alat ini memiliki konsep mengolah air baku yang berada di wilayah karst  atau air sungai agar bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari  seperti air minum yang memiliki keunggulan antara lain : mengoptimalkan pemakaian daya listrik dan lumpur yang dihasilkan ramah lingkungan. alat tersebut sudah dipraktekkan di Bagan Siapi-Api.
b. Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA)
bangunan rumah RISHA telah dikembangkan di Desa Karang Bajo Kecamatan Bayan Propinsi NTB dalam rangka penerapan eco tourism dan pengembangan lingkungan tradisional. bangunan terdiri plafon anyaman bambu lokal, partisi limbah batu apung dan penutup atap genteng limbah batu apung. RISHA juga telah diterapkan di Aceh pasca gempa dan tsunami dimana memiliki keunggulan dapat dibongkar pasang, komponen ringan dan dapat disimpan.
c. Instalasi Daur Ulang Limbah Biotur
Biotour adalah teknologi pengolahan air limbah tumah tangga untuk menghasilkan kualitas air daur ulang yang dapat digunakan kebutuhan umum rumah tangga. Manfaat alat ini dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan di daerah rawan air, memenuhi kebutuhan untuk penyiraman toilet, dan mencuci kendaraan.
Negara yang maju ialah negara yang menguasai teknologi serta memanfaatkan untuk kepentingan bersama. Dalam merelokasi pemukiman kumuh di kota besar tidak bisa dilakukan secara general namun sesuai dengan tipologi yang ada agar bisa menggunakan strategi yang tempat berdasarkan tingkat kepadatannya. Budaya masyarakat juga harus dirubah seperti membuang sampah sembarang tempat menjadi membuang sampah pada tempatnya. Selain itu, selisih antara kebutuhan rumah dengan ketersedian rumah mencapai 15 juta unit dengan masalah terbesar ialah keterjangkauan untuk memiliki rumah yang layak maka Litbang Kementrian PU berusaha menjawab kebutuhan itu dengan menerapkan teknologi RISHA untuk masyarakat kelas menengah ke bawah.
Selanjutnya bapak Iwan Suprijanto mengatakan bahwa bangsa yang maju ialah bangsa yang menghargai penemuan bangsa sendiri serta mendorong adanya kemandirian dan kedaulatan teknologi. Saat ini Litbang Kementrian PU telah bekerja sama dengan pihak swasta agar teknologi tersebut bisa diproduksi secara massal dan digunakan secara luas. Namun sayangnya belum ada dukungan yang kuat dari pemerintah karena belum adanya royalti bagi peneliti yang menciptakan dan mengembangkan teknologi tersebut serta masih adanya pihak yang ingin mengimpor teknologi asing untuk kepentingan pribadi sehingga menghambat perkembangan teknologi dalam negeri.
Dalam sesi tanya jawab dengan kompasianer Litbang Kementrian PU menjelaskan bahwa teknologi yang digunakan sudah dipatenkan dan ditawarkan ke beberapa kepala daerah namun masih menunggu respon yang ada serta untuk penanganan banjir PU bukanlah satu-satunya solusi karena banyak pihak terkait seperti kebiasaan masyarakat yang  masih membuang sampah sembarangan dan tata kota Jakarta yang masih kurang Ruang Terbuka Hijau dll.
Hal lain yang perlu dilakukan agar teknologi hasil bangsa Indonesia bisa diterapkan ialah revolusi mental agar kepala daerah berinisiatif menggunakan teknologi dari Litbang Kementrian PU untuk mengurangi masalah di daerahnya seperti air bersih dan sanitasi yang layak.