Mohon tunggu...
Sarkoro Doso Budiatmoko
Sarkoro Doso Budiatmoko Mohon Tunggu... Dosen - Penikmat bacaan

Bersyukur selalu.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ancaman Pak RT

9 Mei 2023   19:57 Diperbarui: 9 Mei 2023   20:02 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Para tetangga menduga, Parto tidak siap ditinggal istrinya. Semasa hidup, istrinya jualan sayur, makanan matang, gorengan dan melayani pesanan berbagai macam makanan. Dapurnya tidak pernah berhenti ngebul. 

Kini Parto menghidupi dirinya sendiri dengan mengandalkan keahliannya sebagai tukang batu. Sayangnya tenaganya tidak selaris dulu. Umurnya semakin tua, geraknya semakin lamban dan hasil kerjanya tidak bagus lagi. Akibatnya penghasilannya menjadi tidak pasti. Tekanan hidupnya kian hari kian berat. 

Tekanan hidup seperti itu cukup berat untuk dipikul sendiri. Tetapi Parto tidak sendirian. Tekanan hidup yang sama beratnya juga dialami oleh banyak warga lainnya. Mereka sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri. Mereka sibuk menyelamatkan keluarganya sendiri. Akibatnya kepedulian warga yang satu kepada warga lainnya tergerus. Sikap individualis di kampong ini pelahan-lahan mulai menampakkan wujudnya. 

Kampung ini memang cukup padat. Rumah-rumah nyaris berhimpitan, hanya dibatasi tritisan dan gang sempit. Tidak ada pekarangan yang cukup lega untuk anak-anak bermain. Tua, muda, remaja dan anak-anak seperti berebut ruang untuk bermain, healing dan bersosialisasi. 

Keadaan seperti ini rawan konflik karena mudah tersulut perselisihan dan pertengkaran. Perselisihan kadang dipicu hal kecil seperti soal anak-anak, sampah atau suara bising musik dan lalu-lalang kendaraan bermotor. 

Seperti pertengkaran keluarga Jimmi dan keluarga Sugeng yang dipicu oleh anak-anak berebut mainan beberapa waktu yang lalu. Dua anak mereka nangis meraung-raung. 

Jimmi: "Makanya dididik yang baik tuh anaknya. Jangan main rebut saja, mainan orang lain kok direbut...." 

Sugeng: "Heeh... enak aja, didik juga tuh anak sok, gak usah suka pamer. Mentang-mentang punya duit, pamer..." 

Jimmi: "Haalllaaaah, duit-duit sendiri kok ribut siih...." 

Selang beberapa menit si anak-anak sudah main bareng lagi, tetapi orang tuanya masih diem-dieman sampai berhari-hari. 

Pak RT menjadi super sibuk mengurus warganya dengan berbagai sifat dan karakternya padahal dia juga punya pekerjaan lain. Ketua RT ini sering merasa pusing dalam menjalankan tugasnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun