Padahal kejahatan ini sangat sadis. Bayangkan saja betapa jahatnya korupsi yang "merampok" uang pensiun ratusan atau bahkan ribuan Pensiunan. Sudah berbilang bulan-tahun mereka ini tidak menerima uang pensiun.
Uang pensiun yang jumlahnya sekedar untuk keperluan hidup sehari-hari, macet. Akibatnya hidup terganggu. Bisa jadi bukan hanya Pensiunan yang terganggu tetapi masa depan anak dan cucunya pun menjadi suram.
Menjadi korban kejahatan itu sedih, makan hati, mangkel dan setengah modar. Sebaliknya, lihat kelakuan tersangka koruptor, dia masih bisa ketawa-ketiwi, melambaikan tangan seolah tidak ada beban dan penyesalan. Sepertinya tidak terpikirkan betapa menderitanya para korban. Menderita lahir batin.
Masgulnya, korupsi masih saja terus berulang terjadi. Itu bisa menjadi bukti telah hilangnya rasa takut dan jera terhadap ancaman hukuman badan maupun hukuman sosialnya.
Urat malu pun seperti sudah putus. Tidak ada rasa malu lagi digelandang petugas saat OTT, memakai seragam khas, diborgol dan diangkut dengan kendaraan tertutup yang "istimewa". Mestinya bertambah malu ketika perbuatannya secara terbuka disiarkan ke seluruh penjuru jagat. Bukan hanya tentang dirinya seorang, tetapi juga menyeret orang dekat, anak-istri, kerabat, teman-teman, tetangga dan koleganya, semua ikut kecipratan aib.
Begitulah, pada akhirnya hidup ini memang pilihan. Memilih hidup secara sehat dan tenang atau hidup seenak perutnya dengan dibayangi perasaan was-was. Pilihannya terpulang pada masing-masing orang.
Perasaan was-was muncul karena layaknya menyimpan bom waktu. Was-was, jangan-jangan mendadak tiba-tiba jatuh sakit stadium akhir, lalu jatuh terkapar. Atau tidak tenang, takut di tengah keasikan menikmat hartanya, tiba-tiba digeledah, diperiksa dan ditangkap kena OTT.
Negara ini sangat berkepentingan untuk memiliki warga yang sehat lahir-batin, produktif dan aktif berusaha. Warga yang sehat akan berpengaruh positif pada kesehatan ekonomi nasional.
Tidak terlalu sulit untuk mendeteksi dan mengatasi sakit untuk kembali sehat akibat rokok, darah tinggi dan kolesterol. Fasilitas kesehatan dan obat sudah banyak tersedia. Tetapi sangat berbeda dengan penyakit masyarakat bernama korupsi.
Bagi awam, penyakit masyarakat ini tidak mudah dideteksi. Orang biasanya baru tahu peristiwa korupsi setelah diberitakan luas. Sejauh tidak ada berita bisa diartikan tidak ada korupsi.
Padahal tidak ada berita bukan berarti korupsi sudah minggat, tidak juga berarti negara sedang baik-baik saja. Persis seperti orang yang tidak pernah memeriksakan kesehatan tubuhnya, bukan berarti dia sehat wal afiat.