Mohon tunggu...
I Made Mahendra Budhiastra
I Made Mahendra Budhiastra Mohon Tunggu... -

Pemuda yang gila akan dunia wisata, hiburan dan trend terkini. Ingin memiliki usaha sendiri dan bisa hidup berkecukupan dengan jalan yang direstui tuhan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Susahnya Mengurus Barang Pindahan di Bandara Soekarno-Hatta

22 Februari 2014   16:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:34 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi saya seorang mahasiswa yang baru saja pulang dari kuliah di luar negeri sudah sewajarnya jika memiliki banyak barang yang harus dibawa pulang. Jatah bagasi dari airlines yang maksimum hanya 30 KG untuk kelas ekonomi tentu saja tidak cukup untuk membawa semua barang pulang. Jalan yang paling masuk akal ya mengirim barang tersebut menggunakan kargo, kapal atau jasa kurir lainnya.

Mengirim barang ke Indonesia sudah menjadi isu yang tidak asing lagi di kuping masyarakat, terlebih dengan pihak bea cukai sebagai salah satu departemen pemerintahan RI yang terkenal akan birokrasi serta percaloannya. Sebelum saya berniat kirim barang dari Swiss ke Indonesia, saya berusaha mencari informasi sedetail mungkin mengenai tata cara mengirim barang dari luar negeri ke Indonesia dengan dalih barang pindahan atau personal effect. Saya temukan di situs bea cukai soekarno hatta (http://www.bcsoetta.net/v2/page/barang-pindahan) sebagai berikut:


  • Barang pindahan yang diimpor dan diberikan fasilitas pembebasan bea masuk harus tiba bersama-sama pemilik yang bersangkutan atau paling lama 3 (tiga) bulan sesudah atau sebelum pemilik barang yang bersangkutan tiba di Indonesia
  • Pemilik barang pindahan atau kuasanya menyampaikan dokumen PIBK (Pemberitahuan Impor Barang Khusus) ke Kantor Pabean tempat pemasukan barang pindahan, dengan melampirkan

    • daftar rincian jumlah, jenis, dan perkiraan nilai pabean atas barang yang dimintakan pembebasan bea masuk yang telah ditandasahkan
    • surat keterangan dan/atau dokumen terkait sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
    • fotokopi paspor
    • dokumen persyaratan untuk pembebasan BM


Disini sudah jelas sekali mengenai persyaratannya. Akhirnya sayapun segera packing barang-barang yang rencananya akan saya kirim ke Indonesia menggunakan kargo milik Qatar Airways melalu pihak kurir ketiga (Dalam hal ini melalui Intrapass GMBH di Zürich Airport). Total barang yang saya kirim adalah 3 (tiga) buah dengan rincian sebagai berikut:

1. Tas koper ukuran besar dgn konten baju pribadi, tas gunung, sepatu, buku, dokumen

2. Tas koper ukuran kecil dgn konten baju, buku sekolah dan laptop

3. Tas besar dgn konten sepeda

Setelah semua barang sudah saya pack, sayapun berangkat dari rumah saya di Lucerne menuju Zürich Airport untuk proses pengiriman. Ketika sampai, sayapun diperingatkan untuk tidak menaruh parfum, baterai, cairan kimia dan dangerous good lainnya karena barang saya akan dikategorikan sebagai kargo.

Salah satu hal yang cukup penting disini adalah barang tersebut saya kirim atas nama saya dan penerima di Jakarta adalah ayah kandung saya. Ini dikarenakan saya belum berada di Indonesia dan jika terjadi apa-apa ketika barang mendarat, pihak kargo di Jakarta bisa menghubungi ayah kandung saya. Lagipula menurut keterangan diatas boleh diwakilkan oleh kuasanya kan? Setelah proses pengecekan dan pembayaran selesai, sayapun diberikan fotokopi air waybill dan fotokopi list barang yang akan disahkan oleh pihak KBRI Bern. Setelah itu sayapun bergegas menuju KBRI di Bern dengan membawa dokumen sebagai berikut:

1. Surat keterangan content yg saya kirim dalam kargo tersebut

2. Paspor asli

3. Residence permit saya di Swiss

Setelah sampai di KBRI Bern, sayapun memberikan dokumen pertama untuk dilegalisir serta dibuatkan surat konjen yg berisikan keterangan bahwa saya sudah selesai belajar di Swiss dan akan pulang ke Indonesia.

