Mohon tunggu...
Khan
Khan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahsiswa Jomblo Pecinta Lopi

Mahasiswa Universitas Mataram

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Islam, Oh Islamku

3 Februari 2022   17:48 Diperbarui: 3 Februari 2022   17:55 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seseorang laki-laki di antara kamu, tetapi ia adalah Rasulullah dan penutup nab-nabi. Dan, adalah Allah Maha Mengetahui segala sesatu." (QS. Al-Ahzab [33]: 40)

"Sesungguhnya, agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam." (QS. Ali 'Imran {3}: 19)

Berdasarkan pemaparan tersebut, Islam merupakan agama yang mampu dicerna, dipahami dengan sederhana. Sebenarnya penjelasan islam masih panjang, tentu saya tidak memiliki kapasitas dan pantas untuk menguraikannya secara lengkap.

Kembali pada pokok yang ingin saya sampaikan. Semakin senja umur dunia, nampaknya agama islam menjadi isu yang mudah untuk dimainkan oleh beberapa oknum. Agama mudah menjadi trend, kekinian, bahkan menjadi kendaraan bagi orang yang memiliki kepentingan politik. Di Indonesia, terdapat beberapa kelompok islam yang dalam kacamata sebagian orang dianggap terlalu ekstream. Bahkan radikal. Apakah benar?

Jawabannya, belum tentu. Bahkan tidak sama sekali! Walaupun mungkin ada, tapi hanya seginlintir orang.

Dalam perkembangan sosial media saat ini, saya sering mengamati bagaimana orang menggiring opini untuk menjatuhkan sesama dengan perspektif Islam. Sebut saja, Habib Zen (Habib Kribo), Denny Siregar dan sebagainya. Orang-orang tersebut, acap kali mengatakan bahwa gerakan yang dilakukan Habib Rizieq dan Habib Bahar merupakan gerakan-gerakan radikal. Harus dibasmi! Tak boleh dibiarkan!.

Alasannya, ceramah, tindakan dan perilaku yangh ditampilkan kedua habib jauh dari ajaran yang dibawa oleh kakek mereka, Habibana Muhammad Saw. Cara mereka dianggap terlalu kasar, mengujar kebencian. Berlebihan.

Secara kasat mata, menurut beberapa video dan berita yang tersebar, mungkin benar. Mereka ber-ceramah secara teriak-teriak. Tapi apakah itu salah? Menurut saya, tidak.

Beberapa ulama, habaib, ustadz dan tokoh agama yang saya amati di youtube, sosmed, memiliki gaya berbicara, gaya ber-ceramah berbeda-beda. Dan itu sah-sah saja. Sesuai dengan karakter masing-masing. Memang masalahnya apa?

Tapi, bagaimana dengan konsep bahwa islam itu berarti al-silmu dan alshul atau perdamaian (seorang muslim tidak suka membuat keonaran dan kerusakan di lingkungannya)? Seringkali pertanyaan itu muncul dikalangan netizen. Entah netizen sungguhan atau netizen titipan.

Setiap kali saya membaca pertanyaan tersebut, "Ini beneran nanya atau nyatain pendapat, Atau mengejek?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun