Mohon tunggu...
Sartika Rury
Sartika Rury Mohon Tunggu... Tutor - Ibu Rumah Tangga

Organisasi dan kegiatan sosial

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Sukses dari Kesederhanaan

5 Juni 2022   10:28 Diperbarui: 5 Juni 2022   10:47 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

*Sukses dari kesederhanaan*

Sebelum pandemi biasanya di hari sabtu saya dan anak-anak sesekali waktu berkunjung ke Perpustakaan Daerah Provinsi Banten.

Selesai dari Pusda kami pun terkadang menyempatkan waktu ke tempat baso Pangkalan Bangdes atau baso Pak Temon. Kata teman, baso Pak Temon, baso termurah dan terenak.
Hmm..buat penasaran, Ternyata benar lumayan rasa enak dan harga hemat.

Saat pandemi rutinitas kami ke Pusda pun terhenti, Karena pandemi COVID-19 hampir semua aktivitas umum dibatasi bahkan Pusda pun ditutup untuk umum sementara waktu.


Hal yang sama juga terjadi pada usaha yang mengundang kerumunan, seperti pedagang kaki lima, bengkel, supermarket dan usaha sejenisnya.

Begitu pun tempat baso Pak Temon, Yang terlihat tak lagi mangkal dan sempat berfikir apa mungkin  baso Pak Temon juga ikut bangkrut?

 Karena kita ketahui bahwa COVID 19 tidak hanya berdampak pada kesehatan masyarakat saja, tetapi juga mempengaruhi kondisi perekonomian masyarakat, pendidikan, dan kehidupan sosial masyarakat. Yang dampaknya banyak merugikan tatanan hidup masyarakat.


Salah satunya di bidang ekonomi, banyak pelaku Usaha UMKM yang gulung tikar. Tidak hanya itu Perusahaan-Perusahaan besar pun merasakan imbasnya dari Pandemi COVID 19.


Walau demikian, ada juga dampak positif dari COVID 19, yaitu taat aturan, menumbuhkan rasa peduli pada sesama, hubungan keluarga semakin terjalin intens dan harmonis, mempercepat transformasi pendidikan, menumbuhkan kreativitas masyarakat, melek teknologi dan lain-lain.

Berjalananya waktu pandemi pun sudah mulai berubah menjadi New Normal. Anak-Anak sudah mulai aktif ke sekolah.

Bertahap mulai kembali menjalankan rutinitas rutin antar jemput anak sekolah.

Pada saat  hendak mengantar anak sekolah kebetulan melintasi pangkalan baso Pak Temon. dan terlihat pangkalan baso itu buka,
Seperti orang yang ngidam..langsung deh mampir dan beli baso. Hehe..

Di sela-sela menikmati makan baso, saya sempat berbincang tipis dengan Pak Temon. Dia menceritakan awal merintis usahanya bersama keluarganya, yang berasal dari jawa. untuk membuka usaha baso di Serang-Banten.


"Kalau jualan hasilnya jangan lupa di tabung sama sedekah. Kalau saya di tabungnya ke sawah dan tanah di kampung." Ucap Pak Temon.

"Pak Temon yang  sederhana. penampilanya memiliki ciri khas selalu pakai peci lepek dan kemeja batik yang warnanya agak kusam. Ramah dan rendah hati. Diusia yang berkepala 6 masih semangat jualan baso."
gumamku dalam hati.

Pak Temon pun bertutur, bahwa selama pandemi beliau tetap jualan baso cuma memang waktunya dibatasi karena pandemi. Dan luar biasanya selama pandemi beliau buka cabang baso, tempatnya lebih nyaman dan rapih. Sedang tempat baso yang lama sesekali saja dibuka karena terkendala pegawai.

"Sekarang sudah tidak ngontrak lagi bu..sudah punya sendiri. Ruko yang dipinggir jalan arah Bangdes dan bersampingan dengan Perumahan  Puri Cendana sudah milik pribadi. Saya jual tanah di Kampung untuk beli ruko itu. Soalnya kalau kredit hitungannya mahal." seru Pak Temon.

Tak terasa baso yang saya santap akhirnya habis juga... tak terasa juga asik ngobrol sama Pak Temon.

Saat saya hendak bayar baso, spontan saya tanya ulang "Pak pasti harga Rukonya mahal ya." Lumayan bu "Rp. 1. 180.000.000.,"


Saya agak tercengang saat Pak Temon bilang bahwa dia membeli tunai dengan harga Rp. 1.180.000.000., "Masyaallah tabarakallah..."seruku.

Ada banyak pelajaran yang diperoleh dari obrolan singkat ku dengan Pak Temon.
Pertama, terkadang kita menilai seseorang hanya penampilan luar saja dan menyimpulkan pakaian yang necis, gagah, bermobil dipandang lebih mampu secara ekonomi.
Sedang yang penampilan apa adanya bahkan cumpang camping cenderung kita menatap sebelah mata. Pada hal tidak demikian adanya.

Dari Pak Temon saya banyak belajar tidak pelit untuk bekerja keras, rendah hati, penuh dengan kesederhanaan.

Kesederhanaannya menjadi senjata untuk tidak sombong, sabar, ulet, dan bersyukur. Dengan cara dia bersedekah dari hasil usahanya itu mencerminkan bahwa dia bersyukur.

Selain itu, pandemi bukanlah alasan untuk kita menyerah berusaha.  Dari Pak Temon saya belajar.

MasyaAllah Bapak terimakasih sudah mengajarkan banyak hal kepada diri ini

Semoga usaha Bapak tambah lancar dan berkah. Aamiin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun