Mohon tunggu...
Nur Annisa Hamid
Nur Annisa Hamid Mohon Tunggu... Wiraswasta - blogger dan content creator

seorang wanita yang hobi travelling, menulis dan menyukai anak-anak selalu berfikir positif dan bersyukur dalam segala hal

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Tradisi Dugderan Meriahkan Ramadan di Semarang

18 Mei 2020   18:18 Diperbarui: 18 Mei 2020   18:16 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena saya lahir dan dibesarkan di Semarang, maka budaya Jawa Tengah menjadi bagian dalam kehidupan pribadi. Termasuk ketika menyambut bulan puasa dimana ada pawai "warak ngendok" yang ramai dihadiri semua lapisan masyarakat. 

Tradisi tersebut dinamakan Dugderan yang diambil dari suara bedug dan meriam yang menandai datangnya bulan Ramadan. 

Dugderan diadakan sejak ratusan tahun silam yaitu tahun 1881 dibawah kepemimpinan Bupati Kyai Raden Mas Tumenggung (KRMT) Purbaningrat. 

Tradisi diawali pemukulan bedug di Masjid Besar Kauman sehari sebelum Ramadan yang disusul suara meriam di halaman kabupaten yang masing-masing dibunyikan tiga kali. 

Karena pada masa penjajahan Belanda masyarakat terbagi dalam tiga jenis yaitu keturunan Tionghoa, Arab dan Jawa yang sering terjadi perbedaan pendapat mengenai awal puasa maka tradisi diadakan tradisi Dugderan supaya tidak terjadi perpecahan. 

Masyarakat pun ramai berdatangan ke Masjid Besar Kauman dan menggelar dagangan berupa makanan, minuman, pakaian dan mainan anak-anak dari tanah liat. 

Sampai saat ini tradisi Dugderan masih dilaksanakan walaupun banyak perubahan. Misalnya pawai diadakan dari Balaikota Semarang sampai Kauman kini diteruskan ke Masjid Agung Jawa Tengah. 

Orang yang memukul bedug kini walikota Semarang yang menaiki kereta kencana diiringi pasukan berkuda jajaran Muspida Kota Semarang menuju Kauman kemudian melanjutkan perjalanan ke Masjid Agung Jawa Tengah menyerahkan shuhuf halaqah kepada Gubernur Jawa Tengah.

Saat saya masih anak-anak Dugderan menjadi momen yang menyenangkan karena bisa membeli mainan celengan tanah liat di daerah Pasar Johar dengan harga murah, membeli berbagai makanan tradisional untuk buka puasa dan melihat pawai "warak ngendok " yang meriah. 

Warak ngendok merupakan simbol pemersatu agama dan suku yang diwujudkan dengan binatang yang berkepala naga, berbadan unta dan berkaki kambing. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun