Oleh : Dr. Sarmini
Kata merdeka indentik dengan sebuah kebebasan. Bebas berkata, berbuat, bertindak, bebas melakukan apa saja yang kita inginkan. Tetap pastinya kebebasan yang bertanggung jawab dan dibatasi kebebasan orang lain. Kali ini saya ingin mengetahui persepsi merdeka dari sisi pandang wanita. Â
Wanita satu berbeda dengan wanita lainnya dalam mengartikan merdeka. Hal ini karena latar belakang, pendidikan, background keluarga, pola asuh dan pola didik, semua mempengaruhi persepsi mereka, tentang merdeka.
Dalam perjalanan panjang untuk mencapai Kemerdekaan Indonesia, tidak terlepas dari peran penting wanita-wanita  Indonesia, yang berjuang mempersembahkan jiwa dan raganya, baik di garis depan maupun garis belakang pertempuran. Bagaimana perjuangan pejuang wanita kita seperti RA. Kartini, Cut Nyak Dien, Dewi sartika, Cut Mutia, Martha Christina Tiahahu dan Nyi Ageng Serang dan masih banyak lagi.
Perjuangan pahlawan wanita dalam kemerdekaan merupakan bukti sejarah bahwasannya wanita mempunyai andil besar dalam kemerdekaan Negara ini, Indonesia. Yang hasilnya dapat kita nikmati seperti sekarang ini.
Banyak wanita-wanita masa kini yang kita lihat berprestasi sama dengan pria. Wanita masa kini sudah dapat mensejajarkan dalam jabatan dan kesuksesan dengan pria. Jabatan-jabatan yang dahulu hanya diduduki oleh pria sekarang kita dapat saksikan banyak juga diduduki oleh wanita, seperti presiden, perdana menteri, menteri, gubernur, bupati, camat, politikus, serta jabatan lainnya.
Persepsi merdeka dari sisi pandang wanitapun mungkin akan berbeda satu dengan yang lainnya karena banyak hal yang melatarbelakangi. Karena di tengah kemajuan bangsa masih banyak kita lihat eksploitasi wanita untuk kepentingan tertentu.Â
Human Trafficking juga masih marak dengan korbannya wanita. Perdagangan manusia melibatkan banyak bentuk pelanggaran hak asasi manusia seperti eksploitasi, kerja paksa, belenggu hutang, kekerasan dan diskriminasi.
Peran P2TP2A sangat penting dan semua wanita harus paham lembaga ini.
Apa itu P2TP2A ? Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak, yang selanjutnya disebut P2TP2A adalah pusat pelayanan yang terintegrasi dalam upaya pemberdayaan perempuan di berbagai bidang pembangunan, serta perlindungan perempuan dan anak dari berbagai jenis diskriminasi dan tindak kekerasan, termasuk perdagangan orang, yang dibentuk oleh pemerintah atau berbasis masyarakat, dan dapat berupa:Â
pusat rujukan, pusat konsultasi usaha, pusat konsultasi kesehatan reproduksi, pusat konsultasi hukum, pusat krisis terpadu (PKT), pusat pelayanan terpadu (PPT), pusat pemulihan trauma (trauma center), pusat penanganan krisis perempuan (women crisis center), pusat pelatihan, pusat informasi ilmu pengetahuan dan teknologi (PIPTEK), rumah aman (shelter), rumah singgah, atau bentuk lainnya.
Dalam Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, juga  menjelaskan adanya pengakuan terhadap prinsip persamaan bagi seluruh warga negara tanpa kecuali. Prinsip persamaan ini menghapuskan diskriminasi, karenanya setiap warga negara mempunyai hak yang sama di hadapan hukum dan pemerintahan tanpa memandang agama, suku, jenis kelamin, kedudukan, dan golongan.Â
Jadi jelas bahwa wanita mempunyai hak yang sama dengan laki-laki dalam hal ini.
Tetapi kita prihatin, karena kita melihat data di mana angka kekerasan terhadap perempuan grafiknya selalu naik tiap tahun, sehingga kita bisa mengatakan apakah perempuan itu bisa merdeka kalau dia mendapatkan kekerasan baik di dalam rumah tangga maupun di wilayah publik?
Angka-angka ini menggambarkan peningkatan signifikan 50% Kekerasan Berbasis Gender ( KBG) Â terhadap perempuan yaitu 338.496 kasus pada 2021 (dari 226.062 kasus pada 2020). Lonjakan tajam terjadi pada data BADILAG sebesar 52%, yakni 327.629 kasus (dari 215.694 pada 2020).
Data pengaduan ke Komnas Perempuan juga meningkat secara signifikan sebesar 80%, dari 2.134 kasus pada 2020 menjadi 3.838 kasus pada 2021.Â
Sebaliknya, data dari lembaga layanan menurun 15%, terutama disebabkan sejumlah lembaga layanan sudah tidak beroperasi selama pandemi Covid-19, sistem pendokumentasian kasus yang belum memadai dan terbatasnya sumber daya. ( data dari : https://komnasperempuan.go.id/siaran-pers-detail/peringatan-hari-perempuan-internasional-2022-dan-peluncuran-catatan-tahunan-tentang-kekerasan-berbasis-gender-terhadap-perempuan)
Tetapi kita prihatin, karena kita melihat data di mana angka kekerasan terhadap perempuan grafiknya selalu naik tiap tahun, sehingga kita bisa mengatakan apakah perempuan itu bisa merdeka kalau dia mendapatkan kekerasan baik di dalam rumah tangga maupun di wilayah publik?
Apa makna merdeka bagi wanita masa kini?
Beberapa hari yang lalu saya menyebarkan kuesioner melalui Google Form kepada 100 responden saya, yang semuanya adalah wanita. Dari responden yang sangat bervariasi pendidikan, pekerjaan, dan background keluarga yang berbeda.  Dan dari data yang saya dapatkan persepsi merdeka dari sisi pandang wanita adalah  bila :
- Bebas berkarya, berekspresi dan berargumentasi sesuai dengan apa yang diyakininya ( 33,3%)
- Bebas karena terlepas dari rasa tidak aman, rasa tidak nyaman dalam hal apapun (25%)
- Bebas mendidik sesuai dengan pola didik dan pola asuh yang saya yakini kebenarnanya ( 10,4%)
- Bebas menentukan pilihan diri saya tanpa tekanan dari orang lain (10,4%)
- Terbebas dari perlakuan diskriminatif karena gender (6,3%)
- Bebas tanpa terkungkung harus memikirkan penilaian buruk orang lain kepada diri kita (6,3%)
- Bebas dari segala kekerasan, baik kekerasan fisik dan psikis (4,2%)
- Bebas dari tuntutan ekonomi dan terpenuhi semua kebutuhan saya dan anak saya (2,1%)
- Bebas dalam berkarir dan pencapaian target (2,1%)
Dan dari responden saya yang berjumlah 100 wanita  , persepsi bahagia dari sisi pandang mereka adalah :
- Dihargai (47,9%)
- Disayangi (22,9%)
- Dicintai (14,6%)
- Dicukupi kebutuhannya (14,6%)
Dari data tersebut saya tambahkan ketika saya ngobrol dari hati ke hati, ternyata wanita mempunyai persepsi merdeka yang paling banyak adalah bila mereka dapat berkarya, berekspresi, berargumentasi sesuai dengan apa yang diyakini, yaitu sebanyak 33,3%. Ini mendeskripsikan bahwasannya wanita di masyarakat kita sudah pada titik ingin didengarkan dan diperhitungkan keberadaannya.Â
Suara mereka, karya mereka dan keinginan mereka untuk berbuat sesuatu menjadi sangat penting bagi mereka.Â
Dipertegas lagi dengan arti kebahagiaan bagi mereka apabila dihargai ( 47,9%). Ini merupakan hasil data yang luar biasa, buka bahagia merasa dicintai pada peringkat pertama yang membuat mereka bahagia, tetapi dihargai.Â
Dapat disimpulkan bahwa wanita di masyarakat kita cukup "cerdas" dalam berpikir. Karena arti bahagia  adalah dihargai, adalah makna yang sangat cerdas.
Diakhir tulisan ini saya ingin mengutip kalimat bijak ini " Prinsip terdalam dalam sifat manusia adalah keinginan untuk dihargai." - William James "Hargai apa yang kamu miliki selagi kamu memilikinya, atau kamu akan belajar apa artinya bagimu setelah kehilangannya." - Frank Sonnenberg
Salam Merdeka dan Bahagia !!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H