"Jangan bilang Abang mau jual tanda tanganku di cup Kopi Soesoe?" aku menerka.
Dia tertawa. "Benar, benar. Kau benar. Aku memang ingin menjual itu hahaha. Tenang, aku bayar tulisan tanganmu juga."
Aku memutar pandangan, berbalik ke arah ketel yang sedang merebus kopi hitam. Lampu-lampu jalan mulai menyala. Azan magrib sayup menyapa pendengaran. Sam memberikan air minum kemasan botol.
"Alhamdulillah ..." kataku lalu memutar tutup botol air minum kemasan yang diberikan Sam.
"Aku titip warung sebentar, ya. Sebentar saja. Atau kau bisa kasih tanda sedang sholat kalau mau sholat maghrib," katanya lalu menyalakan mesin motor maticnya dan melaju entah kemana.
Aku meletakkan pesan SEDANG SHOLAT yang tertulis di kardus bekas yang dibentuk segitiga oleh Sam dan melangkah ke balik tirai di sisi warung untuk melaksanakan salat magrib.
Sam kembali tak lama kemudian. Dia meletakkan dua bungkus sate padang di depanku.
"Nah, ini aku belikan dua porsi untuk kau dan Emakmu. Kau bisa makan di sini atau bawa pulang," katanya.
"Katanya mau ngajakin buka puasa di luar, Bang?"
"Ini memang buka puasa di luar. Di luar rumah. Dengan sate padang dua porsi," katanya sambil tertawa.
Ah, aku salah sangka lagi kali ini.