"Nggeh Mas, Nderekke.., Sukses..dan Hati-hati di Jalan", Jawabku
 Alas Ketonggo atau Hutan Ketonggo, itu dikenal sebagai wilayah sakral dan banyak sekali orang dari luar daerah melakukan aktifitas spiritual di sana. Pernah sekali kesana, dengan Kang Aris, Mandi dan rendam diri di Sungai yang ada di komplek Makam Srigati (Alas Ketonggo) tersebut selama satu jam, malam hari, kemudian melakukan ritual doa di sana.
Hari Keempat Bulan Syawal 1439 H, Kang Aris masih belum juga pulang. Aktifitas malam itupun tak ubahnya seperti kemarin, browshing internet, bermedia sosial, gitaran, nulis artikel, seperti itu. Bedanya, malam ini Rizal pengen tidur di kontrakan. Aku iyakan saja, itung-itung bisa sebagai teman tidur di kontrakan. Jam Sembilan malam lebih sedikit, Rizal pun datang. Lengkap dengan membawa makanan kecil (jajanan).
"Waalaikum salam...", itulah sapaan yang sekaligus menjadi ciri khas si Rizal setiap kali bertemu denganku.
"Hmmm... masuk aja zal, jangan lupa sekalian motornya masuk ke dalam dan dikunci pintunya", pintaku pada Rizal sambil nulis artikel.
Anak muda berperawakan tinggi tegap ini takut akan hal-hal ghaib, sekalinya datang langsung merangsek ke kamar.
"Mas, Aku tidur disini boleh, di kamar ini dengan sampeyan", tanya Rizal padaku.
"Iya, silakan kalo kamu mau langsung tidur", Jawabku
Memang terlihat capek sekali muka si Rizal, hanya butuh lima menit sandarkan pada tikar kamarku yang lusuh ini, jasmaninya pun langsung cepet tidurnya.
"Anak ini, cepet banget tidurnya", kataku dalam hati. Pagi harinya, Rizal berpamitan dan berpesan padaku kalo nanti malam mau tidur lagi di sini.
Hari Kelima Bulan Syawal 1439 H, Kang Aris masih belum balik ke kontrakan juga. Malam ini, aku hanya mainkan gitar buat ngusir penat, aku menunggu Rizal belum juga datang (sekitar pukul 9 malam). Gak seperti kemaren, petang si Rizal sudah keburu datang. Pintu Rumah masih terbuka, hingga pukul 11 malam, barulah si Rizal datang dengan wajah kesal. Langsung aku persilakan dia untuk istirahat.