Walaupun masih dianggap sebagai kabupaten baru, tetapi nama Kaimana dalam putaran sejarah Indonesia telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka, dan bahkan menjadi saksi akan sejarah pergolakan konflik perebutan Papua Barat antara Indonesia dengan Belanda pada tahun 1963.
Untuk kepentingan politis, Presiden Soekarno pernah memberi nama Nuu War sebagai Pulau Irian yang merupakan akronim dari "Ikut Republik Indonesia Anti Netherland". Posisi Kaimana tepat terletak di leher Pulau Papua yang bentuk pulaunya menyerupai Burung Cendrawasih. Bentang alam Kaimana adalah daerah teluk, rawa, hutan yang lebat, bukit, pegunungan dan hamparan pantai yang memanjang yang berhadapan dengan Laut Arafura, tempat dimana Pahlawan Yos Sudarso bersemayam.
Secara historis, Jalan Trikora merupakan jalan bersejarah yang memiliki kaitan yang cukup erat dengan perjuangan Trikora (Tiga Komando Rakyat). Bahkan di dekat Jalan Trikora kita akan menemukan Tugu Untea yang dibangun pada 1 Mei 1963, yang merupakan tonggak sejarah penyerahan kekuasaan atas Papua Barat antara Indonesia dengan Belanda.Â
Untea sendiri merupakan United Nation temporary executive authority sebuah badan khusus yang dibentuk oleh PBB yang bertugas untuk menyelesaikan pertikaian antara Belanda dengan Indonesia yang sama-sama memperebutkan dan mengklaim Papua Barat sebagai bagian dari wilayah mereka.
Senja yang selama ini saya pahami sebagai semburat jingga di ufuk barat penanda pergantian siang menjadi malam ternyata pemahaman tentang senja tidak sesederhana itu. Bagi orang Kaimana, senja adalah penanda pergantian siang menuju malam dengan pendar warna jingga sempurna yang memenuhi bentang dan ujung langit di ufuk barat. Langit penuh dengan warna jingga dengan sisa matahari di batas cakrawala.Â
Tetapi sayangnya senja di Kaimana itu ada musimnya, menurut orang Kaimana. Pada musim-musim tertentu senja yang indah tidak akan muncul, senja di Kaimana muncul ketika siang hari hujan deras yang telah menyibak awan untuk menjadi warna jingga sempurna yang memenuhi langit dan batas cakrawala di ufuk barat. sehingga tidak berlebihan bila secara khusus, Alfian mengabadikan senja indah itu dengan sebuah lagu.Â
Ketika masih kecil, ketika mendengarkan tembang lawas ini imajinasi saya secara geografis tidak tahu dimana letak Kaimana. Nama kota ini sudah terdengar akrab di telinga saya gegara Alfian yang telah menasionalisasikan lagu hingga terkenal di seantero Indonesia. Konon katanya lagu ini sebenarnya punya kepentingan politis.