Ternyata bukan hanya tahu bulat yang bisa digoreng dadakan. Presiden pun bisa dadakan. Itu terjadi dalam cerita film Holywood berjudul Designated Survivor. Film drama politik Amerika tahun 2016 ini bercerita tentang seseorang yang menjadi Presiden AS dadakan karena Presiden sebelumnya dan pejabat lainnya tewas akibat ledakan di Gedung Capitol, Washington DC saat berlangsung acara Pidato Kenegaraan.Â
Presiden AS dadakan ini namanya Tom Kirkman, jabatan asli sebelumnya sebagai Menteri Perumahan dan Pengembangan Kota, AS. Nasib "baik" menyambanginya karena dia menjadi satu-satunya pejabat jajaran Kepresidenan yang tersisa.Â
Tom sengaja "disimpan" untuk jaga-jaga jika terjadi bencana yang tidak diinginkan. Bencana itu ternyata terjadi dan mengantarnya mendadak menjadi Presiden. Dalam cerita itu, Tom adalah pejabat yang biasa-biasa saja dan tidak berpikir sama sekali suatu hari akan menjadi Presiden.Â
Pergantian Presiden pun kemudian berjalan relative lancar. Bayangkan kalau tidak ada langkah jaga-jaga. Negara besar itu bisa gaduh, ramai dan mungkin saja terjadi chaos. Langkah berjaga-jaga seperti itu juga biasa dilakukan oleh negara berdaulat lainnya termasuk Indonesia.Â
Di Negeri kita tercinta, UUD 45 pasal 8 ayat 3 juga telah mengatur jika Presiden dan Wakil Presiden berhalangan tetap secara bersamaan, pelaksanaan tugas Kepresidenan akan diemban oleh Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pertahanan secara bersama-sama.Â
Konstitusi kita secara tidak langsung dan implisit, memberi amanat kepada Presiden agar memilih tiga orang pembantu terbaiknya untuk jaga-jaga. Idealnya tiga orang itu adalah orang yang mumpuni kinerjanya, baik track record-nya dan tidak mengundang kontroversi, kegaduhan atau cibiran masyarakat.Â
Di atas kertas, memilih tiga orang dari hampir tiga ratus juta orang penduduk tampaknya bukanlah sesuatu yang susah. Tetapi dalam kenyataannya seringkali menjadi tampak sangat sulit.Â
Menjadi lebih sulit lagi kalau dalam memilih orang-orang terbaik itu dicampuraduki dengan berbagai kepentingan pribadi atau golongan. Ditambah dengan tarik-ulur dan tawar-menawar yang berujung saling menyandera satu dengan yang lain. Sungguh tidak mudah.Â
Sulitnya mirip dengan susahnya memilih sebelas orang pemain Tim Nasional Sepakbola dari jutaan penduduk. Begitu sulitnya sampai-sampai Juara Dunia Sepakbola belum pernah kita raih. Padahal seleksi pemain dan kompetisi jalan terus di seluruh negeri dan di semua lapisan umur.Â
Dalam dunia sepakbola, untuk menjadi pemain terkemuka sekaliber Ronaldo atau Messy pasti juga sudah melalui seleksi dan kompetisi bertingkat yang sangat ketat sedari masa anak-anak hingga dewasa dan tua. Dari mulai mengawali karir hingga mengakhiri karir dan minggir tersingkir dari lapangan hijau karena afkir.Â
Mereka berdua menjalani seleksi dan kompetisi sepanjang waktu dan secara konsisten terus menerus mempertontonkan ketrampilan dan membuktikan keunggulannya sebagai pemain bola. Â Menempati posisi penyerang, ketrampilannya menjebloskan banyak gol ke gawang lawan adalah bukti keunggulannya sebagai pemain bola.Â