Alur TIRTA dapat dijelaskan sebagai berikut:
- Tujuan Umum (Tahap awal dimana kedua pihak coach dan coachee menyepakati tujuan pembicaraan yang akan berlangsung. Idealnya tujuan ini datang dari coachee).
- Identifikasi (Coach melakukan penggalian dan pemetaan situasi yang sedang dibicarakan, dan menghubungkan dengan fakta-fakta yang ada pada saat sesi)
- Rencana Aksi (Pengembangan ide atau alternatif solusi untuk rencana yang akan dibuat)
- TAnggungjawab (Membuat komitmen atas hasil yang dicapai dan untuk langkah selanjutnya)
Supervisi akademik dengan paradigma berpikir Coaching
Supervisi akademik merupakan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk memberikan dampak secara langsung pada guru dan kegiatan pembelajaran mereka di kelas. Supervisi akademik perlu dimaknai secara positif sebagai kegiatan berkelanjutan yang meningkatkan kompetensi guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran yakni pembelajaran yang berpihak pada murid. Karenanya kegiatan supervisi akademik hanya memiliki sebuah tujuan yakni pemberdayaan dan pengembangan kompetensi diri dalam rangka peningkatan performa mengajar dan mencapai tujuan pembelajaran (Glickman, 2007, Daresh, 2001).
Dalam setiap interaksi keseharian di sekolah, seorang pemimpin pembelajaran dan sekolah perlu menghidupi paradigma berpikir yang memberdayakan bagi setiap warga sekolah dan melihat kekuatan-kekuatan yang ada dalam komunitasnya. Melalui supervisi akademik potensi setiap guru dapat dioptimalisasi sesuai dengan kebutuhan yang nantinya dapat membantu para guru dalam proses peningkatan kompetensi dengan menerapkan kegiatan pembelajaran baru yang dimodifikasi dari sebelumnya. Salah satu strategi yang dapat dilakukan dalam mencapai tujuan tersebut adalah melalui percakapan coaching dalam keseluruhan rangkaian supervisi akademik.
Beberapa prinsip-prinsip supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching meliputi:
- Kemitraan: proses kolaboratif antara supervisor dan guru
- Konstruktif: bertujuan mengembangkan kompetensi individu
- Terencana
- Reflektif
- Objektif: data/informasi diambil berdasarkan sasaran yang sudah disepakati
- Berkesinambungan
- Komprehensif: mencakup tujuan dari proses supervisi akademik
Pada umumnya pelaksanaan supervisi akademik didasarkan pada kebutuhan dan tujuan sekolah dan dilaksanakan dalam tiga tahapan, yakni perencanaan, pelaksanaan supervisi, dan tindak lanjut.
Kesimpulan dan Refleksi Pembelajaran
Coaching dalam Pembelajaran
Paradigma coaching dalam pendidikan ini menyadarkan saya bahwa guru selain menjadi fasilitator dalam mengembangkan kompetensi murid, juga mampu menjadi coach untuk mengembangkan budi pekerti dan kompetensi sosial emosional bagi murid. Coaching lebih efektif dibandingkan jenis pengembangan yang lain, karena coaching dapat membangunkan motivasi intrinsik dari coachee, yangs selaras dengan pengembangan budaya positif di sekolah.
Dalam mengembangkan rekan sejawat coaching merupakan strategi yang menurut saya paling efektif, karena hubungan kemitraan dan kesetaraannya membuat rekan guru merasa nyaman dalam berdiskusi. Keterbukaan dan tidak memberikan label kepada guru membuat mereka akan menyampaikan permasalahan yang dihadapinya terkait pembelajaran dengan tanpa rasa sungkan, sehingga akan teridentifikasi permasalahan yang sebenarnya dihadapi.
Melalui pertanyaan berbobot yang diajukan, coach akan dapat menggali ide kreatif dari coachee dalam menyelesaikan permasalahannya, atau dalam menindaklanjutinya dengan kegiatan yang sesuai.
Coaching dan Pembelajaran yang Berpihak pada Murid
Ki Hadjar Dewantara menekankan bahwa tujuan pendidikan itu 'menuntun' tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya. keterampilan coaching perlu dimiliki para pendidik untuk menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat.
Proses coaching sebagai komunikasi pembelajaran antara guru dan murid, murid diberikan ruang kebebasan untuk menemukan kekuatan dirinya dan peran pendidik sebagai 'pamong' dalam memberi tuntunan dan memberdayakan potensi yang ada agar murid tidak kehilangan arah dan menemukan kekuatan dirinya tanpa membahayakan dirinya. Tut Wuri Handayani menjadi kekuatan dalam pendekatan proses coaching dengan memberdayakan (andayani/handayani) semua kekuatan diri pada murid.
Hal ini selaras dengan pembelajaran yang berpihak pada murid  di mana murid dipandang sebagai subjek yang melakukan proses belajar. Guru dalam proses belajar, hanya berposisi sebagai fasilitator maupun sebagai coach, membimbing murid dalam belajar dengan pertanyaan-pertanyaan pemantiknya.