Puasa di Luar
Episode 25: Buka
Pukul lima tepat. Setelah menelepon Emak untuk mengabari bahwa aku akan pulang terlambat karena harus membantu Sam, sepulang bekerja aku segera melangkahkan kaki menuju warung Kopi Soesoe milik Sam.
Aku menyenandungkan shalawat Rahmatan Lil'alamin sembari melangkah. Sepuluh hari terakhir Ramadhan seharusnya kuisi dengan berdiam di masjid dan memohon Rahmat dari-Nya. Namun, aku belum mampu melakukan hal itu.
Antrean di Warung Kopi Soesoe milik Sam cukup padat meski tak sampai berdesak. Aku membantu Sam untuk merebus kopi bubuk yang dia sebut sebagai kopi olahan keluarganya. Aku tak begitu mengerti tentang kopi, tetapi Sam mengatakan akan bersedia menerimaku bekerja paruh waktu di sana bahkan setelah Ramadhan usai.
"Aku berencana buat fokus jualan Jul, setelah tabunganku cukup aku bakal resign kerja," katanya.
Aku iri dengan keteguhan niatnya dan gigihnya dia bekerja. Namun, aku tak punya keberanian dan keyakinan seperti Sam.
"Kau masih puasa, Jul?" dia bertanya sambil mengocok susu full cream dalam cangkir.
"Masih Bang, InsyaAllah. Lagian bentar lagi azan magrib, Bang." Aku mengatakannya sambil tertawa.
"Bagus. Kita bisa buka puasa di luar," katanya.
Aku tersenyum. Sam ternyata sangat pengertian dan setia kawan.
Satu-persatu pembeli telah meninggalkan antrean. Sam menepuk bahuku sambil tersenyum puas. Aku mulai memahami pikiran lelaki itu.
"Jangan bilang Abang mau jual tanda tanganku di cup Kopi Soesoe?" aku menerka.
Dia tertawa. "Benar, benar. Kau benar. Aku memang ingin menjual itu hahaha. Tenang, aku bayar tulisan tanganmu juga."
Aku memutar pandangan, berbalik ke arah ketel yang sedang merebus kopi hitam. Lampu-lampu jalan mulai menyala. Azan magrib sayup menyapa pendengaran. Sam memberikan air minum kemasan botol.
"Alhamdulillah ..." kataku lalu memutar tutup botol air minum kemasan yang diberikan Sam.
"Aku titip warung sebentar, ya. Sebentar saja. Atau kau bisa kasih tanda sedang sholat kalau mau sholat maghrib," katanya lalu menyalakan mesin motor maticnya dan melaju entah kemana.
Aku meletakkan pesan SEDANG SHOLAT yang tertulis di kardus bekas yang dibentuk segitiga oleh Sam dan melangkah ke balik tirai di sisi warung untuk melaksanakan salat magrib.
Sam kembali tak lama kemudian. Dia meletakkan dua bungkus sate padang di depanku.
"Nah, ini aku belikan dua porsi untuk kau dan Emakmu. Kau bisa makan di sini atau bawa pulang," katanya.
"Katanya mau ngajakin buka puasa di luar, Bang?"
"Ini memang buka puasa di luar. Di luar rumah. Dengan sate padang dua porsi," katanya sambil tertawa.
Ah, aku salah sangka lagi kali ini.
#MY, 24 Ramadhan 1444 H
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H