peduli jika ada teman saya yang belum selesai mengerjakan tugas, saya akan tetap mengumpulkan ketika saya sudah selesai. Parah sekali.
Kegiatan pertemuan dengan mentor | dokumentasi pribadi
Satu pekan, dua pekan, tiga pekan, berhasil saya lalui dengan baik. Hubungan antara saya dengan teman-teman satu tim juga menjadi semakin akrab. Yang saya ingat, saya pernah menangis di kamar kost saya karena ketidakmampuan saya dalam beradaptasi, lalu saya membeli es krim sebanyak lima buah untuk nantinya saya makan bersama dengan teman-teman yang lain.Â
Saya berharap bahwa yang saya lakukan itu dapat membuat hati saya memiliki kecenderungan untuk menikmati keadaan yang ada, menjalani keseharian saya, bersama mereka. Ternyata, apa yang saya lakukan itu berhasil membuat diri saya setidaknya merasa nyaman.
Memasuki bulan kedua magang, saya dan teman-teman menjadi jauh lebih akrab. Kami seringkali berbagi makanan, mulai dari permen, roti hingga keripik. Sesekali kami iuran untuk membeli jajan di warung, lalu kami makan bersama-sama. Itu memang sepele, namun itu membuat kami semakin dekat. Hari-hari saya diwarnai dengan tawa, tidak, saya bahkan terbahak-bahak.Â
Tanpa saya sadari, keakraban antar tim membuat kerja dalam tim menjadi menyenangkan. Kompromi demi kompromi kami lakukan untuk mencapai kebahagiaan dalam bekerja. Pernah pada suatu hari saya tertidur saat seharusnya mengumpulkan tugas sesuai perjanjian, mereka pun berusaha untuk menunggu dan membangunkan saya.Â
Hal itu tentu saja membuat saya merasa bahwa saya berada diantara teman-teman yang baik dan juga care. Pada bulan kedua ini pula, kegiatan magang menjadi jauh lebih serius karena saya dan teman-teman mulai diberikan tanggung jawab untuk menjalankan sebuah proyek.
Oleh karena saya berada di bidang pendidikan, maka saya mendapatkan sebuah proyek untuk membuat suatu media pembelajaran berbasis digital yang diperuntukkan kepada seluruh guru dan mahasiswa PAI di Indonesia. Media pembelajaran tersebut kami beri nama STC Academy. Media ini berfokus pada pembelajaran PAI dan Tahsin al-Qur'an.Â