"Hai...kik, alhamdulillah, hari ini aku dapat orderan, ngantar belanjaan orang, dari Pasar Besar ke daerah Pilangkenceng, lumayan...", Sapa Gepeng dengan mimik muka ceria.Â
Gepeng adalah kawan yang sehari-hari berprofesi menjadi driver ojol. Sambil merapikan motor di teras, dia lanjut cerita.
"Iya kah, masuk sini", jawabku
"Iya, tapi belanjaannya, menurutku banyak sekali, basa-basi aja aku tanya orangnya", sahut Gepeng
"Waduh, belanjaan segini banyak buat apa mbak?", kata Gepeng.Â
"Anu mas, buat persiapan lebaran", jawab mbaknya (begitu sambil si Gepeng nganggukkan kepala di sela ceritanya).
"Kan lebaran sik adoh yo kik, kok podo gedandapan belonjo macem-macem, ha...mbuh wis sing penting tak terke", dengan logat Jawa kental ia melanjutkan cerita, yang artinya "Lebaran masih jauh, kenapa kok semua udah merasa ketakutan dan belanja bermacam-macam kebutuhan."
.
Fenomena di atas, biasa terjadi. Apalagi mendekati lebaran. Namun, jika kita telisik lebih dalam, apakah benar, semua barang yang dia belanjakan itu memang menjadi kebutuhan utama? artinya, dipersiapkan untuk sebuah hajatan atau kegiatan yang hari dan tanggalnya sudah ditentukan.Â
Kalau terpakai untuk itu, its ok aja. Tapi kalo tidak, bisa anda sebut apa sifat suka menghamburkan uang seperti itu? Membeli sesuatu yang bukan merupakan kebutuhan (tidak mendesak).