Mohon tunggu...
Nur Annisa Hamid
Nur Annisa Hamid Mohon Tunggu... Wiraswasta - blogger dan content creator

seorang wanita yang hobi travelling, menulis dan menyukai anak-anak selalu berfikir positif dan bersyukur dalam segala hal

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mengenal Lebih Dekat Suku Baduy dan Menjelajah Jembatan Akar

29 Juli 2023   15:14 Diperbarui: 29 Juli 2023   15:53 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah hiruk pikuk kehidupan ibukota yang padat dan penuh polusi sesekali aku ingin menyegarkan pikiran dan badan dengan menjelajah alam terbuka. Untungnya sekarang sudah ada kemudahan transportasi dan perizinan setelah pandemi dinyatakan selesai. Sehingga untuk bepergian tidak perlu dokumen yang rumit seperti sertifikat vaksin dan lainnya. 

Salah satu tempat yang aku datangi ialah suku Baduy yang terletak di Banten. Aku sudah lama mendengar kisah suku  ini sejak SMA karena memiliki keunikan  budaya, tradisi dan sinergi dengan alam. Maka saat KPK dan Koteka salah satu komunitas di Kompasiana mengadakan open trip ke Suku Baduy maka dengan semangat aku mendaftar dan mengikutinya. 

Tanggal 22 Juli 2023 aku mendatangi stasiun Tanah Abang jam 07.00 pagi agar bisa berangkat bersama menuju stasiun Rangkas Bitung. Waktu perjalanan sekitar 2,5 jam aku gunakan untuk tidur agar bisa menyimpan tenaga saat menuju terminal Ciboleger. Begitu tiba di Rangkas Bitung rombongan kami sudah dijemput mang Ojan salah satu warga Baduy Luar berusia 20 tahun.

sumber : dokumen pribadi 
sumber : dokumen pribadi 

Dengan menaiki angkot perjalanan selama dua setengah jam kami tempuh sambil melihat pemandangan sawah, hutan dan pedesaan. Tentunya kami bersepuluh banyak mengobrol dan bersenda gurau agar suasana makin akrab dan perjalanan terasa menyenangkan. Setelah sampai kami pun registrasi di depan desa Kaduketug I kabupaten Lebak. 

Karena disini sinyal telekomunikasi sulit maka aku memutuskan mematikan paket data agar bisa fokus mengenal suku Baduy. Ternyata banyak hal yang aku baru ketahui misalnya anak-anak di suku Baduy tidak bersekolah namun bisa membaca dan menulis karena ada remaja atau orang dewasa yang mengajari. Selain itu disini listrik sangat minim hanya dinyalakan saat malam hari menggunakan lampu yang bisa diisi ulang daya baterainya. 

sumber : dokumen pribadi 
sumber : dokumen pribadi 

Fakta lainnya sebagian besar masyarakat berprofesi sebagai petani dan pengrajin kain tenun. Banyak barang hasil buatan sendiri seperti gelang, kalung, baju, syal, celana, kain tenun dan lainnya dipajang di teras. Pengunjung bisa membayar dengan tunai atau non tunai. Bagi para perempuan rata-rata menikah muda usia 17 - 18 tahun dan memiliki anak usia 19 atau 20 tahun. 

Setelah menjelajah kampung Kaduketug I kami pun makan siang dengan menyantap makanan Indonesia seperti tempe, tahu, ikan asin, pete rebus, sambal tomat, kerupuk lalu minum kopi atau teh dengan gula aren padat. Dengan penuh keakraban kami menikmati makanan dengan semangat hingga kenyang. 

Setelah kenyang sebagian berbelanja kain, baju, gula aren, pete dan lainnya untuk oleh-oleh keluarga di Jakarta. Perjalanan belum selesai kami pun lanjut ke jembatan akar untuk melihat jembatan besar yang disambungkan dua akar pohon besar. Perjalanan menuju jembatan tidaklah mudah kami harus menaiki dan menuruni jalanan yang curam dan penuh berbatu. Lalu melewati jembatan yang terbuat dari bambu namun kurang rapat sehingga mudah bergeser saat diinjak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun