Mohon tunggu...
Nur Annisa Hamid
Nur Annisa Hamid Mohon Tunggu... Wiraswasta - blogger dan content creator

seorang wanita yang hobi travelling, menulis dan menyukai anak-anak selalu berfikir positif dan bersyukur dalam segala hal

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Masjid Jami Assalafiyah Jatinegara Kaum, Saksi Bisu Perjuangan Pangeran Jayakarta

30 April 2020   20:47 Diperbarui: 6 Mei 2020   20:16 1090
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jakarta sebagai ibukota negara sekaligus ibukota provinsi memiliki banyak tempat bersejarah yang masih ramai didatangi sampai saat ini. Bahkan kini banyak terdapat wisata sejarah dan religi bagi turis asing maupun lokal untuk memperkenalkan sejarah bagi generasi milenial maupun generasi Z dengan cara menyenangkan. 

Salah satu tempat bersejarah dan tempat ibadah yang setiap hari ramai dikunjungi adalah masjid Jami Assalafiyah yang berdiri sejak tahun 1620 oleh Pangeran Jayakarta IV Atau Achmad Jakerta. Masjid ini bisa dibilang tertua di Jakarta yang menjadi tempat Pangeran Jayakarta berjuang melawan VOC sampai akhir hayat. 

dok. pribadi
dok. pribadi
Saya beruntung karena bisa berkunjung ke masjid ini bulan Februari lalu untuk lebih mengenal sejarah Pangeran Jayakarta beserta keturunannya. Di depan, samping dan belakang terdapat kerabat Pangeran Jayakarta yang ramai didatangi dari pagi sampai malam hari. 

dok. pribadi
dok. pribadi
dok. pribadi
dok. pribadi
Di dalam masjid terdapat empat pilar utama, beralaskan karpet sajadah empuk, pendingin ruangan, satu lampu gantung yang mewah, mimbar, di lantai kedua terdapat atap yang masih mempertahankan bangunan asli dengan genteng dari tanah liat. 

Setelah berkali-kali renovasi dari tahun 1700 sampai tahun 1992 oleh Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta, masjid ini memperluas tempat supaya bisa menampung banyak umat muslim yang datang.  

dok. pribadi
dok. pribadi
ini menjadi bukti hubungan erat kerajaan Cirebon, Banten dan Sunda Kelapa dari sebelum merdeka sampai sekarang karena terdapat makam Pangeran Lahut, Pangeran Sageri dan istri Pangeran Sageri Ratu Rupiah. Dan setiap tahun rutin keluarga dari kerajaan Cirebon dan Banten datang untuk berziarah dan silaturahmi dengan kerabat yang tinggal di sekitar masjid. 

Selain menjadi tempat bersejarah, masjid Jami Assalafiyah juga ramai didatangi untuk beribadah baik salat berjamaah, pengajian, buka puasa, tarawih, dan itikaf. Sayang sekali saya belum bisa merasakan buka dan tarawih di masjid ini. Namun bangga bisa mampir sejenak, mendengar sejarah dibalik pembangunan masjid dan melihat sekeliling masjid. 

dok. pribadi
dok. pribadi
Walaupun bentuk dan luas bangunan tidak terlalu besar atau megah namun memiliki nilai sejarah, budaya dan religi yang kuat bahkan kerap didatangi para tokoh politik atau alim ulama terkemuka. Masjid ini bukan sekedar milik warga Jakarta namun juga tempat ibadah bagi semua umat muslim dari berbagai latar belakang yang menurut saya perlu didatangi karena menjadi saksi bisu perjuangan pahlawan dalam membela Islam dan melindungi masyarakat dari penjajah asing. 

dok. pribadi
dok. pribadi
Semoga setelah pandemi berakhir saya bisa mengunjungi masjid Jami Assalafiyah kembali dalam keadaan sehat lebih lama dengan keluarga dan teman agar semakin banyak yang tahu bahwa masjid juga memiliki peranan penting dalam sejarah memperjuangkan kemerdekaan dari bangsa asing. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun