Mohon tunggu...
Nur Annisa Hamid
Nur Annisa Hamid Mohon Tunggu... Wiraswasta - blogger dan content creator

seorang wanita yang hobi travelling, menulis dan menyukai anak-anak selalu berfikir positif dan bersyukur dalam segala hal

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Tradisi Dugderan Meriahkan Ramadan di Semarang

18 Mei 2020   18:18 Diperbarui: 18 Mei 2020   18:16 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

sumber : cnnindonesia.com
sumber : cnnindonesia.com

Pawai juga dimeriahkan dengan atraksi drumband, karnaval pasukan merah putih, pasukan pemuda dengan pakaian adat dari berbagai daerah, pembagian roti Ganjel Rel dan air khataman Al Quran ke masyarakat. 

Saya juga suka melihat kemeriahan pawai karena banyak kesenian tradisional yang ditampilkan apalagi warak ngendok yang dihias dengan warna-warna cerah. Semua masyarakat Semarang senang dan antusias dengan tradisi Dugderan yang menjadi agenda tahunan bahkan menjadi event pariwisata yang dipadati oleh wisatawan. 

Kini dengan adanya pandemi, tradisi Dugderan tetap dilakukan namun tidak diiringi pawai atau karnaval. Hal ini dilakukan untuk menghindari kerumunan masyarakat dan mencegah penularan virus penyakit, bapak Hendrar Prihadi sebagai walikota Semarang menggantinya dengan mendatangi Masjid Besar Kauman untuk menemui ulama dan tokoh masyarakat guna menentukan awal puasa. 

Walaupun dengan cara sederhana, namun makna tradisi Dugderan tetap dipertahankan menyesuaikan kondisi saat ini. Intinya adalah budaya yang memiliki nilai luhur tetap dijalankan walaupun ada beberapa bagian yang sementara ditiadakan. 

Puasa tetap dijalankan dengan semangat menjaga kebersihan, kesehatan dan kerukunan dalam perbedaan di masyarakat. Beruntunglah dulu saya masih sempat merasakan kemeriahan Dugderan, menonton pawai Warak ngendok dan suka cita menjalankan ibadah puasa dari anak-anak sampai dewasa. 

Semoga tradisi Dugderan bisa lebih meriah tahun depan sehingga anak-anak bisa merasakan, mencintai tradisi lokal dan menjadi ciri khas kota Semarang dalam melaksanakan toleransi beragama serta menyambut datangnya bulan suci Ramadan. 

Saya juga berharap tahun depan bisa menjalankan puasa dengan kondisi lebih baik seperti menjalankan tarawih di masjid, buka puasa di luar rumah, mudik ke kampung halaman dan sholat Idul Fitri berjamaah. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun