Mohon tunggu...
Sarkoro Doso Budiatmoko
Sarkoro Doso Budiatmoko Mohon Tunggu... Dosen - Penikmat bacaan

Bersyukur selalu.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jegigisan, "Hangout" ala Ngapak

29 November 2021   16:05 Diperbarui: 29 November 2021   16:20 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam hal nada, misalnya, ada nada tanya, nada setuju, nada penolakan, nada senang, nada benci. Nada-nada yang sudah sangat familiar di telinga, sehingga tanpa tanya ini-itu otomatis dipahami maksudnya. Apalagi, mengangguk juga tidak selalu berarti setuju, tergantung nada dan bahasa tubuh lainnya. 

Dari bahasa, nada dan bahasa tubuhnya itulah orang Banyumasan sering dikategorikan berkarakter cablaka, blakasuta, egaliter, apa adanya dan kurang bisa basa-basi.  Orang Banyumasan biasa mengedepankan keterusterangan atau kejujuran, baik dalam berbicara maupun bertindak.   

Mungkin karena itu jugalah tidak ada senjata tajam yang menjadi ciri orang Banyumas. Kalau boleh disebut sebagai benda tajam yang khas Banyumas, namanya "kudi". Kudi, sebuah alat bantu untuk memotong atau membelah benda keras. Bentuknya sangat khas dan bisa dilihat dalam dunia pewayangan. Tokoh Bawor digambarkan selalu membawa kudi ke manapun dia pergi. 

Kudi bukanlah alat untuk menyelesaikan masalah. Orang Banyumas kalaupun ada masalah, memilih menyelesaikannya dengan "jegigisan". 

Jegigisan adalah istilah Banyumasan yang maknanya ngobrol dalam suasana bebas dan santai. Jegigisan membuat orang bisa lebih komunikatif karena masing-masing bisa mengekspresikan isi hati hampir tanpa hambatan. 

Jegigisan, ketawa-ketiwi bersama sambil makan mendoan dan medang kopi panas. Itu adalah suasana yang sangat disukai dan dirindukan orang. 

Dengan jegigisan orang bisa menyelesaikan banyak masalah. Dari masalah cinta, rumah tangga, belajar bersama, mengerjakan PR, konsultasi skripsi hingga soal politik dan masalah kebangsaan.   

Jangan bayangkan jegigisan hanya dilakukan di pos kamling, angkringan, warteg dan warung kopi pinggir jalan. Jegigisan juga bisa dilakukan di caf dan restoran hotel berbintang. Bisa jadi orang-orang Banyumasan yang sudah sukses jegigisan di sana. Jegigisan, hangout ala Ngapak. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun