Mohon tunggu...
Mita Yulia H (Mita Yoo)
Mita Yulia H (Mita Yoo) Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Lepas

Penulis fiksi, karya yang telah terbit antara lain KSB, R[a]indu, dan Semerah Cat Tumpah di Kanvasmu Bergabung dalam beberapa komunitas menulis dengan dua puluhan buku antologi cerpen dan puisi Lihat karya lainnya di Wattpad: @mita_yoo Dreame/Opinia/KBM/YouTube: Mita Yoo

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mutiara dari Bibir Kering

13 Mei 2023   17:20 Diperbarui: 13 Mei 2023   17:22 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Waktu yang dihabiskannya di depan mesin itu melewati masa matahari di atas kepala hingga cahaya di langit mulai kemerahan. Segerombolan burung Cabak terbang ke sisi Barat ketika dia melipat potongan kain terakhir yang mampu diselesaikannya.

Rambutnya basah karena keringat. Jangan tanyakan bagaimana bajunya juga tak mampu lagi menyerap air dan garam hasil seksresi kulitnya.

Dia menghitung potongan kain yang selesai dijahit. Bibirnya berhenti bergumam tepat di angka dua belas.

'Alhamdulillah. Hasilnya lumayan,' hatinya mulai berbunga sebab sebuah harapan yang sengaja diam-diam dirapalkannya. Dia melangkahkan kaki menuju ruangan tempat lelaki yang perutnya penuh lemak dengan kumis tebal itu. Kipas dari anyaman bambu selalu bergerak, tak pernah lepas dari tangannya.

"Bos, ini hasil pekerjaan saya hari ini," katanya sambil menyerahkan kertas hasil hitungan pada lelaki itu.

Tangan kanan lelaki yang disebut Bos meraih kertas itu dengan cepat. Tubuh yang penuh lemak itu berdiri dari kursi malasnya, merogoh uang lecek dalam stoples plastik dan mengeluarkannya. Dua lembar uang kertas nominal dua puluh ribu dan pecahan lima ribuan yang sebelah sisinya ditempel lakban transparan berpindah ke tangan gadis itu.

"Bos, ini nggak salah?" Dia memandangi uang lecek di tangannya, lalu berpindah ke wajah Bos.

"Itu udah aku kasih bonus seribu, Jinan! Kalau kerja yang cepet dong, jadi bisa dapet lebih banyak. Udah sana pulang, udah mau magrib. Jangan sampai orang-orang nuduh aku memperbudak buruh sepertimu." Tangannya mengibas di udara. Kipas anyaman bambu di sisi lainnya kembali bergerak. Sama sekali tak menghiraukan wajah mendung gadis di depannya.

Langkah gontai gadis itu menyusuri sepanjang tanah merah berdebu. Air di sudut matanya mengalir tanpa bisa dibendung. Dia bahkan tak menghiraukan tatapan beberapa pasang mata yang terarah padanya. Kepalanya mendongak ke langit, cahaya jingga mulai bergeser terganti oleh hitam.

"Ya Allah. Bantu aku ikhlas. Bantu aku untuk menjadi lebih kuat menjalani takdir dari-Mu. Takdir yang entah akan menjadikanku siapa!"

#MY, 010523

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun