Hari persahabatan telah beberapa hari berlalu, tetapi membicarakannya tetap menarik. Apalagi pada zaman yang terus berkembang dan berputar maju ini membuat orang menjadi sering lupa bahwa satu musuh itu sudah terlalu banyak dan seribu kawan itu kurang. Â Â
Bukan hanya teknologi yang berkembang dan bertambah canggih hari demi hari, detik demi detik. Persahabatan juga demikian, berkembang menembus zaman dari waktu ke waktu seiring dengan kemajuan teknologi.Â
Bisa diamati bahwa setiap zaman itu memiliki karakteristiknya sendiri. Bagi generasi yang lahir di era teknologi informatika mutakhir belakangan ini, membangun, menjaga dan memelihara persahabatan bukanlah hal sulit dibanding generasi-generasi sebelumnya. Kini sarana dan teknologi sudah tersedia dalam berbagai bentuk, model dan jangkauan.Â
Tetapi, dari lain sisi, bagi mereka yang terpisah zaman, tidak begitu mudah untuk membayangkan bagaimana dulu kakek-nenek dan ayah-ibunya berkomunikasi membangun persahabatan. Seperti halnya kita hingga kini pun masih tetap heran, bagaimana caranya dulu nenek moyang membangun candi Borobudur, candi Prambanan dan nenek moyang orang Mesir membangun Piramida.Â
Tentu saja heran karena dulu semuanya tidak secanggih dan secepat sekarang, juga tidak semahal dan semewah sekarang. Sarana komunikasi zaman itu belum mengenal WA, twitter, facebook dan instagram atau lainnya. Intinya belum tersedia media komunikasi berbasis internet. Internet pun belum ada. Tidak ada media sosial.Â
Dulu, hanya ada telepon (rumah), telegram dan surat-menyurat. Itupun hanya sedikit orang yang mampu memiliki telepon rumah. Lebih lagi telegram, hanya bisa diakses dari kantor telegram. Komunikasi persahabatan dengan siapapun, di manapun, di luar itu, beda kota, beda daerah, beda pulau dan beda Negara, dijalin dengan surat menyurat. Â Â
Manusia sebagai makhluk social, tidak bisa dipungkiri, memang membutuhkan teman dan sahabat. Dan, surat menyurat sangat membantu proses komunikasi dengan sahabat terutama bagi yang terkendala jarak dan waktu. Surat menyurat menjadi media termudah dan termurah untuk menjalin pertemanan dan persahabatan.Â
Selain mudah dan murah, ada beberapa efek samping yang positif dari menulis surat yang kini mulai ditinggalkan. Misalnya: mendorong orang untuk memiliki tulisan tangan yang bagus atau paling tidak mudah dibaca, tumbuhnya hobi koleksi perangko (philately) dan pertemanan melalui jejaring sahabat pena.Â
Pada zaman itu Pak Pos adalah sosok yang kedatangannya sangat ditunggu-tunggu. Sampai-sampai Grup Band terkenal dari AS, The Beatles, tahun enam-puluhan membuat lagu pop berirama beat yang menggambarkan profil Pak Pos, berjudul: "Please Mister Postman". Saat itu lagu ini sangat popular.Â
Sungguh beruntung insan yang dulu sempat mendengarkan lagu-lagu The Beatles dan sekarang masih bisa menikmati teknologi informatika mutakhir yang menyajikan banyak kemudahan. Kemudahan hampir dalam segala aspek kehidupan.Â
Dulu tidak pernah terbayang bisa bicara bertatap muka melalui video call dengan siapapun di manapun berada. Kini orang nyaris bisa berbuat apa saja hanya dengan menggunakan jari dan jempolnya. Dari pesan makanan, beli tikat, beli obat, unggahan yang baik-baik, lucu, segar, gembira ria, nasehat hingga kata-kata sesat, jahat, tipuan dan hoax.Â
Sejuta hal bisa Anda lakukan hanya dengan menggunakan alat seukuran genggaman tangan. Termasuk membangun dan melanggengkan persahabatan.Â
Persahabatan antar insan lintas zaman, lintas umur, lintas generasi. Juga persahabatan lintas Negara, lintas keyakinan dan lintas paham politik. Indahnya persahabatan yang memang penuh dengan perbedaan, tetapi justru perbedaan itulah yang menjadi perekatnya.Â
Tidak kalah indahnya adalah jalinan persahabatan berdasarkan kesamaan yang belakangan ini semakin marak. Kesamaan daerah, kesamaan kekerabatan, kesamaan keyakinan, kesamaan almamater, kesamaan paham politik dan kesamaan-kesamaan lainnya.Â
Pada ujungnya, persahabatan tidaklah lebih dari perangkat sosial yang menghubungkan satu manusia dengan yang lain. Persahabatan tidak selalu berakhir dengan kebaikan. Jika baik penggunaanya, akan baik pula hasilnya. Persis seperti pisau dapur, akan sangat berguna bagi Ibu-ibu memasak di dapur tetapi juga bisa menjadi alat kejahatan apabila dipegang oleh pelaku kriminal.Â
Persahabatan menjadi kehilangan arti dan marwahnya ketika dijadikan sebagai sekedar alat tunggangan untuk memuluskan kepentingan pribadinya. Seperti tanaman bunga Anggrek, indah dipandang dan menyegarkan mata, tetapi dia hidup bertopang pada kekokohan dan kekekaran pohon lain.Â
"Persahabatan" seperti itu tidak layak disebut persahabatan yang sebenarnya yaitu persahabatan yang didasari oleh ketulusan dan saling pengertian. Sahabat itu tidak seperti bayangan yang hanya muncul saat cahaya terang dan hilang saat menghadapi kegelapan.Â
Dalam dunia  yang semakin kompetitif dan individualistis sekarang ini, kehidupan ada baiknya diimbangi dengan sejuknya telaga dan manisnya madu persahabatan lintas jarak, lintas keyakinan, lintas budaya, nir-pamrih, tidak menonjolkan kepentingan pribadi, kelompok dan berbagai wujud egoisme lainnya.Â
Bersahabat pun tetap harus hati-hati, tergelicir sedikit saja persahabatan bisa berubah wujud menjadi konspirasi, kronisme atau kolusi. Perbuatan yang berpotensi menyebabkan pengelolaan sumberdaya bangsa tidak optimal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H