Mohon tunggu...
Sartana
Sartana Mohon Tunggu... Guru - Guru SMP Negeri 4 Kepil, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah

Hobi menulis, komputer dan elektronik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Coaching dalam Pembelajaran yang Berpihak pada Murid

15 Desember 2022   00:30 Diperbarui: 15 Desember 2022   00:36 5984
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alur TIRTA dapat dijelaskan sebagai berikut:

  • Tujuan Umum (Tahap awal dimana kedua pihak coach dan coachee menyepakati tujuan pembicaraan yang akan berlangsung. Idealnya tujuan ini datang dari coachee).
  • Identifikasi (Coach melakukan penggalian dan pemetaan situasi yang sedang dibicarakan, dan menghubungkan dengan fakta-fakta yang ada pada saat sesi)
  • Rencana Aksi (Pengembangan ide atau alternatif solusi untuk rencana yang akan dibuat)
  • TAnggungjawab (Membuat komitmen atas hasil yang dicapai dan untuk langkah selanjutnya)

Supervisi akademik dengan paradigma berpikir Coaching

Supervisi akademik merupakan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk memberikan dampak secara langsung pada guru dan kegiatan pembelajaran mereka di kelas. Supervisi akademik perlu dimaknai secara positif sebagai kegiatan berkelanjutan yang meningkatkan kompetensi guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran yakni pembelajaran yang berpihak pada murid. Karenanya kegiatan supervisi akademik hanya memiliki sebuah tujuan yakni pemberdayaan dan pengembangan kompetensi diri dalam rangka peningkatan performa mengajar dan mencapai tujuan pembelajaran (Glickman, 2007, Daresh, 2001).

Dalam setiap interaksi keseharian di sekolah, seorang pemimpin pembelajaran dan sekolah perlu menghidupi paradigma berpikir yang memberdayakan bagi setiap warga sekolah dan melihat kekuatan-kekuatan yang ada dalam komunitasnya. Melalui supervisi akademik potensi setiap guru dapat dioptimalisasi sesuai dengan kebutuhan yang nantinya dapat membantu para guru dalam proses peningkatan kompetensi dengan menerapkan kegiatan pembelajaran baru yang dimodifikasi dari sebelumnya. Salah satu strategi yang dapat dilakukan dalam mencapai tujuan tersebut adalah melalui percakapan coaching dalam keseluruhan rangkaian supervisi akademik.

Beberapa prinsip-prinsip supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching meliputi:

  • Kemitraan: proses kolaboratif antara supervisor dan guru
  • Konstruktif: bertujuan mengembangkan kompetensi individu
  • Terencana
  • Reflektif
  • Objektif: data/informasi diambil berdasarkan sasaran yang sudah disepakati
  • Berkesinambungan
  • Komprehensif: mencakup tujuan dari proses supervisi akademik

Pada umumnya pelaksanaan supervisi akademik didasarkan pada kebutuhan dan tujuan sekolah dan dilaksanakan dalam tiga tahapan, yakni perencanaan, pelaksanaan supervisi, dan tindak lanjut.

Kesimpulan dan Refleksi Pembelajaran

Coaching dalam Pembelajaran

Paradigma coaching dalam pendidikan ini menyadarkan saya bahwa guru selain menjadi fasilitator dalam mengembangkan kompetensi murid, juga mampu menjadi coach untuk mengembangkan budi pekerti dan kompetensi sosial emosional bagi murid. Coaching lebih efektif dibandingkan jenis pengembangan yang lain, karena coaching dapat membangunkan motivasi intrinsik dari coachee, yangs selaras dengan pengembangan budaya positif di sekolah.

Dalam mengembangkan rekan sejawat coaching merupakan strategi yang menurut saya paling efektif, karena hubungan kemitraan dan kesetaraannya membuat rekan guru merasa nyaman dalam berdiskusi. Keterbukaan dan tidak memberikan label kepada guru membuat mereka akan menyampaikan permasalahan yang dihadapinya terkait pembelajaran dengan tanpa rasa sungkan, sehingga akan teridentifikasi permasalahan yang sebenarnya dihadapi.

Melalui pertanyaan berbobot yang diajukan, coach akan dapat menggali ide kreatif dari coachee dalam menyelesaikan permasalahannya, atau dalam menindaklanjutinya dengan kegiatan yang sesuai.

Coaching dan Pembelajaran yang Berpihak pada Murid

Ki Hadjar Dewantara menekankan bahwa tujuan pendidikan itu 'menuntun' tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya. keterampilan coaching perlu dimiliki para pendidik untuk menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat.

Proses coaching sebagai komunikasi pembelajaran antara guru dan murid, murid diberikan ruang kebebasan untuk menemukan kekuatan dirinya dan peran pendidik sebagai 'pamong' dalam memberi tuntunan dan memberdayakan potensi yang ada agar murid tidak kehilangan arah dan menemukan kekuatan dirinya tanpa membahayakan dirinya. Tut Wuri Handayani menjadi kekuatan dalam pendekatan proses coaching dengan memberdayakan (andayani/handayani) semua kekuatan diri pada murid.

Hal ini selaras dengan pembelajaran yang berpihak pada murid  di mana murid dipandang sebagai subjek yang melakukan proses belajar. Guru dalam proses belajar, hanya berposisi sebagai fasilitator maupun sebagai coach, membimbing murid dalam belajar dengan pertanyaan-pertanyaan pemantiknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun