Meskipun perbedaan adalah sebuah keniscayaan tetapi untuk menerimanya juga bukan hal mudah. Semakin tidak mudah karena di tahun politik ini perbedaan dari hari ke hari semakin mengemuka. Dari sekedar beda warna bendera, beda baju seragam, beda pendapat hingga beda pendapatan.Â
Perbedaan-perbedaan itu di beberapa tempat menjadi sebab merenggangnya hubungan antar kawan, tetangga, bahkan antar anggota keluarga. Lihat saja yang terjadi di media sosial (medsos).Â
Medsos platform WhatsApp Grup (WAG) bisa menjadi contoh maraknya kerenggangan karena perbedaan.Â
Tidak sedikit WAG yang semula guyub, rukun, aman, sentosa, tumbang gegara "member" beda pendapat lalu pada "mutung" dan keluar grup. Banyak pula WAG yang semula hangat lalu hilang tenggelam ditelan emosi "admin"-nya.Â
Emosi yang tidak terkendali sering membuat orang lupa akan nilai-nilai sosial, lupa moral luhur, lupa etika, lupa umur dan ujungnya lupa diri.Â
Orang yang sedang lupa diri akan cenderung menganggap dirinya paling benar dan orang lain paling salah. Ditambah dengan anggapan dirinya paling peduli akan masa depan dan nasib Negara ini.Â
Sementara yang lain lebih dianggap sebagai beban. Dukungan (apabila setuju) dan hujatan (apabila tidak suka) beterbangan tanpa tedeng aling-aling.Â
Sebenarnya apabila dilihat dari kacamata "plus", segala keramaian ini patut dilihat sebagai bentuk ekspresi kepedulian para calon dan pendukungnya terhadap masa depan bangsa dan Negara. Menjadi buruk ketika ekspresinya kebablasan, melebihi kepatutan.Â
Padahal kehendak masyarakat, sang pemilik hak suara, umumnya tidak muluk-muluk. Mereka hanya berkeinginan siapapun yang terpilih nanti mampu meningkatkan keberdayaan mereka membeli sembako dan membayar biaya sekolah.Â
Kalaupun ada keinginan lain, dia mampu memberantas korupsi dari bumi Indonesia sampai ke akar-akarnya.Â
Masyarakat di kampung-kampung sudah semakin matang. Belakangan ini pun di beberapa tempat tetap bersemangat ketika menjelang Pemilu Poskamling diaktifkan kembali. Pos tempat warga berkumpul di malam hari yang sempat vakum akibat pandemi kini hangat dengan obrolan dan kopi panas.Â