R. Sartika Panggabean
Terinspirasi dari Buku Melukis Masa Depandengan judul “Andai Aku Bisa Bu,,” karya Noviantari S
Ramainya pengunjung membuatku semakin terhimpit. Sepertinya mereka sedang merasakan lapar yang tak karuan hingga menerobos sekumpulan orang yang sedang antri di depan meja dimana saya ditempatkan. Dengan samar-samar saya mendengar seorang wanita muda yang sedang memesan makanan dengan memberi selembar uang seratus ribu yang masih baru. Etah berapa harga makanan yang dipesan ibu itu saya tidak tahu, tapi nyatanya aku telah berpindah tangan sebagai uang kembalian dari uang yang ibu tadi berikan untuk membayar makanannya. Namun setelah aku berada ditangan ibu itu tiba-tiba ibu itu marah-marah terhadap majikan saya karena telah memberikan uang seribu yang sudah sangat kucel. Lalu ibu itu pergi tanpa sepatah dua kata pun.
Yah beginilah nasib selembar uang seribu rupiah yang sudah hampir punah dan terlihat sangat kucel. Berpindah majikan kapan saja, dan diletakkan dimana saja,, yahh bisa dibilang aku ini tak ada nilai bagi mereka yang punya harta berlimpah. Yang bisanya Cuma ngotor-ngotorin dopet mereka.
Setelah jam menunjukkan 18:00 bapak anwar kemudian memberesi kami satu persatu dari dalam laci dimana kami ditempatkan. Lalu aku mengikuti bapak didalam tas kerjanya yang sudah penuh dengan buku resep makanan dan berbagai jenis uang. Beban pikirannya tampak dari keriput didahinya, pengorbanan dan kerja kerasnya terlukis ditangan bapak anwar yang terlihat sangat kasar. Dibawah terik matahari yang telah bersembunyi dibalik segumpalan awan gelap, keringat dari pelipisnya menetes, sambil terus berjalan menuju rumah.
Sesampainya dirumah, dia mengeluarkan kami dari tas miliknya dan memisahkan mana uang yang masih terlihat bagus dan bernilai tinggi dan mana uang yang sudah tak layak pakai. Aku sadar siapa aku dan bagaimana aku saat ini, jadi apapun dan dimanapun aku ditempatkan oleh majikanku aku sudah terima.
Setelah kami siap dipisah, aku dan temanku yang hanya selembar uang seribu yang kucel kemudian diletakkan di samping TV yang tak jauh dari ruang tamu. Dimana ruang tersebut sepertinya biasa menjadi tempat mereka berkumpul keluarga, mungkin sambil bercerita atau menyaksikan tayangan Televisi. Sesaat kemudian aku mendengar kehadiran seseorang diruang tamu tersebut,
‘’De’ lagi Nonton apa? Kok asik bangat keliatannya?” kata sang ayah kepada putrinya.
“ini yahh, Gladis lagi nonton Spongebob, Ayah tau kan? Film kesukaan aku loh yahh” sahut anak itu sembari melirik kearah sang ayah.
“oh ya yah, Besok ayah ada kerjaan gak?”
“gak ada tuh sayang,, kenapa emang nak?”
Gladis ada acra di sekolah yah, Gladis tampil di panggung. Gladis pengen ayah datang kesekolah Gladis. Ayah bisa kan?”
“tentu bisa sayang, apa sih yang gak bisa ayah lakukan buat putri ayah yang sangat cantik ini.” Sambil memeluk Gladis.
Tiba-tiba Gladis diam dan menangis dipelukan ayahnya,
“de? Kenapa? Kok nangis? Ntar wajah cantiknya hilang loh”, kata ayah merayu putrinya.
“ibu kok pulangnya malam terus ayah? Gladis kangen sama ibu”, sambil terus menangis
“ibu lagi sibuk sayang sama kerjanya, palingan bentar lagi ibu pulang kok, Gladis gak usah sedih yahh.”
“tapi ayah, Gladis pengen ibu juga ikut ke sekolah Gladis, di sekolah Gladis diejek terus sama temen-temen yah, Gladis dikatain gak punya ibu” Rengek anak itu.
“yaudah nanti ayah bilangin sama ibu biar ibu juga ikut yah,,” sahut si ayah sambil membelai rambutnya.
Setelah beberapa jam kemudian, ibu Mia sampai dirumah dengan pakaian yang basah karena diluar emang sedang hujan deras. Tiba-tiba gladis berlari kekamar sambil menunjukkan raut wajah yang sedang kesal. Ayah pun langsung mendekati sang ibu.
“bu, besok pagi disekolahan ade ada perpisahan. Ade mau tampil diatas panggung, ibu datang ya liat ade. Kasihan ade bu, dia pengen ibunya ada disana.” Bujuk si ayah.
Kemudian ibu berjalan ke kamar Gladis dan duduk disampingnya yang sedang memegang sebuah foto keluarga sambil menangis.
“sayang, ibu minta maaf yah kalo selama ini ibu jarang ketemu sama bidadari ibu, tapi ibu akhir-akhir ini lagi sibuk, kalo nanti pekerjaan ibu udah kelar, nanti ibu kesekolahan ade yahh,”.
