Mohon tunggu...
Khan
Khan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahsiswa Jomblo Pecinta Lopi

Mahasiswa Universitas Mataram

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Islam, Oh Islamku

3 Februari 2022   17:48 Diperbarui: 3 Februari 2022   17:55 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya yakin. Yakin sekali. Setiap hal yang dilakukan para ulama (ulama yang benar-benar ulama), hanya itu untuk kita semua. Demi kebaikan dan kemaslahatan kita semua.

Sebagai salah satu orang bodoh yang mencintai ulama, saya turut prihatin dengan kondisi umat islam saat ini. Pecah belah karena sosial media. Menjadi berkubu-kubu karena dipecah belah. Kita, kini menjadi orang yang mudah menerima tanpa mencerna isu-isu, berita yang beredar tentang keburukan ulama. Parahnya, Kita pun gampang menelan mentah-mentah opini tokoh publik yang menjatuhkan ulama. Opini tokoh publik yang jelas memiliki kepentingan.

Pernahkah kita melihat, menyaksikan sisi lain ulama yang dianggap radikal tersebut? Sebut saja kebaikan-kebaikan yang dilakukan. Seperti peran ulama dan anggota FPI merespon peristiwa banjir di berbagai daerah. Kemudian ceramah-ceramah yang berbau edukasi kepada umat; Mencontohkan bagaimana cara Nabi Muhammad SAW dari bangun tidur hingga tidur lagi.

Kenapa kita hanya melihat video, berita, opini media tentang keburukannya saja? Bukankah sebagai umat, yang menjadi panutan kita hanya para ulama saja? Keselamatan manusia akhir zaman seperti ini, tidak ada cara lain agar selamat selain mengikuti fatwa serta arahan dari ulama.

**

Dahsyatnya perkembangan arus informasi saat ini tentu tak bisa dielak dengan mudah. Mau tidak mau, kita dipaksa untuk cerdas berenang melewati arus ini; Berenang dengan hati-hati.

Aslama yuslimu fahuwa muslimun memang bermakna penyerahan maupun pemasrahan. Namun, bukan berarti menyerah atau pasrah pada setiap hal; "Asal iya atau masa bodoh dengan keadaan saat ini. Sudah ada Tuhan yang mengatur." Perlu ada usaha, ikhtiar yang dilakukan.

Kemungkaran yang terjadi di Indonesia tak bisa dipasrahkan begitu saja kepada pemerintah. Perlu ada keiikut sertaan masyarakat, tokoh masyarakat, tokoh (pemuka) agama, ulama dan seluruh elemen masyarakat untuk membersihkannya.

Namun, jika tak memiliki waktu untuk membantu membela mereka dalam berjuang, karena sibuk bekerja dan lainnya (mengurusi perut memang lebih utama dari mengurus negara), setidaknya kita jangan mencela satu sama lain lantaran berbeda pendapat. Juga, jangan mudah menjadi orang yang diadu domba. Serendah rendahnya bantuan adalah dengan mendoakan.

Kini, hal yang bisa kita lakukan selain mendoakan agar ulama diberi ketabahan dan diberi kesehatan selalu, adalah dengan memperbanyak bacaan, diskusi, menonton sisi lain mereka. Bagaimana mereka berusaha menghidupkan sunnah Nabi Muhammad SAW. Bagaimana mereka menghidupkan hukum Tuhan.

Tetap pasang adab kepada para ulama, apalagi ulama yang memiliki ilmu dan sanad keilmuannya sampai kepada Kanjeng Muhammad SAW. Ulama yang memiliki guru dengan sejuta karomah. Memiliki guru yang sanad keilmuan sampai kepada Nabi Muhammad SAW juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun