Mohon tunggu...
Sari Oktafiana
Sari Oktafiana Mohon Tunggu... Guru - A mother of five kids who loves learning

Living in the earth with reason, vision, and missions...but I can't make everybody happy.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sepotong Senja di Kaimana

30 Oktober 2017   22:15 Diperbarui: 31 Oktober 2017   07:46 2711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Toko di Jalan Trikora, Kaimana. dok.pri

Walaupun masih dianggap sebagai kabupaten baru, tetapi nama Kaimana dalam putaran sejarah Indonesia telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka, dan bahkan menjadi saksi akan sejarah pergolakan konflik perebutan Papua Barat antara Indonesia dengan Belanda pada tahun 1963.

Kibar Sang Saka Merah Putih di Pedalaman Kaimana. dok.pri
Kibar Sang Saka Merah Putih di Pedalaman Kaimana. dok.pri
Secara geografis, Kaimana terletak tepat di "leher" burung Nuu War. Sengaja saya tuliskan Nuu War, yang merupakan mana asli Pulau Papua. Menurut tokoh masyarakat setempat, Nuu War adalah nama asli Pulau Papua yang artinya adalah pangkal atau asal mula yang secara lebih luas dimaknai sebagai asal mula dan tempat pertemuan harkat dan martabat manusia. 

Untuk kepentingan politis, Presiden Soekarno pernah memberi nama Nuu War sebagai Pulau Irian yang merupakan akronim dari "Ikut Republik Indonesia Anti Netherland". Posisi Kaimana tepat terletak di leher Pulau Papua yang bentuk pulaunya menyerupai Burung Cendrawasih. Bentang alam Kaimana adalah daerah teluk, rawa, hutan yang lebat, bukit, pegunungan dan hamparan pantai yang memanjang yang berhadapan dengan Laut Arafura, tempat dimana Pahlawan Yos Sudarso bersemayam.

Teluk di Kaimana. dok.pri
Teluk di Kaimana. dok.pri
Selama 7 hari saya berada di Kaimana, selama itu pula saya menelisik dan belajar mengenai Kaimana baik secara historis, sosial dan budayanya. Sebagai Kota yang menurut saya, indah, kota ini menawarkan potensi pariwisata terutama Teluk Triton yang konon keindahannya tak kalah dengan Raja Ampat. Bagi penyuka kuliner ikan, kota ini merupakan surga bagi pecinta ikan.  Semua menu masakan laut adalah aneka ikan segar tangkapan nelayan dari Laut Arafura, yang terkenal melimpah hasil maritimnya.

Kuliner Ikan Laut. dok.pri
Kuliner Ikan Laut. dok.pri
Menapak di jantung Kota Kaimana di Jalan Trikora, kita akan merasa berada di kota kuno, dimana toko-toko Pecinan dengan bangunan kuno yang mirip-mirip dengan bangunan kuno di Kota Lasem, Rembang Jawa Tengah. Toko-toko dengan bangunan kunonya yang masih terawat dengan baik merupakan kota lama Kaimana tempat dimana para pedagang keturunan Cina berniaga mulai dari toko bahan bangunan, kelontong dan hotel. 

Secara historis, Jalan Trikora merupakan jalan bersejarah yang memiliki kaitan yang cukup erat dengan perjuangan Trikora (Tiga Komando Rakyat). Bahkan di dekat Jalan Trikora kita akan menemukan Tugu Untea yang dibangun pada 1 Mei 1963, yang merupakan tonggak sejarah penyerahan kekuasaan atas Papua Barat antara Indonesia dengan Belanda. 

Untea sendiri merupakan United Nation temporary executive authority sebuah badan khusus yang dibentuk oleh PBB yang bertugas untuk menyelesaikan pertikaian antara Belanda dengan Indonesia yang sama-sama memperebutkan dan mengklaim Papua Barat sebagai bagian dari wilayah mereka.

Tugu UNTEA di Kaimana. dok.pri
Tugu UNTEA di Kaimana. dok.pri
Toko di Jalan Trikora, Kaimana. dok.pri
Toko di Jalan Trikora, Kaimana. dok.pri
Masih ingat dengan tembang kenangan yang dipopulerkan oleh penyanyi lawas Alfian yang berjudul Senja di Kaimana, sebuah lagu era tahun 1960-an yang mendeskripsikan betapa indahnya pemandangan senja di Kaimana. Betul, ternyata senja yang indah itu dapat kita temukan di Kaimana. 

Senja yang selama ini saya pahami sebagai semburat jingga di ufuk barat penanda pergantian siang menjadi malam ternyata pemahaman tentang senja tidak sesederhana itu. Bagi orang Kaimana, senja adalah penanda pergantian siang menuju malam dengan pendar warna jingga sempurna yang memenuhi bentang dan ujung langit di ufuk barat. Langit penuh dengan warna jingga dengan sisa matahari di batas cakrawala. 

Tetapi sayangnya senja di Kaimana itu ada musimnya, menurut orang Kaimana. Pada musim-musim tertentu senja yang indah tidak akan muncul, senja di Kaimana muncul ketika siang hari hujan deras yang telah menyibak awan untuk menjadi warna jingga sempurna yang memenuhi langit dan batas cakrawala di ufuk barat. sehingga tidak berlebihan bila secara khusus, Alfian mengabadikan senja indah itu dengan sebuah lagu. 

Ketika masih kecil, ketika mendengarkan tembang lawas ini imajinasi saya secara geografis tidak tahu dimana letak Kaimana. Nama kota ini sudah terdengar akrab di telinga saya gegara Alfian yang telah menasionalisasikan lagu hingga terkenal di seantero Indonesia. Konon katanya lagu ini sebenarnya punya kepentingan politis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun