Mohon tunggu...
Sarkoro Doso Budiatmoko
Sarkoro Doso Budiatmoko Mohon Tunggu... Dosen - Penikmat bacaan

Bersyukur selalu.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

2023, Tahun Tanpa Korupsi (?)

30 Desember 2022   21:02 Diperbarui: 30 Desember 2022   21:07 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Rokok dan kolesterol, dua hal yang sering disebut menjadi sebab datangnya penyakit. Dari penyakit kelas ringan hingga kelas mematikan. Ditambah korupsi. Korupsi itu penyakit masyarakat yang menyengsarakan dan juga bisa mematikan secara pelan-pelan para korbannya.

Ketiga hal tersebut membuat orang lupa diri karena menyenangkan untuk dilakukan. Tetapi lupa, akan menyakitkan ketika suatu saat nanti harus menanggung akibatnya.

Bagi perokok, merokok itu kenikmatan yang luar biasa. Kolesterol konon juga diperoleh dari makanan-makanan lezat yang banyak mengandung lemak. Enak dan gurih rasanya saat dinikmati. Sedangkan korupsi itu kerja tanpa berkeringat tapi duitnya banyak. Maka banyak orang yang menyukainya.

Baca juga: Resolusi 2022

Anda ingin hidup sehat dan tenang? Hindari ke-tiga hal tersebut. Atau Anda menginginkan dua-duanya? Menikmati rokok tetapi tetap sehat, makan enak tetapi tubuh tetap bugar dan korupsi tetapi tidak kena OTT? Anekdot berikut bisa menjadi inspirasi untuk mewujudkan keinginan tersebut.

Anekdot kondang ini bercerita tentang seorang perokok yang membaca artikel di sebuah koran langganannya. Topiknya tentang pengaruh buruk merokok untuk kesehatan badan. Bukan hanya buruk dan berbahaya bagi si perokok sendiri (aktif) tetapi juga bagi orang-orang di sekitarnya (perokok pasif).

Koran tersebut mengakhiri artikel dengan anjuran, kalau ingin hidup sehat, lebih baik hindari atau segera berhenti merokok.

Si perokok yang bertahun-tahun belum berhasil berhenti merokok, akhirnya berhenti berlangganan koran. Dengan begitu dia tidak pernah lagi membaca ulasan tentang bahaya merokok.  Apalagi dia melihat tidak sedikit perokok berat di lingkungannya yang tampak sehat dan berumur panjang. Dan, menghisap rokok pun jalan terus dan penyakit akibat merokok pun mengintip terus.

Di lain tempat, seorang lelaki setengah baya pergi ke klinik memeriksakan kesehatannya. Hasilnya, tekanan darah dan kadar kolesterol dalam tubuhnya tinggi. Untuk hidup lebih sehat, lelaki ini dianjurkan untuk menghindari atau mengurangi makanan-makanan yang justru amat sangat disukainya. Dia juga dianjurkan untuk olahraga dan mengatur kembali pola tidurnya.

Ternyata, setelah itu dia memutuskan untuk tidak memeriksakan kesehatannya lagi. Dia tidak mau tahu kadar kolesterol dalam tubuhnya, dia tidak peduli dengan "tensinya" dan yang penting dia "merasa" sehat-sehat saja. Dia abaikan risiko sakit yang bisa datang tiba-tiba kapan saja.

Perilaku abai semakin parah ketika dilihatnya banyak orang tampak sehat walau makan dan hidup tidak teratur, mondar-mandir kesana-kemari, berpanas-panasan, berhujan-hujanan dan pergi malam pulang pagi tanpa pernah mengeluh sakit. Maka, diapun terus makan enak meski di bawah intaian penyakit. Berolahraga dia lakukan sesekali saja, itupun olehraga ringan.

Bagaimana dengan korupsi? Sepanjang tidak ketahuan, orang tetap asyik melakukannya. Oleh karena itu korupsi terus ada. Adapun risiko ditangkap dan beratnya ancaman hukuman, dianggap ringan dan banyak diabaikan.

Padahal kejahatan ini sangat sadis. Bayangkan saja betapa jahatnya korupsi yang "merampok" uang pensiun ratusan atau bahkan ribuan Pensiunan. Sudah berbilang bulan-tahun mereka ini tidak menerima uang pensiun.

Uang pensiun yang jumlahnya sekedar untuk keperluan hidup sehari-hari, macet. Akibatnya hidup terganggu. Bisa jadi bukan hanya Pensiunan yang terganggu tetapi masa depan anak dan cucunya pun menjadi suram.

Menjadi korban kejahatan itu sedih, makan hati, mangkel dan setengah modar. Sebaliknya, lihat kelakuan tersangka koruptor, dia masih bisa ketawa-ketiwi, melambaikan tangan seolah tidak ada beban dan penyesalan. Sepertinya tidak terpikirkan betapa menderitanya para korban. Menderita lahir batin.

Masgulnya, korupsi masih saja terus berulang terjadi. Itu bisa menjadi bukti telah hilangnya rasa takut dan jera terhadap ancaman hukuman badan maupun hukuman sosialnya.

Urat malu pun seperti sudah putus. Tidak ada rasa malu lagi digelandang petugas saat OTT, memakai seragam khas, diborgol dan diangkut dengan kendaraan tertutup yang "istimewa". Mestinya bertambah malu ketika perbuatannya secara terbuka disiarkan ke seluruh penjuru jagat. Bukan hanya tentang dirinya seorang, tetapi juga menyeret orang dekat, anak-istri, kerabat, teman-teman, tetangga dan koleganya, semua ikut kecipratan aib.

Begitulah, pada akhirnya hidup ini memang pilihan. Memilih hidup secara sehat dan tenang atau hidup seenak perutnya dengan dibayangi perasaan was-was. Pilihannya terpulang pada masing-masing orang.

Perasaan was-was muncul karena layaknya menyimpan bom waktu. Was-was, jangan-jangan mendadak tiba-tiba jatuh sakit stadium akhir, lalu jatuh terkapar. Atau tidak tenang, takut di tengah keasikan menikmat hartanya, tiba-tiba digeledah, diperiksa dan ditangkap kena OTT.

Negara ini sangat berkepentingan untuk memiliki warga yang sehat lahir-batin, produktif dan aktif berusaha. Warga yang sehat akan berpengaruh positif pada kesehatan ekonomi nasional.

Tidak terlalu sulit untuk mendeteksi dan mengatasi sakit untuk kembali sehat akibat rokok, darah tinggi dan kolesterol. Fasilitas kesehatan dan obat sudah banyak tersedia. Tetapi sangat berbeda dengan penyakit masyarakat bernama korupsi.

Bagi awam, penyakit masyarakat ini tidak mudah dideteksi. Orang biasanya baru tahu peristiwa korupsi setelah diberitakan luas. Sejauh tidak ada berita bisa diartikan tidak ada korupsi.

Padahal tidak ada berita bukan berarti korupsi sudah minggat, tidak juga berarti negara sedang baik-baik saja. Persis seperti orang yang tidak pernah memeriksakan kesehatan tubuhnya, bukan berarti dia sehat wal afiat.

Pemberitaan tentang korupsi menjadi faktor penting dan sekaligus bisa menjadi sumber inspirasi. Jika Anda tahun 2023 ingin hidup tenang dan merasa seolah di negeri ini korupsi sudah punah, jangan nonton TV, jangan baca koran dan jangan pula membuka medsos. Karena jangan-jangan di sana ada berita tentang korupsi.

Selamat tahun baru 2023.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun