Jakarta sebagai ibukota negara sekaligus ibukota provinsi memiliki banyak tempat bersejarah yang masih ramai didatangi sampai saat ini. Bahkan kini banyak terdapat wisata sejarah dan religi bagi turis asing maupun lokal untuk memperkenalkan sejarah bagi generasi milenial maupun generasi Z dengan cara menyenangkan.Â
Salah satu tempat bersejarah dan tempat ibadah yang setiap hari ramai dikunjungi adalah masjid Jami Assalafiyah yang berdiri sejak tahun 1620 oleh Pangeran Jayakarta IV Atau Achmad Jakerta. Masjid ini bisa dibilang tertua di Jakarta yang menjadi tempat Pangeran Jayakarta berjuang melawan VOC sampai akhir hayat.Â
Saya beruntung karena bisa berkunjung ke masjid ini bulan Februari lalu untuk lebih mengenal sejarah Pangeran Jayakarta beserta keturunannya. Di depan, samping dan belakang terdapat kerabat Pangeran Jayakarta yang ramai didatangi dari pagi sampai malam hari.Â
Di dalam masjid terdapat empat pilar utama, beralaskan karpet sajadah empuk, pendingin ruangan, satu lampu gantung yang mewah, mimbar, di lantai kedua terdapat atap yang masih mempertahankan bangunan asli dengan genteng dari tanah liat.Â
Setelah berkali-kali renovasi dari tahun 1700 sampai tahun 1992 oleh Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta, masjid ini memperluas tempat supaya bisa menampung banyak umat muslim yang datang. Â
ini menjadi bukti hubungan erat kerajaan Cirebon, Banten dan Sunda Kelapa dari sebelum merdeka sampai sekarang karena terdapat makam Pangeran Lahut, Pangeran Sageri dan istri Pangeran Sageri Ratu Rupiah. Dan setiap tahun rutin keluarga dari kerajaan Cirebon dan Banten datang untuk berziarah dan silaturahmi dengan kerabat yang tinggal di sekitar masjid.Â
Selain menjadi tempat bersejarah, masjid Jami Assalafiyah juga ramai didatangi untuk beribadah baik salat berjamaah, pengajian, buka puasa, tarawih, dan itikaf. Sayang sekali saya belum bisa merasakan buka dan tarawih di masjid ini. Namun bangga bisa mampir sejenak, mendengar sejarah dibalik pembangunan masjid dan melihat sekeliling masjid.Â
Walaupun bentuk dan luas bangunan tidak terlalu besar atau megah namun memiliki nilai sejarah, budaya dan religi yang kuat bahkan kerap didatangi para tokoh politik atau alim ulama terkemuka. Masjid ini bukan sekedar milik warga Jakarta namun juga tempat ibadah bagi semua umat muslim dari berbagai latar belakang yang menurut saya perlu didatangi karena menjadi saksi bisu perjuangan pahlawan dalam membela Islam dan melindungi masyarakat dari penjajah asing.Â
Semoga setelah pandemi berakhir saya bisa mengunjungi masjid Jami Assalafiyah kembali dalam keadaan sehat lebih lama dengan keluarga dan teman agar semakin banyak yang tahu bahwa masjid juga memiliki peranan penting dalam sejarah memperjuangkan kemerdekaan dari bangsa asing.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Kurma Selengkapnya