Tanggal 14 Februari saya pulang menggunakan Qatar Airways ke CGK dengan transit di Doha (DOH). Ternyata saya terkena overweight sebesar 8 KG dari total baggage allowance 30 KG. Karena biaya excess baggage per kilonya sangat mahal (60 USD) saya putuskan mengambil sebagian barang saya di koper dan saya bawa ke Intrapass lagi untuk dikirimkan melalui kurir (Dalam hal ini dikirim menggunakan TNT).

Dalam penerbangan dari Doha menuju Jakarta, setiap orang diberikan form custom declaration yg wajib diisi. Karena akan ada barang yg sampai belakangan, saya juga isi di form tersebut di bagian yg bersangkutan termasuk di halaman belakang yg harus saya tuliskan rincian barangnya seperti apa. Toh itu semua memang barang yg saya beli di Indonesia kok, jadi kan harusnya ga dipajekin lagi (Masuk akalnya)

Setelah saya mendarat di Jakarta (Hari sabtu tgl 15 Februari) saya mau coba langsung pergi ke terminal kargo yang berada di dekat Terminal 3. Terminal kargonya cukup memusingkan dan tidak ada tanda yang jelas mengenai dimana tempat parkir, dimana gedung ABCDE so on dll.... Akhirnya saya mencoba turun dan bertanya dgn salah satu orang disana dan rupanya saya diarahkan ke seseorang yang rupanya adalah calo di terminal kargo. Awalnya sih enggak ngeh kalo itu calo, cuma baru sadar belakangan sih.

Si calo ini sih rupanya karyawan JAS. Karena kargo saya dikirim oleh Qatar Airways, jadinya yang handle di Jakarta adalah JAS Kargo. Terus si orang ini lumayan menginterogasi saya mulai dari kirim pindahan seperti apa bla bla bla. Hingga ada percakapan yang cukup bikin saya sebel

A: Saya B: Calo JAS

B: Pak, ini di Qatar jadi TKI atau sekolah?

A: Engga pak, saya kuliah di Swiss baru pulang

B: Oh habis kuliah di eropa pak ya? Oh ya nanti jgn lupa bayar sewa gudang ya pak. Soalnya itu kan dihandle pihak swasta

Entah gimana maksudnya percakapan begini? Apa maksudnya menurut di calo ini orang yang keluar negeri untuk kuliah berhak untuk dimintai duit apapun kondisinya? Lanjut percakapan pun berlanjut seperti ini ketika sampai di kantornya JAS

B: Pak, kalo boleh tau kuliah disana bayarnya berapa sih?

A: Wah, kalo biaya sih mahal banget pak. Tapi untungnya saya beasiswa. Jadi lumayan lah sekolah, makan, minum, tidur, jalan-jalan gratis.

B: Loh? Bapak beasiswa toh. Saya pikir biaya sendiri? Memang bapak kerja apaan?

A: Bapak saya udah pensiunan pak, makanya saya gamau minta uang kuliah sama bapak saya kalo keluar negeri mah! Ini makanya ada kesempatan beasiswa saya baru keluar negeri

(Disclaimer: Sebenernya sih saya bersandiwara dgn si pihak calo mengenai beasiswa dan pensiunan. Soalnya kalo saya jujur, bisa dipelorotin lagi saya)

B: Yaudah pak, nanti senin datang lagi karena kantor JAS kalo hari sabtu cuma buka sampe jam 2 siang. Sekalian bawa surat-suratnya ya pak.

Akhirnya sayapun pulang dan udah punya firasat bahwa akan banyak calo berkeliaran di bandara soekarno hatta terutama di terminal kargonya. Akhirnya saya pulang dulu untuk istirahat setelah perjalanan yg cukup panjang dan lama.

Senin, 17 Februari 2014

Karena rumah saya di Bekasi, sayapun ditemani oleh bapak saya pergi ke Bandara Soekarno Hatta dari pukul 6 pagi untuk menghindari macet. Sayapun sudah punya mindset untuk tidak akan membayar calo atau uang suap kepada siapapun. Setelah sampai di kantor JAS, sayapun pergi ke customer service terlebih dahulu untuk diberikan penjelasan. Saya ditemui oleh salah satu wanita yg kerja di customer service dan beliaupun mengatakan hal seperti ini:

"Kalo proses normalnya cepet kok untuk barang pindahan, paling lama 2 jam saja.  Oh ya pak, disini banyak sekali calonya dan udah banyak sekali orang yang terpaksa menjadi korban karena prosesnya akan sering dibolak balik kalo ga make jasa mereka. Makanya saya akan tuliskan di kertas ini bapak harus kemana saja dan apa yang harus dilengkapi biar barangnya bisa cepet keluar tanpa harus keluar uang banyak. Yang pertama bapak harus isi dokumen PIBK dan serahkan ke pihak bea cukai yang ada di gudang kargo JAS. Dokumennya ada disana dan bapak ga harus bayar. Di fotokopi juga dijual tapi harganya Rp. 7000 tapi lebih baik tidak usah beli. Lalu setelah isi, nanti barangnya akan dicek bersama bapak dan setelah disign oleh pihak custom tinggal dilegalisir, lalu bayar sewa gudang dan bapak sudah bisa ambil barang. Jangan pasang muka bingung karena akan mudah dipermainkan. Jika bapak bingung, lebih baik tanya ke petugas yang pake seragam berwarna hitam seperti petugas itu (sambil nunjuk). Oh ya pak DDO jangan sampe hilang ya, udah sering kejadian soalnya"

Proses yang simpel bukan? Eiiiits, tapi bukan dengan saya! Saya akan terangkan kronologisnya sebagai berikut:

1. Setelah mengurus surat DDO (Surat pengambilan barang) di kantor JAS, saya langsung pergi ke bea cukai di gudang JAS Impor untuk isi PIBK. Tapi layout gudang kargo yang terkesan rumit terlihat seperti disengaja oleh pihak Angkasa Pura 2 atau bandara soekarno hatta sendiri untuk memuluskan kerja para manusia-manusia busuk bernama calo tersebut.

2. Setelah hampir 1 jam keliling-keliling, ketemu juga gudangnya. Layout gudangnya juga sangat aneh! Masa lokasi kantor bea cukainya harus lewatin jalan yang kaya gang tikus begitu?

3. Setelah sampai di kantor impor, saya disuruh isi formulir PIBK dan diharuskan membuat surat keterangan bahwa bapak saya (sebagai penerima barang sesuai yg saya tulis ketika mengirim barang) adalah bapak kandung saya. Setelah semua dokumen lengkap, saya diharuskan beli materai 6000 untuk bisa menandatangani surat itu serta map hijau seharga Rp 3000

4. Setelah dapat materai dan map, saya kembali lagi ke gudang JAS tadi dan menyerahkan semuanya. Lalu nanti dari pihak bea cukai akan ada yg datang dan saya bersama beliau datang bersama-sama ke barang kiriman saya untuk cek barang.

Nah disini yang lucu ketika saya membuka koper (Disaksikan oleh sang petugas) dia malah sedikit kecewa pas lihat kalo isinya hanya barang bekas serta full buku dan dokumen. Akhirnya dia hanya tanda tangan saja dan selanjutnya bisa saya proses ke bagian pengesahan.

5. Setelah saya sampai di bagian pengesahan mereka minta nomor agenda di gedung B. Saya bingung maksudnya nomor agenda ini gimana? Akhirnya saya dtg ke pelayanan bea cukai yang ada di gedung sebelah. Setelah lama menunggu, ternyata problemnya adalah si pihak kargo cuma menulis personal effect doang tanpa diberikan keterangan apa aja isi dari konten personal effect tersebut. Makanya saya harus redress di gedung B. Saya jadi makin heran kenapa prosesnya jadi panjang begini?

6. Setelah sampai di gedung B untuk pengajuan redress, sang petugas nanya ini (sambil menyebut nama ayah saya) siapa? Saya jawab dong itu bapak saya. Lalu dia bilang lah yang punya barang itu sebenernya siapa? Bapak kamu atau kamu? Ya saya jawab kalo itu barang saya. Lalu dia bilang kalo saya harus consignee karena barang tersebut adalah milik saya dan bukan milik bapak saya. Lalu saya jelaskan dong kalo di website tertulis kalo kuasanya bisa mengambil barang tersbut. Lalu dia bilang lagi kalo memang bisa tapi harus consignee. Dengan sedikit garang, dia bilang prosesnya bisa 3 hari kalo untuk consignee hingga tiba2 bosnya datang dan nanya ada problem apa. Saya jelaskan dan tiba2 beliau bilang kalo consignee bisa selesai cepet kok tapi memang legalisirnya bisa 3 hari. Tapi bukan berarti barang pindahan saya ga bisa diambil hari ini.

Dan sayapun ga menyangka waktu menunjukan pukul 12 siang dan proses ambil barang saya belum selesai-selesai juga......

7. Karena istirahat siang, prosespun berlanjut pukul stgh 2 siang dan setelah saya lengkapi semua dokumen si petugas tadi nanya ke saya gini:

Petugas: Pak, ini ngurus sendiri ya dokumennya?

Saya: Iya pak

Petugas: Ini bapak diluar negeri kerja apa kuliah sih?

Saya: Kuliah pak

Petugas: Aduh pak pinter dikit napa sih kalo kuliah di luar negeri! Biasanya yg kuliah di luar pinter-pinter kan?

Jujur saya sudah naik pitam sampai di proses kali ini. Tapi saya berusaha berdoa dan menahan emosi berharap agar semua proses busuk ini cepet selesai. Akhirnya saya dapat nomor agenda dan langsung kembali ke gudang JAS untuk pengurusan berikutnya.

8. Setelah sampai dan dilegalisir, sayapun hanya tinggal membayar sewa gudang. Tapi eng ing eng, DDO saya HILANG! Gatau jatuh atau terambil akhirnya sayapun bolak-balik ke kantor2 yang saya kunjungi sebelumnya untuk bertanya apakah ada yang melihat kertas DDO saya. Rupanya ga ada satupun yang lihat (Atau salah satu dari pihak kantor menyembunyikan surat tersebut)

9. Akhirnya saya balik ke kantor JAS dan bertanya apa yang harus saya lakukan jika DDO hilang. Si mbak yg tadi pagipun bilang lagi ke saya:

"Tuh kan mas, udah saya bilangin DDO jangan sampe hilang. Ini kasus udah kesekian kalinya. Coba ditanya ke kasir gimana caranya ngeluarin DDO yang baru"

Sayapun ke kasir dan mereka bilang saya harus ada surat keterangan polisi. Akhirnya saya pergi dulu ke Polsek yang ada di Bandara untuk bikin surat keterangan hilang. Hadeeeeuuuuh.......

10. Setelah surat keterangan hilang keluar, saya langsung balik ke kantor JAS dan bayar sewa kargo sebesar Rp. 250.000. Lalu tiba2 petugas kasirnya bilang kalo saya harus ke kantor bea cukai lagi karena di surat mereka cuma nulis 1 item sedangkan saya punya 3 item (Barang saya kan totalnya 3 tas). Akhirnya saya harus balik lagi ke gudang untuk benerin surat itu

11. Setelah diperbaiki oleh bea cukai, saya kembali lagi ke kantor JAS dan si petugas kasir bilang kalo kopiannya ga jelas dan nyuruh saya fotokopi dulu. Jadinya saya ke depan lagi buat fotokopi.

12. Setelah keluar itu surat jalan, saya kembali lagi ke gudang JAS untuk serahkan surat itu serta ambil barang.

Dan proses ini selesai pada pukul setengah lima sore waktu setempat........... WOW!!

Kesimpulan:

1. Pihak Angkasa Pura 2 serta Bandar Udara Soekarno Hatta seperti menutup mata dengan percaloan dan kebusukan-kebusukan SDM yang ada di terminal kargo

2. Terminal Kargo Bandara Soekarno Hatta terlihat sudah didesain sedemikian rupa untuk memudahkan flow para tikus-tikus busuk bernama calo untuk berkeliaran

3. Mental para petugas Bea Cukai yang sebagian besar (Tidak semua) tidak memiliki etos kerja yang baik dan seneng cari gampang demi uang lebih

4. Birokrasi di Indonesia yang masih ribet

5. Mindset yang sesat seakan-akan mahasiswa/i yang kuliah di luar negeri dengan uang sendiri adalah orang kaya dan patut untuk diperas sebanyak-banyaknya untuk urusan perut (Dan mungkin bagian yang lain-lain juga)

Selain itu cerita saya tidak selesai sampai disini. Barang saya yang saya ceritakan overweight ketika akan pulang ke Indonesia juga memiliki problem lain. Hal tersebut akan saya ceritakan di lain waktu.

Sebagai WNI yang baru saja mengenyam pendidikan tinggi di luar negeri, mental seperti ini jujur bikin saya sakit hati dan bikin geleng-geleng kepala. Semoga pihak Angkasa Pura 2, Bandara Soekarno Hatta (Sebagai anak usaha AP2) dan otoritas bea cukai bisa punya rasa malu mendengar cerita ini.

Salam

Mahendra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun