Satu minggu yang lalu Indonesia menjadi tuan rumah event internasional yaitu 60 tahun perayaan Konferensi Asia Afrika yang diselenggarakan di Jakarta dan Bandung. Kondisi kini tentu sudah jauh berbeda dibandingkan pertama kali Konferensi Asia Afrika (KAA) ini dicetuskan, jika dahulu sebagian besar negara-negara di benua Asia dan Afrika masih terjajah oleh bangsa dari benua Eropa kini hampir semuanya sudah menjadi negara berkembang bahkan negara maju. Walaupun masih ada negara yang terbelakang dan berusaha mengatasi konflik internal mengenai perbatasan.
sumber :Â http://indonesia.travel/public/media/images/upload/news/kaa1.jpg
Sekitar tahun 1980 sampai awal 2000 an sebagian besar negara di Asia termasuk Indonesia menjadi konsumen produk teknologi buatan Eropa dan Amerika karena belum banyak yang bisa memproduksi teknologi sendiri. Di benua Asia setahu saya hanya Jepang yang bisa menghasilkan produk dengan kualitas tinggi baik itu Elektronik, otomotif, telepon seluler, kesehatan dan teknologi lainnya. Maka Jepang pada era itu disebut sebagai negara macan Asia karena bisa berinovasi dengan hebat dan bisa sejajar dengan produk buatan Eropa dan Amerika. Saya ingat ketika pertama kali mengenal handphone atau telepon seluler ketika SMA merek yang sangat populer di Indonesia saat itu Nokia, Siemens dan Motorolla. Ketiganya buatan dari Eropa dan Amerika yang saat itu dirasa sangat canggih bagi saya dan teman-teman.
Baru kemudian saya mulai mengenal merk lainnya seperti Alcatel, Samsung, dan Sony namun merk tersebut masih kalah populer dibandingkan Nokia atau Motorolla. Di tahun 2009 muncul merk ponsel baru asal Kanada yang menjadi tren baru yaitu Blackberry dimana memudahkan pemiliknya untuk mengecek email dan mengirim secara cepat dan mengobrol dalam group yang dikenal dengan istilah BBM atau Blackberry Messenger. Semua orang di sekitar saya baik di kantor maupun dikampus sebagian besar memiliki ponsel Blackberry dalam waktu yang tidak lama Blackberry menjadi ponsel sejuta umat. Blackberry pun menjadi status sosial karena dianggap mewakili gaya hidup yang modern dan dinamis, saat itu ada anggapan tidak gaul kalau tidak memiliki ponsel Blackberry.
sumber :Â http://www.iknowtoday.com/wp-content/uploads/2015/01/samsung-android-smartphones.jpg
Sekitar tahun 2012 merek ponsel asal benua Asia Samsung pun menggebrak pasar Indonesia dan negara lainnya. Muncul gebrakan yang berbeda dengan Blackberry yaitu menggunakan OS Android dimana memudahkan penggunanya untuk mengunduh berbagai aplikasi secara gratis serta tidak merepotkan dengan keyboard karena tampilan yang menggunakan touch screen atau layar sentuh. Dengan cepat orang pun beralih dari ponsel Blackberry menjadi memiliki Samsung. Samsung pun menjadi merk kebanggaan Asia yang berani berhadapan dengan merk yang sudah lebih dahulu asal benua Eropa dan Amerika.
Dengan kehadiran Samsung sebagai ponsel pintar yang bisa multifungsi dari menelpon, mengirim sms, mengirim email, membuka social media, merekam gambar dan suara serta memotret dengan jelas. Samsung pun menjadi pembangkit merek handphone lainnya asal Asia yaitu seperti Taiwan dan China untuk membuat teknologi pada telepon selular yang canggih dan dinamis. Merk asal benua Eropa dan Amerika pun lambat laut mulai surut karena tidak bisa menyesuaikan perkembangan pasar yang dinamis. Merek asal Asia pun semakin diperhitungkan dalam pasar dunia karena kualitas dan teknologi yang lebih canggih.
Walaupun ada merk asal Amerika yang sama canggihnya dengan Samsung, namun hal itu tidak membuat Samsung takut dalam bersaing. Justru dengan adanya persaingan membuat Samsung semakin terpacu untuk berinovasi lebih dari produk yang sudah ada di masyarakat. Hal ini terbukti dengan setiap tahun Samsung mengeluarkan produk baru yang ditunggu banyak orang dan menghadirkan fitur yang belum pernah ada. Saya sendiri tidak menyangka kalau Samsung yang dulu tidak dilirik banyak orang kini menjadi brand yang diakui dan digemari banyak orang di berbagai negara.
sumber :Â http://s3.blog.vodafone.co.uk.s3.amazonaws.com/2015/03/galaxy-s6-main.jpg
Saya walaupun belum pernah memiliki ponsel Samsung tapi saya mengagumi kualitas dan teknologi yang dimiliki Samsung. Dari sepengetahuan saya, mayoritas pengguna smartphone sebagian besar memilih Samsung karena memiliki kamera yang memiliki kualitas yang jernih, mudah ditemui di berbagai toko ponsel, memiliki jenis yang berbeda sesuai dengan kebutuhan konsumennya. Karena saya mengagumi akan kecanggihan produk Samsung, maka ketika Kompasiana mengadakan Nangkring Unboxing Samsung Galaxy S6 dan S6 Edge saya langsung mendaftar. Harapan saya ketika mendaftar bisa mengetahui kehebatan Samsung terbaru dan berbagi kehebatannya melalui tulisan di kompasiana.
Alhamdulilah saya terpilih menjadi salah satu kompasianer yang terpilih, walaupun mendapat pemberitahuannya di hari Kamis malam. Jumat sore tanggal 24 April 2015 saya berangkat lebih awal agar tidak terlambat sampai di Studio Room Kompasiana. Sekitar jam 7 acara Nangkring dengan cara hangout pun dimulai, ada yang berbeda dengan nangkring kali ini. Jika biasanya saya menghadiri acara nangkring dengan pembicara yang hadir bersama kompasianer, di acara nangkring ini terdapat pula peserta dari luar kota dan kompasianer beinteraksi dengan google hangout.
Setelah mendapat sedikit penjelasan, kompasianer pun penasaran dan mulai mengajukan beberapa pertanyaan kepada mas Eri. Hal yang ditanyakan kompasianer yang di Jakarta antara lain tidak adanya fasilitas memori eksternal menyimpan data, lalu bagaimana jika ingin menyimpan data jika memori internal sudah penuh? Jawabannya ialah karena memori internal yang dimiliki Samsung S6 dan Samsung S6 Edge cukup besar yaitu 32 GB dan 64 GB maka cukup untuk menyimpan file berupa foto atau video. Jika ditambah memori eksternal maka akan memperlambat kinerja dan membuat ponsel jadi cepat rusak. Untuk membantu konsumen menyimpan file, Samsung telah bekerja sama dengan penyedia cloud OneDrive untuk menyimpan data gratis sebanyak 15 GB.
Pertanyaan lainnya ialah kebanyakan orang Indonesia suka memasukkan ponselnya ke dalam saku celana dan membuat ponsel jadi bengkok, lalu bagaimana dengan Samsung apakah akan bengkok juga kalau ketindih? Ternyata Samsung sudah diuji coba dengan ditindih hingga 32 kg tetap kokoh dan tidak bengkok. Wah gak perlu khawatir nih kalau Samsung tidak sengaja diduduki atau tertindih.
Pertanyaan yang cukup penting bagi saya dari kompasianer ialah bagaimana membedakan Samsung Galaxy S6 asli dengan yang tiruan atau palsu dan bagaimana jika Samsung yang kita punya tiba-tiba hilang dicuri orang? Jawaban dari mas Eri ialah dengan memperhatikan hologramnya dan membeli di Samsung Store kemudian memverifikasi stiker hologram tersebut ke website resmi Samsung. Jika smartphone Samsung kita hilang maka kita harus segera melapor ke Samsung Center agar data yang ada bisa langsung di blokir agar tidak disalahgunakan.
Mas Mahendra yang malam itu ikut bergabung dalam nangkring melalui Hangout dari Yogyakarta juga memiliki ketertarikan dengan prosesor yang dimiliki Samsung yaitu Octacore dan RAM 3 GB yang memudahkan pengguna untuk membuka aplikasi maupun mengakses internet dengan mudah. Hal lain yang juga menarik perhatian saya ialah jika selama ini smartphone identik dengan baterai yang cepat habis dan harus membawa powerbank kemanapun, Samsung memiliki terobosan baru yaitu Fast Charging dimana cukup charging 10 menit bisa bertahan hingga 4 jam pemakaian. Hal ini tentu sangat berguna bagi orang yang sibuk dan tidak punya waktu banyak untuk mengcharge baterai sampai penuh, kalaupun ingin recharge hingga penuh hanya butuh waktu kurang dari dua jam. Inovasi lainnya yang belum pernah saya temui ialah Wireless Charging dimana dapat mengecharge baterai tanpa menggunakan kabel.
Wah mendengar kecanggihan Samsung terbaru saya jadi terkagum-kagum dan ingin memiliki walaupun harus ekstra nabung karena harganya yang masih mahal. Saya pun jadi bangga dengan Samsung yang bisa membuktikan bahwa teknologi dari Asia bisa lebih dari teknologi dari Amerika. Sebelum selesai nangkring, ada games berupa pertanyaan dari mas Eri untuk kompasianer yang ada di Jakarta dengan hadiah voucher MAP. Diumumkan juga live tweet kompasianer yang unik dan lucu yang kemudian mendapatkan voucher yang sama.
Sebelum pulang gak afdol kalau gak foto bareng semua kompasianer yang sudah hadir buat kenang-kenangan. Untuk nangkring kali ini, walaupun dengan suasana yang berbeda karena dilakukan dengan jarak jauh saya tetap merasa akan lebih afdol jika dilakukan dengan tatap muka langsung agar semua pertanyaan bisa dijawab dengan tuntas. Selain itu akan lebih nyata jika kompasianer diberi kesempatan untuk memegang langsung Samsung Galaxy S6 dan S6 Edge dan mencoba fitur yang ada agar pengalaman yang kami tulis sesuai yang kami rasakan. Semoga Samsung sebagai brand terdepan Asia lebih terbuka lagi dengan blogger agar dapat mereview dengan detail setiap fitur yang ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H