“bener ya bu, ibu harus janji.”
“iya Cantik.”
Demikian obrolan demi obrolan mengantarkan mereka pada penghujung malam. Ayah dan ibu pun keluar dari kamar Gladis.
“jangan kecewain bidadari kita bu.” Tegur ayah.
“iya yah, kalo sempat nanti ibu kesana.” Sahut sang ibu.
Keesokan paginya Gladis menemuai ayahnya,,
“Ayah,, ayahhh,, .” kata Gladis sambil berlari kearah ayah”kenapa sayang?“
“ibu mana yah?”
“ibu uda berangkat kerja sayang, tadi ibu buru-buru gak sempat ngabarin Gladis. Tapi sayang tenang aja, tadi malam kan ibu udah janji bakalan datang keacara ade. “ sahut ayah menenangkan Gladis.
“pokoknya kalau ibu gak jadi datang, Gladis marah sama ibu.”
Dan sepertinya ayah hanya memeluk dan membelai rambut si Gladis karena tak terdengar apa-apa. Sampai pagi berganti siang, rupanya aku ditinggal dirumah ini. Seluruh penghuninya pergi. Ibu pergi berangkat kerja, dan ayah sama Gladis pergi kesekolah.
Hmmm sunyinyaa rumah ini seperti menyimpan cerita klasik yang mendalam. Terasa sangat nyaman dan terlihat sangat rapi. Perkiraanku rumah ini merupakan warisan zaman dulu.
Ketika matahari semakin tinggi, terdengar suara pintu depan dibuka. Pikiranku mungkin ayah dan Gladis sudah pulang. Dan ternyata tebakanku salah. Karena yang pulang barusan bukanlah ayah dan Gladis. Melainkan ibu dan seorang pria asing.
“sayang, kenapa sepi?” suara seorang pria asing yang bukan suami ibu.
“suami dan anakku sedang pergi” itu suara ibu, kalau ayah dan Gladis tiba-tiba datang gimana? Pikirku. Aku memutar pikiran, tetapi tetap saja aku tak mengerti. Sesaat kemudian, pintu kamar ayah terdengar dibuka.
“silahkan masuk sayangku” kata ibu.
Oh Tuhan apa yang terjadi diluar? Sungguh ingin rasanya aku melompat dari samping TV dan berteriak. Terserah ada yang mendengar atau tidak, ayah cepat kembali!!
Ya Tuhan,, hentikan putaran bumi ini. Aku tidak sanggup membayangkan apa yang terjadi. Aku bebar-benar tidak sanggup membayangkaan linangan air mata ayah. Dan tak sanggup membayangkan muka polos Gladis.
Dan tiba-tiba pintu depan terbuka. “apa? Ayah datang? Apa yang harus aku lakukan?”
Spontan ayah masuk kekamar ingin mengambil handuk kaarena mereka basah karena hujan. Terus lagi dan lagi aku menarik dan menghembuskan nafas tanpa irama, cepat dan tak beratur hingga aku terjatuh ke lantai. Aku bisa melihat semuanya sekarang. Ayah terduduk di kursi depan TV dan si Gladis berdiri didepan pintu sambil kedinginan.
Kemudian ibu keluar dari kamar sambil menangis.
“maafkan ibu yahh. Dia hanya rekan kerja. Gak lebih.”
Percayakah ayah dengan kata-kata yang tak masuk akal itu?
Yah, dengerin penjelasan ibu dulu. Belum sempat ngomong ayah tiba-tiba berdiri dan pergi keluar rumah sambil menggendong putri kecilnya tersebut. Aku tak habis fikir. Seorang ayah yang sangat baik dan perhatian terhadap anak dan istri dalam keadaan senang dan sedih yang selalu ada disamping ibu. Bahkan ketika kondisi uang yang tak memungkinkan, ayah selalu berusaha menyajikan sesuatu yang sangat istimewa untuk istri tercinta. Tetap membanggakan istrinya didepan teman-temannya. Seorang suami yang tidak pernah mengeluh ketika istrinya jarang dirumah, ketika istrinya tidak pernah menyediakan makan malam. Kini kelembutan dan keramahan itu berubah. Aku tidak tau apa yang ada dipikiran si Gladis yang jelas dia tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya .
Satu penyesalanku, karena aku diperuntukkan sebagai ongkos angkot yang ayah tumpangi bersama Gladis. Cukup jauh aku tau masalah keluarga tersebut. Ingin rasanya melakukan sesuatu utuk ayah dan Gladis.
Mungkin sekedar mengusap keringat dikeningnya. Tapi siapa aku? Aku tak mampu berbuat apa- apa. Aku hanya bisa memohon semoga kedepannya aku bisa mendapat pelajaran yang lebih berharga lagi yang tentunya akan kumulai bersama majikan baru saya.
R. Sartika Panggabean
J3A114158 (BP1)
Terinspirasi dari Buku Melukis Masa Depandengan judul “Andai Aku Bisa Bu,,” karya Noviantari S
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H