Kesempatan diangkat sebagai Menteri tentu akan membahagiakan dan membanggakan, apalagi dengan kewenangan hebat. Gajinya pun tentu tinggi, ditambah dengan beraneka tunjangan dan sederetan panjang daftar fasilitas penuh kenyamanan. Bayangkan saja, Ketua MPR, yang tidak kurang terhormatnya, tidak kalah gede gajinya, tidak kurang besar tunjangannya dan tidak sembarangan fasilitasnya saja masih bersedia menjadi Menteri.Â
Sayangnya peluang menjadi Menteri itu sangat kecil dan lebih memiliki makna keberuntungan. Artinya, selain sepenuhnya hak prerogatif Presiden, kalau hanya ada satu atau dua posisi tersedia untuk seribu kandidat mumpuni yang berpeluang sama untuk mengisinya, maka yang terpilih adalah orang pilihan yang benar-benar beruntung. Â Â
Bagi yang sedang tidak beruntung, inilah saatnya mendalami makna dari kearifan lokal Jawa yang berbunyi: "Aja rumangsa bisa, nanging bisaa rumangsa" atau "jangan merasa bisa, tetapi bisalah merasa", sebuah ungkapan berisi ajakan untuk introspeksi diri.Â
Berkontribusi membangun negeri bisa melalui cara apa saja, tidak harus menjadi Menteri. Memberi kritik, menyampaikan pendapat dan nasehat pun sebuah bentuk kontribusi penting untuk menjaga agar tidak oleng.Â
Siapapun Anda, harapan menjadi Menteri selalu ada. Kalau sudah beruntung, apapun bisa terjadi. Orang yang tidak bisa berdagang pun tidak tertutup peluangnya orang untuk menjadi Menteri Perdagangan. Harapan tetap ada di ujung sana, tunggu saja dengan sabar reshuffle berikutnya. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H